Libi Melawan Ular
Oleh : Ni Made Santiani-Niluh
Sudah beberapa minggu ini hati Libi sedih. Semenjak kedatangan Timi—si anak anjing yang berbulu hitam lebat. Libi selalu duduk sendiri di depan kaca, melihat ke luar.
Tuan dan Nyonya lebih banyak menghabiskan sorenya dengan memangku Timi sambil mengusap-usap kepalanya. Bila sudah seperti ini, Libi memutuskan beranjak dari tempatnya langsung menuju kandang.
Libi hanya kucing kampung yang tanpa sengaja dipungut Tuan dan Nyonya saat terjebak di sebuah got. Berbeda dengan Timi si anjing cantik, pastinya ia tidak ditemukan di got seperti Libi.
Saat Libi meringkuk dalam kandangnya, Timi bertanya, “Libi, apakah kamu sakit?”
Libi diam saja, pura-pura tidur.
Timi kemudian beranjak ke kandangnya, mengambil kain dari sana. Lalu ia kembali ke kandang Libi dan menyelimutinya.
Keesokan paginya, Libi menunggu Tuan di dekat pintu. Biasanya Tuan mengajaknya berkeliling untuk melihat sapi-sapi yang sedang merumput.
“Hari ini aku akan bermain dengan Kupi si kupu-kupu,” kata Libi. “Aku juga ingin melihat Bino si sapi betina yang tengah hamil besar,” sambungnya senang. Ia sudah bersiap-siap akan mengikuti Tuan.
Namun, semua tidak seperti yang ia bayangkan. Tuan malah menyuruhnya tinggal di rumah menemani Timi.
Libi berubah murung dan Timi mencoba menghiburnya.
“Libi, ayo kita bermain bola,” ajak Timi.
Namun, Libi sedang malas dan tidak ingin melakukan apa pun.
“Ayolah, Libi. Kita bermain bola,” ulang Timi.
“Sudahlah, Timi. Aku sedang tidak ingin bermain. Jangan ganggu aku,” kata Libi agak kesal.
“Libi, seperti apa keadaan di luar rumah?” tanya Timi.
Libi yang awalnya kesal akhirnya luluh juga. Timi memang tidak pernah diajak berjalan-jalan ke luar semenjak kedatangannya. Libi mulai menceritakan apa saja yang biasa ia lakukan setiap pagi bersama Tuan di peternakan. Mereka pun tertawa bersama setiap Libi menceritakan hal yang lucu.
“Tenang, suatu hari nanti, aku akan mengajakmu berkeliling mengitari peternakan Tuan dan Nyonya,” janji Libi.
“Asyik! Jadi, kita sekarang berteman?” tanya Timi.
Libi mengangguk dan Timi pun melompat dengan riang.
Siang itu, ketika Libi tidur di kandangnya, Timi keluar rumah melalui celah kecil di pintu dapur. Timi ingin melihat kupu-kupu dan rumput luas seperti yang diceritakan Libi tadi.
Timi berlari senang. “Benar kata Libi. Halamannya luas,” katanya sambil berguling-guling di rumput. Timi melihat kupu-kupu cantik terbang. Ia pun berlari mengejarnya.
Di dalam rumah, Libi terbangun dari tidurnya. “Wah, aku ketiduran,” ujarnya sambil meregangkan badan.
Hal pertama yang dilakukan Libi sesaat setelah bangun tidur adalah mencari Timi, sahabatnya.
“Timi … Timi …. Di mana kamu?” panggil Libi ketika melihat kandang Timi kosong. Ia mencari Timi berkeliling rumah, tetapi anjing cantik itu tidak ada.
Betapa terkejutnya Libi, saat ia berdiri di depan pintu kaca. Dilihatnya Timi berlari mengejar kupu-kupu tanpa mengetahui ada seekor ular merayap di belakangnya.
“Timi! Awas ular!” teriak Libi.
Dengan cepat Libi keluar melalui pintu dapur dan berlari ke arah Timi. Libi segera melompat, lalu menyergap.
Ular itu terkejut, tak menyangka mendapatkan serangan mendadak. Si ular melawan, badannya menggulung tubuh Libi. Kemudian keduanya berguling-guling hingga mengeluarkan suara yang berisik sekali.
Dari kejauhan, Timi mendengar suara Libi mengeong nyaring. Begitu Timi melihat sahabatnya itu sedang bergulat dengan ular, ia pun segera mendekat, lalu menggonggong keras.
Libi berusaha menancapkan taringnya ke mata ular, sementara Timi tidak berhenti menggonggong. Mendengar gonggongan Timi, Tuan yang sedang berada di dalam kandang segera keluar. Dia terkejut melihat pergumulan itu.
Tuan segera mencari posisi untuk memukul kepala ular dengan kayu yang dibawanya. Tuan melihat Libi berhasil menggigit leher ular. Ular pun tidak berdaya. Kucing pintar itu segera melepaskan gigitannya, dan Tuan segera memukul ular jahat berkali-kali.
Setelah memastikan ular tersebut mati, Tuan segera mengangkat Libi, memeriksa keadaannya.
“Syukurlah, kamu tidak apa-apa, Sayang. Aku sangat khawatir melihat kejadian tadi,” ucap Tuan.
Timi pun melompat girang. Dekapan hangat Tuan membuat Libi menyadari, bahwa selama ini Tuan begitu menyayanginya.
Salatiga, 21 Januari 2021
Niluh seorang perempuan yang menyukai kopi pahit dan anak-anak.
Editor : Rinanda Tesniana