Kumpulan Puisi Ayu Candra Giniarti; Mata Mata
JINGGA
Aku lebih suka duduk di sini
Menikmati sinar matahari yang menjauh
Bahkan menghilang ditelan ombak lautan
Lalu, datanglah jingga
Warna merah dan kuning itu menjadi satu
Seakan tak peduli betapa birunya laut lebih menenangkan
Kemarin, saat matahari mulai melesat setinggi bintang
Berjajar dengan gumpalan putih yang menawan
Silau!
Aku kadang tak kuasa menatapnya
Bahkan untuk berjalan kaki berlama-lama di bawah teriknya
Aku tak sanggup
Saat itu aku sadar
Benar, warna biru lebih menenangkan
Tapi, warna jingga juga mengesankan
Warna di kala senja
Di mana waktu memisahkan
Antara pagi dan malam
Orang-orang rela menunggu
Keindahan alam sebelum malam tiba
Mereka tahu, pagi sudah berlalu
Mereka tahu, siang tak lagi berseru
Mereka tahu, malam akan datang menjamu
Kita hanya perlu menyambutnya dengan suka cita
HITAM
Tak ada lagi yang mendekat
Saat mereka hanya bisa menilai
Mungkin terlalu naif ketika hitam menjadi putih
Namun, ada kalanya putih juga menjadi hitam
Apa yang kau banggakan
Bukankah kita sama?
Aku bisa menjadi hitam
Jika kau goreskan luka itu lagi
Dan kau bisa menjadi putih
Jika kau lupa caranya menyakiti
Lalu kita melebur menjadi satu
Dengan warna yang tampak menawan
Aku tak berharap semuanya menjadi abu-abu
Karena, aku ada karena kau pun ada
MATA-MATA
Bak tumpukan kata
Tercerai berai oleh makna
Memutar jalan tanpa arah
Menyamarkan arti ungkapan hati
Apa yang kau ingin katakan?
Bukankah tanyamu sudah terjawab
Tak puas dengan sumpah serapah
Membabi buta dengan pena sang pujangga
Untuk apa merangkai kata
Tak ubahnya bertanya bagai tak percaya
Lalu kau sisipkan tanda tanya
Merasuk bagaikan mata-mata
IRAMA HATI
Denting rindu mengiringi
Alunan kata saling berganti
Tak kutemukan pujaan hati
Menanti jawaban dengan pasti
Ke mana kau pergi
Berlalu tanpa basa-basi
Rindu tak terobati
Jangan memilih mati
Dengarkan irama hati
Ia tak akan menyakiti
Empat Mata
Bukan bersama-sama
Aku ingin hanya berdua saja
Menemukan kata demi kata
Yang terangkai penuh makna
Aku hanya ingin bicara
Empat mata saja
Bukan bersama-sama
Empat mata saja
PULANG
Berjalan menuju hutan
Tak ada apa pun kutemukan
Berjalan menuju kumparan
Pusara yang kudapatkan
Lelahkah kau bekerja siang malam
Tak pernah datang ke makam
Bukankah pernah memberi salam
Lalu bersiap bermalam
Tak ada yang tahu pasti
Kapan kita akan pergi
Dan siapkah kau menanti
Dipanggil untuk pulang, nanti
Jangan tunggu tangis mengiringi
Hati dan jiwa penuh sesal
Ikuti apa kata hati
Esok akan kembali ke asal
Menjadi tanah, merah
Dan tak bisa memohon lagi
Ayu Candra Giniarti, penyuka puisi dan bau tanah saat hujan.
Grup FB KCLK
Halaman FB Kami
Pengurus dan kontributor
Mengirim/Menjadi penulis tetap di Loker Kata