Lanny dan Pelukan Para Sahabat
Oleh : Evamuzy
Sudah delapan hari ini, Lanny si landak cokelat dijauhi sahabat-sahabatnya. Tepatnya sejak Mony si monyet cantik, Kely si kelinci putih, dan Ruly si rusa tutul kecil untuk pertama kali melihat duri Lanny berdiri.
Saat itu, mereka sedang berjalan bersama sambil bernyanyi kecil melewati jalanan menuju taman buah. Sedang asyiknya menikmati perjalanan yang menyenangkan, tiba-tiba terdengar desis ular mendekat, hanya desisan. Sontak Lanny bereaksi, berdiri semua duri di sekujur badannya, dan itu membuat sahabat-sahabatnya ketakutan. Apalagi saat Ruly menjerit kesakitan karena tak sengaja tertusuk duri Lanny yang tajam.
“Kamu jahat, Lanny!” Terisak Ruly sambil menahan rasa sakit. “Mulai sekarang aku tidak mau lagi berteman denganmu,” tambahnya lagi, lalu berjalan cepat meninggalkan Lanny, Mony dan Kely dengan jalan sedikit terpincang-pincang.
“Ternyata kamu mengerikan, Lanny. Aku tidak menyangka kamu menyembunyikan sesuatu yang berbahaya di badanmu selama ini. Aku mau jauh-jauh darimu,” kata Kely, pun akhirnya pergi menyusul Ruly.
Sementara Mony hanya terdiam, bingung. Ia menyayangi Lanny, tetapi juga takut terluka seperti Ruly. Dengan menundukkan kepala, akhirnya Mony terpaksa mengikuti kedua sahabatnya. Meninggalkan Lanny yang hatinya bersedih. Tak lama kemudian, air mata turun membasahi pipinya. Lanny menangis ditemani gerimis kecil sore itu.
***
Hari-hari tanpa para sahabatnya, membuat Lanny kesepian. Untuk membuang rasa sedihnya, biasanya ia akan pergi ke tepi sungai membantu Paman Kuro–si kura-kura tua–menangkap ikan-ikan kecil untuk makan malam. Bercanda dengan Paman Kuro juga membuat Lanny terhibur. Air mata yang seminggu lebih ini Lanny tumpahkan karena rasa sedih, berangsur hilang.
“Paman, apa Paman tidak takut ketika dekat-dekat denganku? Tidak takut tertusuk diriku?” tanya Lanny saat sedang menunggu umpannya dimakan ikan.
Paman Kuro tersenyum hangat, lalu menjawab, “Buat apa aku takut tertusuk durimu. Aku sudah punya tempurung pelindung yang aman. Lagipula, kamu bukan bocah nakal yang harus ditakuti oleh teman-temanmu.”
“Tapi mereka meninggalkanku, Paman. Itu artinya aku memang menakutkan.” Lanny tertunduk lesu.
Kesedihan Lanny sangat dimengerti Paman Kuro. Ia tahu benar bahwa si landak kecil itu teramat menyayangi sahabat-sahabatnya.
“Dengarkan Paman baik-baik. Buang jauh-jauh pikiran bahwa dirimu menakutkan. Kamu anak baik dan penyayang. Lagipula, sebenarnya kamu bisa mengendalikan duri tajam yang ada di badanmu. Kamu bisa membuatnya berdiri saat kamu membutuhkannya, dan bisa menyembunyikannya saat di dekat teman-temanmu. Kalian hanya belum saling mengerti. Kamu belum mengerti cara mengendalikan durimu, dan teman-temanmu belum tahu jika itu sebenarnya tidak berbahaya. Paman akan mengajarimu, Lanny. Tenanglah.”
“Benarkah begitu? Terima kasih, Paman.”
Paman Kuro mengangguk sambil tersenyum lagi. “Sama-sama, Lanny. Oh, iya, apa kamu sudah dapat undangan ulang tahun Mony? Bukankah lusa hari ulang tahunnya?”
“Tidak. Aku tidak dapat undangan itu, Paman. Mungkin Mony tidak ingin aku datang di ulang tahunnya.”
“Datanglah. Mereka pasti senang jika kamu datang.”
***
Hari ulang tahun Mony tiba. Dengan mengendap-endap, Lanny membawa bungkusan berisi hadiah untuk sahabatnya itu. Ia bersembunyi di balik pohon di taman buah tak jauh dari tempat ulang tahun Mony digelar. Kely dan Ruly terlihat membawa hadiah di tangannya masing-masing. Juga ada banyak teman-teman yang lainnya: Gory si gajah kecil, Popy si kuda mungil, Nony si panda lucu dan masih banyak lagi. Pesta ulang tahun yang meriah. Banyak makanan enak, buah-buahan, juga lagu selamat ulang tahun yang dinyanyikan dengan senang dan ramai.
Namun, kemeriahan pesta ulang tahun itu tak berlangsung lama, saat tiba-tiba seekor serigala dewasa datang mendekati Mony dan teman-teman, hendak menyerang mereka. Sontak semua menjerit ketakutan. Mony bahkan tak bisa berlari menyelamatkan diri saking takutnya.
“Tidaaak! Jangan makan aku,” teriak Mony sambil menutup mata. Sementara Kely, Ruly dan teman-teman lainnya hanya berdiri ketakutan di belakang Mony.
“Kalau kamu ingin menyerang mereka, hadapi aku dulu!” Suara Lanny tiba-tiba. Ia berdiri dengan berani di depan serigala, dengan duri tajam yang siap menyerang musuhnya.
Serigala dewasa menggeram dan saat Lanny menggertaknya dengan semakin menegakkan duri, lawannya itu mundur. Serigala lalu pergi meninggalkan tempat ulang tahun Mony.
“Lanny, terima kasih,” kata Mony sambil menghapus tangis.
“Lanny, maafkan aku. Tidak seharusnya kami menyakiti hatimu, juga meninggalkanmu,” kini Ruly yang berkata dengan mata berkaca-kaca.
“Aku juga. Maafkan aku, Lanny.” Kely menambahi.
“Kami menyayangimu, Lanny. Bolehkah kami memelukmu?” Entah siapa yang bicara ini. Mony, Kely atau Ruly. Namun yang pasti, Lanny sangat bahagia mendengarnya.
“Tentu. Tapi tunggu, biar aku sembunyikan dulu duri-duriku.”
“Wow, kamu sudah mahir sekarang?” tanya Ruly melihat duri-duri tajam di badan Lanny berangsur tersembunyi.
“Paman Kuro yang mengajariku.”
Mereka tertawa bersama, sebelum akhirnya badan Lanny tak terlihat karena dipeluk erat oleh ketiga sahabatnya. (*)
Evamuzy. Penyuka warna cokelat muda dan es krim rasa cokelat.
Grup FB KCLK
Halaman FB Kami
Pengurus dan kontributor
Mengirim/Menjadi penulis tetap di Loker Kata