Madame’s Florist
Oleh : Kwins Nacoh
Pilihan Gambar: Gambar 1
Naskah Terbaik 1 Lomba Cermin Lokit
#Menerjemahkan_Gambar
Papan nama toko berkelip dengan warna ungu dari lampu LED yang baru Mas Bagas beli dari online shop kemarin. “Madame’s Florist”, tulisannya. Menempel di atas pintu kaca di bangunan mungil yang diapit oleh toko album foto serta toko buku di salah satu jalan utama kota Jakarta.
Aku menyeduh teh Tong Tji yang harumnya menyegarkan ketika malam mulai merapat dan suara kucing mengeong di gang. Suamiku, Mas Bagas, sedang merapikan deretan Sansevieria atau yang karib disebut lidah mertua di etalase kaca. Lain dari toko bunga lainnya, toko bunga milikku justru berisi bunga-bunga serta tanaman yang biasa dijumpai di desa-desa.
“Baiklah. Ayo, kita sedikit berkenalan.”
Pertama-tama, selamat datang di “Madame’s Florist”. Ketika kalian membuka pintu, kalian akan mendengar suara lonceng. Lalu berjalanlah ke dalam dan aku akan menyambut kalian dengan senyuman terbaik. Cukup untuk mengusir perasaan tak nyaman akibat dari hari yang kurang berjalan mulus.
Di sudut ruangan, kalian akan melihat bunga bokor, bunga ini memiliki berbagai warna pastel, bentuknya kecil-kecil dan membentuk lingkaran bulat yang mengingatkan kita pada buket bunga di acara pernikahan. Bunga ini akan membuat hati kalian menjadi sedikit lebih meriah, loh. Lalu, ada si cantik bunga asoka yang mirip kumpulan jarum dan akan membuatmu mencium wangi tungku kayu, serta segarnya udara desa di pagi yang cerah.
“Bagaimana?” tanyaku. Namun kalian tampak sedikit ragu. Maka silahkan pandang jejeran tanaman Caladium yang tahun lalu sempat menjadi primadona ibu-ibu.
Talas kecil dengan bermacam warna ini mirip payung. Nyaman dipandang ketika hari berhujan, seolah menciptakan rasa aman sekaligus segar.
Aku meletakan gelas teh yang baru kuseduh. Tampaknya ada beberapa dari kalian yang lebih suka aroma mistis ketimbang hal romantis.
“Tanaman melati, bagaimana? Wanginya cukup misterius, apalagi di malam hari. Bunga ini merupakan bunga kesukaan Almarhum Suzana,” ucapku tersenyum.
Sepertinya kalian cukup suka. Di tengah rutinitas padat yang kadang itu-itu saja, tentu kalian butuh sedikit hal yang menyentak adrenalin. Menonton film horor contohnya, dan tentu bisa ditambah dengan menaruh tanaman melati di ruang utama. Agar rasa bosan tidak berlama-lama hinggap, bahkan mungkin bisa mengusir rasa lelah ketika wangi melati menyeruak dan ada hal ganjil yang mengetuk kaca jendela di malam yang sepi. Biasanya ini efektif untuk memicu keinginan berlari, dan jantung akan berdetak lebih cepat seperti halnya ketika kita jatuh cinta.
“Bagaimana?” tanyaku lagi dengan sabar. Dan kalian malah tertawa.
Jangan dipusingkan, jika belum menemukan pilihan, kalian bisa duduk di sini dan memesan kopi.
“Ya, benar. Selain menjual tanaman, kami juga menyediakan berbagai minuman dan kue-kue ringan.”
Lalu kenapa namanya hanya Madame’s Florist? Kenapa tidak tambahkan nama “Caffe” misalnya? Hmm … jawabannya simpel. Mas Bagas terlalu malas untuk membeli tambahan kata dan membongkar ulang papan yang sudah pas dengan huruf yang tersedia. Dan bukankah kalian suka kejutan? Maka ketika kalian lelah sebahis bekerja dan ingin membeli bunga, lalu aku tiba-tiba menawarkan minuman, mungkin aku akan melihat percikan kehidupan di kedua mata kalian. Serupa kembang api.
Setelah lama bercakap, aku mulai kehabisan kata. Kucing masih mengeong, dan suara motor-motor yang lewat membuat malam menjadi lebih terasa melankolis. Aku melihat kalian mulai memilih bunga dan tanaman yang ada. Sebagian pergi dan tak membeli apa-apa.
“Marah? Aku? Sedikit rasa kecewa pasti ada, namun ini biasa.”
Seringkali dunia menawarkan hal yang kita inginkan di depan mata, kemudian hilang. Tangan yang terulur itu, daripada ditarik kembali, lebih baik diangkat dan selanjutnya dilambaikan dengan sedikit senyuman. Baik yang datang ataupun yang pergi, baik yang membeli ataupun sekedar mencari–lalu pergi. Mereka semua adalah bagian dari dunia ini, semuanya merupakan rezeki.
“Terima kasih sudah berkunjung ke toko kami. Semoga hari kalian menyenangkan,” ucapku. Selalu.
Keberadaan kalian selalu mendatangkan harapan. Maka datanglah, ketika hari mulai melelahkan, ketika jiwa tak tahu arah menuju tujuan, atau ketika kalian benar-benar butuh tanaman. Ah, atau sekadar minum kopi, teh, atau sekadar singgah sebentar. Boleh, kok.
“Pokoknya, semoga kalian bisa kembali berkunjung ke sini. Sampai jumpa lagi.”
Lampu LED terus berkedip, sementara aku dan Mas Bagas mulai meminum teh bersama, di bawah lampu bohlam kekuningan yang katanya aesthetic.
Sumedang, 18 September 2022
Kwins Nacoh, bukan nama asli tentunya, seorang penulis pemula yang masih dalam tahap belajar. Menyukai sastra juga seni (baik berupa lukisan ataupun gambar digital). Semoga karya saya ini bisa sedikit menghibur kalian.
Komentar juri, Berry:
Banyak hal yang indah di dunia ini, dan ketika kita bersisian dengannya, entah ia situasi, benda, seseorang, pemandangan, bahkan sekadar kata mutiara dari anonim pun, kita tak bisa berkomentar apa-apa kecuali merasakan nuansa yang “indah” tersebut.
Saya merasakannya pada cerita ini, dan keputusan penulis untuk menggunakan POV menarik dengan menembus “dinding keempat” membuat kesadaran kita seolah dituntun untuk masuk dan berkunjung ke Madame’s Florist. Menikmati suasana dan kehangatan yang disajikan bebungaan dan tokoh-tokohnya. Rasanya seperti nostalgia, menikmati senja dengan keluarga yang kita sayangi, sambil menikmati teh hijau dan memetik gitar.
Kapan pun, ketika sempat, pasti kita (atau kalau boleh menggunakan kata-kata penulis: “kalian”) tak akan sungkan untuk berkunjung lagi ke masa itu.
Lomba Cermin Lokit adalah lomba menulis yang digelar di grup FB Komunitas Cerpenis Loker Kata (KCLK)