Kutuangkan minuman, ke dalam sebuah gelas. Perlahan, sedikit demi sedikit, seperti nafas yang hendak ku hisap! Sebenarnya aku telah lama tidak menyentuh minuman ini, tak pernah banyak, hanya segelas saja, sisanya –kuberikan tetangga sebelah rumah, yang istrinya sungguh cerewet kalau suaminya kurang setoran. Maklum, tetanggaku seorang driver ojek online. Dan dia pun cukup tahu diri, hanya meminumnya ketika malam hampir usai, saat kupingnya sudah tidak tahan, mendengar segala keluhan dan omelan istrinya!
Aku namakan minuman ini adalah “Minuman Memaafkan.” Sebab setelah aku meminum segelasnya, aku akan memaafkan siapa saja, siapa saja yang mengoyak kesabaran, dan melukai tipisnya kulit perasaan! Atau seseorang yang sudah membuat aku sangat tersinggung dan marah!!!
Sesaat setelah air yang bisa menghangatkan dada ini –merasuk kedalam darah, dia akan segera melupakan semua, “seperti badai yang berembus –menyapu apa saja di sebuah Savana.”
Air ini bisa menyembuhkan sebuah luka, bahkan luka sepanjang lima senti. Luka seperti itu pasti bisa sembuh secara perlahan, jika kekebalan tubuhmu masih bagus dan tidak sama sekali terkena infeksi! Tetapi tetap saja, luka itu harus dirapatkan dengan beberapa jahitan, agar dagingnya menyambung dan merapat dengan sempurna.
Berhati-hatilah kalau kamu menyakiti orang lain. Hati manusia bisa memaafkan, tetapi luka hati masih saja selalu meninggalkan sebuah bekas.
Ku tuang dan ku-isi
gelas minumanku sedikit lagi. Kali ini aku lebih merasa lega, aku menjadi bisa memahami orang lain, aku menjadi bisa terbiasa mengalah, dan legowo jika menjadi manusia biasa yang selalu terinjak-injak!
Dahulu ketika umurku baru 20 tahunan, aku menamakan minuman ini sebagai “minuman kegembiraan.” Sebagai seorang remaja yang harus menjadi seorang Kepala Keluarga. Sungguh tekanan ini dirasa terlalu berat! Aku dipaksa oleh keadaan untuk menanggung semua beban di pundakku. Ayah adalah seorang pensiunan yang gajinya telah habis sana-sini, buat membayar hutang, hanya yang sedikit tersisa, ketika dia mengambil uang pensiunannya. “Aku mengambil alih semua.”
Ada lima adikku, satu sudah lulus sekolah menengah atas, dan yang empat masih bersekolah semua. Dari uang jajannya, uang SPP, uang pendaftaran murid baru, sampai tetek bengek yang tidak perlu –aku juga yang harus menutupnya. Utangku bertaburan sana-sini, seperti gemerlap bintang di angkasa! Kemilau, tetapi tetap saja harus dibayar.
Ketika saat-saat gajian tiba, adalah waktu yang paling menyenangkan. Hanya sesaat saja, setelah potong kasbon di kantor, hutang kepada teman, jatah bulanan ibu, uang transportasi dan makan, sungguh ajaib, cuma cukup untuk seminggu!
Besok-besok aku harus bertempur lagi dengan kerasnya hidup, menyambung nafas delapan orang –termasuk aku yang juga harus dihitung. Nikmati saja, toh hari esok pasti datang, dan cerita pun pasti berganti.
Tinggal sedikit lagi air dalam segelas minuman yang bernama “Minuman Memaafkan.” Ku buang sisanya, mataku sudah sungguh-sungguh mengantuk.
Toh, aku sudah memaafkan dan melupakan semuanya.
KarnaJaya