Kutukan Persephone

Kutukan Persephone

Kutukan Persephone
Oleh: Mohamad Rizky Yanuartha

Setahun lalu, Althea, gadis berusia lima belas tahun itu mampu memukul jatuh Hades ke dalam jurang Tartadus yang terdalam, dengan disaksikan langsung oleh Persephone, Artemis dan juga Demeter sendiri.

***

“Kupikir hidupku akan berubah,” gumam Althea meringkuk sendirian di depan gudang penyimpanan alat-alat marching band, sore hari itu. “Ternyata sama saja, bahkan lebih menyedihkan.”

Althea sangat kecewa. Ia adalah seorang pahlawan yang berhasil mengalahkan Hades yang jahat, ternyata tak berkutik ketika harus berhadapan dengan teman-temannya sendiri. Achlys dan gengnya.

Dulu Althea sering di-bully oleh Achlys dan gengnya—bahkan sampai kekerasan secara fisik. Althea tak bisa berbuat apa-apa sampai akhirnya ia menemukan batu ajaib yang disebut Amethyst. Setelahnya Althea dapat menakut-nakuti Achlys dan gengnya. Membuat mereka jera dan tidak berbuat macam-macam lagi dengannya.

Namun, setelah kembali dari Dunia Bawah, batu Amethyst hilang karena telah menyatu dengan diri Althea. Ia tak bisa menggunakan kekuatan batu itu untuk melawan Achlys dan gengnya lagi. Hal itu membuat tahun terakhir di sekolahnya menjadi semakin berat.

“Kenapa kekuatan batu ini hanya berfungi kepada para dewa?” pikir Althea merenung penuh kesedihan. “Kenapa ia tidak dapat digunakan lagi untuk membalas perbuatan Achlys dan gengnya yang bahkan lebih kejam dari Hades.”

Althea selalu menunggu sore hari agar Achlys dan gengnya sudah tak ada di sekolah. Waktu yang menurutnya aman untuk meninggalkan sekolah dan pulang.

***

Althea hendak tidur malam itu. Berbeda dari malam-malam sebelumnya, Althea merasa malam itu terasa lebih dingin dari biasanya. Entah apa yang terjadi, tapi Althea pun tertidur sambil berurai air mata. Ia tertidur karena lelah menangis. Setiap malamnya ia selalu berharap hari esok akan menjadi lebih baik. Ia tak bisa terus menerus menjalani hidup seperti ini.

Setelah sekian lama, Althea kembali bermimpi bertemu babi betina yang membawa sekeranjang gandum kering dengan gigitannya. Sosok yang sangat Althea rindukan sejak lama.

“A—anda?” Althea terkejut melihat kemunculan sosok tersebut. “Demeter!”

Althea terbangun tiba-tiba. Di samping ranjang Althea telah berdiri sosok perempuan berpakaian putih panjang.yang menyuguhkan senyum hangat kepadanya.

“D—demeter!” teriak Althea sangat bergembira, sambil memeluk Demeter.

“Bagaimana kabarmu, Althea?” tanya Demeter hangat. “Maaf, aku tak pernah menemuimu seperti janjiku.”

Althea terlihat kesal. Benar, setelah Althea membantu Demeter membebaskan Persephone dari Hades, Demeter tidak pernah menemuinya.

Malam itu Althea merasakan dingin yang amat sangat. “Kenapa dingin sekali,” ujar Althea. “Tak seperti biasanya.”

“Itulah alasanku menemuimu.”

Althea memicingkan mata pada sosok perempuan di depannya itu, ia terlihat penasaran dengan apa yang sedang terjadi saat ini.

“A—ada apa?” tanya Althea pada Demeter.

“Persephone,” jawab Demeter terlihat muram seperti setahun lalu. “Ia sangat sedih tak bisa keluar dari Dunia Bawah.”

Althea baru ingat, sebagai pengganti Hades, tentu Persephone tak akan bisa keluar dari Dunia Bawah. Althea tahu persis masa lalu Persephone.

Dahulu Persephone adalah gadis yang sangat periang dan lugu. Ia sangat suka memetik bunga bersama dua sahabatnya, Artemis dan Athena. Setelah diculik dan ditipu oleh Hades, Persephone menjadi terikat dengan Dunia Bawah. Namun setiap enam bulan, ia masih bisa keluar dari Dunia Bawah dan menjalani hidup normalnya bersama Demeter. Kini, setelah Hades tak ada, Persephone harus menggantikan posisi suaminya, yang pastinya membuat Persephone tak bisa keluar dari Dunia Bawah sama sekali. Dan ini gara-gara Althea.

“Aku butuh bantuanmu,” kata Demeter lambat laun, “lagi.” tambahnya.

Althea terdiam, bingung.

“Kumohon,” kata Demeter mengiba, persis seperti setahun lalu. “Kita harus bertindak cepat, Althea. Jika tidak, dunia akan diselimuti musim dingin abadi.”

“A—apa?” Althea terkejut.

Segera Althea melihat ke balik jendela kamarnya. Pohon-pohon di sepanjang jalan setapak menuju hutan di belakang rumahnya terlihat berwarna putih. Ranting-ranting membeku dan rumput-rumput mengkristal. Sejenak terlihat indah, namun mengingat perkataan Demeter … artinya ini berbahaya.

Hawa dingin yang Althea rasakan malam itu. Juga salju yang turun ini, apakah karena kesedihan Persephone?

“Benar,” lanjut Demeter singkat. “Tak akan ada lagi musim semi, gugur ataupun musim panas. Dunia akan terus beriklim dingin. Akan ada banyak kematian. Ini bisa menjadi kutukan bagi manusia.”

“Apa yang harus saya lakukan kali ini?” tanya Althea bingung karena masalah ini lebih besar dari sebelumnya. “Anda tidak mungkin menginginkan saya untuk membunuh anak anda sendiri, kan?”

Demeter tersenyum.

Althea bergerak mundur secara tiba-tiba. Ia merasa terkejut sekaligus takut. Sosok di depannya ini terlihat sangat berbeda dari sosok Demeter yang sebelumnya. Entah kenapa perasaan hangat dari sosok Demeter yang sebelumnya, kini terasa sangat dingin seperti butiran salju yang turun malam itu.

“Ayolah, Althea, sebentar lagi badai salju akan tiba. Kita harus pergi sekarang.”

Apa yang sebenarnya terjadi selama setahun ini di dunia para dewa?

 

Bojonegoro, 15 Agustus 2018

Mohamad Rizky Yanuartha, penulis yang biasa dipanggil Yanu ini lahir di Bojonegoro, 23 Juni 1997. Memiliki hobi membaca dan bersepeda, namun kini hobinya hanya tidur dan bermimpi. FB: Rizky Yanuarta

Grup FB KCLK
Halaman FB Kami
Pengurus dan kontributor
Mengirim/Menjadi penulis tetap di Loker Kata