Judul: Marian
Penulis: Diah Estu Asih
Marian sejak beberapa malam lalu begitu murung. Ia bersandar di bawah jendela kamarnya, menatap langit yang gelap sebab bulan masih sabit kecil. Ia mulai bersandar di sana sejak Magrib datang dan masuk ke dalam rumahnya saat hari menjelang pagi, lantas tertidur dan bangun lagi ketika azan Subuh berkumandang.
Gerakannya begitu cekatan, membereskan dan membersihkan rumah, lalu berdiam diri sambil menonton tayangan televisi.
Hari-hari menjelang suaminya pulang, ia memang kelihatan sudah murung, tetapi hari ini seperti puncak kemurungannya. Meski ia telah merias diri sebaik mungkin di depan cermin, tidak ada yang bisa menyembunyikan kesedihannya. Ini kali pertama ia menyambut kepulangan suaminya dengan wajah bersedih dan perasaan takut, meski sebetulnya, kabar yang ia siapkan cukup menjanjikan kebahagiaan. Ini semua karena kehadiran Blawok beberapa bulan lalu.
Marian menikah dengan Rian lebih dari sepuluh tahun lamanya, sejak ia lulus kuliah. Pernikahan beda agama antara Islam dan Kristen. Maksudnya, mereka menikah dengan tetap memeluk agama masing-masing. Marian Islam dan Rian Kristen. Selama ini pernikahan mereka damai dan tidak banyak permasalahan yang sampai berujung pelik. Oleh teman-temannya mereka dijuluki relationship goals saking rukunnya hubungan mereka selama ini. Tidak, di mana ada Marian di sana ada Rian, tetapi ke mana pun Marian dan Rian pergi, mereka akan saling pulang. Marian kepada Rian dan Rian kepada Marian. Sebetulnya mereka juga pernah berada dalam keadaan di mana ada Marian di sana ada Rian pada saat masih pacaran dulu, membuat teman-temannya iri dan menyoraki keduanya.
Tujuh tahun pernikahan mereka tidak dapat anak. Marian tidak pernah dapat tanda-tanda hamil. Sebetulnya itu juga bukan persoalan yang pelik bagi mereka. Mereka merasa cukup hanya hidup berdua, tidak repot dengan urusan bayi dan kebutuhannya. Mereka sering datang ke acara baby shower teman-teman, ke acara ulang tahun anak teman-teman, ke acara pesta kelahiran bayi juga. Segala pertanyaan berkaitan tentang anak dan hamil mereka tanggapi dengan bercanda.
“Kapan mau nambah anggota keluarga, Mar?”
“Kapan-kapan deh, hahaha. Mau pacaran dulu.”
Awalnya mereka tidak memusingkan itu. Namun, lambat laun, Marian mulai memikirkan soal bayi yang lucu dan menggemaskan hadir di rumahnya. Ia membayangkan perutnya membesar dan makhluk di rahimnya bergerak menendang. Ia sampaikan itu kepada Rian, dan suaminya pun berpikir barangkali hidup dengan seorang bayi di rumah bukan hal yang buruk.
Marian mulai mengatur strategi untuk hamil. Ia menghitung masa suburnya melalui aplikasi di ponsel. Kecambah jadi makanan yang wajib ada di dapur selama beberapa bulan. Ia mengikuti saran-saran dari orang yang berpengalaman mengenai cara cepat hamil, mulai dari intensitas berhubungan badan sampai makanan yang harus dikonsumsi.
Dan hasilnya, Marian tidak hamil, sampai beberapa bulan setelah itu. Suatu kali Marian pernah telat datang bulan sampai dua minggu, ia coba test pack dan hasilnya negatif. Ia pikir itu karena test pack kurang sensitif sehingga keesokan harinya ia berangkat ke dokter untuk memeriksa. Ia memang tidak hamil, malah keesokan harinya setelah periksa, ia datang bulan.
Satu tahun usaha hamilnya tidak membuahkan hasil, Marian dan Rian memeriksakan diri ke dokter. Ia menangis sewaktu memperoleh hasil pemeriksaan itu. Wajahnya begitu kaku dan tangannya mengepal. Bukan karena ia atau suaminya mengalami masalah, tetapi karena mereka berdua baik-baik saja. Sel telurnya normal dan sel spermanya suaminya normal. Tidak ada masalah apa pun. Marian pikir ia lebih baik tahu bahwa ia atau suaminya mengalami masalah sehingga ketidakhamilannya beralasan.
Sampai bertahun-tahun lagi, Marian tetap tidak hamil. Tubuhnya tetap langsing, wajahnya tetap cantik. Dan di sinilah Blawok muncul.
***
Blawok seorang duda tanpa anak, teman Rian yang suatu hari menempati salah satu rumah di perumahan mereka tinggal. Jaraknya beberapa rumah dari tempat tinggal mereka. Ia seperti teman lama yang datang dan disambut baik oleh Rian. Beberapa hari sebelum datang ke rumah itu ia telah berhenti bekerja. Uangnya yang dikumpulkan selama bekerja cukup untuk modal hidup beberapa tahun lagi. Singkat kata, Blawok menjadi pengangguran selama beberapa bulan tinggal di perumahan itu.
Pintu rumah Marian diketuk sore hari. Ketika itu sedang gerimis dan lampu-lampu jalan telah dihidupkan. Marian membukakan pintu, rupanya Blawok yang datang, mengantarkan makan malam sebanyak tiga porsi untuk dimakan bersama Marian dan Rian.
“Tapi Rian kerja di luar kota, pulang dua minggu sekali,” kata Marian tak enak hati. Ia tetap meminta Blawok masuk dan mereka makan berdua di rumah itu, untuk pertama kalinya, sebab hari-hari berikutnya mereka makan berdua lagi, sampai suatu ketika mereka juga tidur berdua.
Bukan sekali, dua kali, tapi rasanya ada kalau sepuluh kali. Ketika ia sadar telat datang bulan tiga minggu, ia buru-buru membeli test pack dan memeriksa urinnya. Dan hasilnya Marian hamil. Ia membicarakan ini dengan Blawok di suatu malam. Lelaki itu bukan tak mau tanggung jawab, tetapi tak bisa bertanggung jawab.
“Aku bersuami, dan aku hamil. Bukan masalah. Masalahnya aku yakin ini bukan anak suamiku. Terakhir dia pulang memang kami berhubungan, tapi setelah itu aku menstruasi. Terakhir aku dan kamu berhubungan, setelah aku menstruasi.”
“Rian menerima anak itu?” tanya Blawok.
“Pasti terima!” Marian memekik. “Dia ingin punya anak sejak lama.”
Malam itu juga Marian ingin Blawok tidak pernah datang kepadanya lagi. Hubungan itu selesai.
Dan beberapa hari lalu suami Marian mengabarkan akan pulang ke rumah. Inilah yang membuat Marian murung dan bersedih. Ia takut Blawok mengatakan hubungan gelapnya kepada Rian, dan kemudian Rian akan membuangnya sebab Marian begitu hina. Di lain sisi, ia merasa berdosa mengkhianati Rian, tetapi di lain sisi juga ia merasa bahagia bisa merasakan hamil. (*)
15 November 2021
Bionarasi
Diah Estu Asih mulai belajar memahami sastra sejak tahun 2020.
Editor: Erlyna
Sumber gambar: https://pin.it/7nDyTIo