Kota Kucing dan Kisah Lainnya, Sebuah Ulasan Singkat

Kota Kucing dan Kisah Lainnya, Sebuah Ulasan Singkat

Kota Kucing dan Kisah Lainnya, Sebuah Ulasan Singkat

Oleh: Reza Agustin

Judul: Kota Kucing dan Kisah-Kisah Lainnya
Penulis: Haruki Murakami
Penerbit: Odyssee Publishing
Alih Bahasa: Dewi Martina
Jumlah Halaman: 187

Awal saya membeli buku ini karena tersadar ingin berinvestasi. Berinvestasi membeli buku karangan penulis bagus untuk membuat tulisan yang bagus pula. Tersadar bahwa kualitas tulisan saya menurun karena tidak punya bahan bacaan dari penulis-penulis ternama, maka saya memutuskan mencari-cari karya milik Haruki Murakami. Di satu sisi saya juga merupakan budak pecinta kucing sangat berbahagia ketika menemukan perpaduan bagus antara Haruki Murakami dan kucing di tengah proses window shopping online. Langsung saya masukkan ke dalam keranjang virtual dan segera check out ketika bonus dari menulis di platform unicorn cair.

Saya memilih kumpulan cerpen ini pula dengan pertimbangan membaca cerpen tidak membutuhkan waktu lama untuk membaca tiap judulnya—walaupun satu buku ini baru saya tandaskan setelah satu bulan setelah mendarat di rumah. Karena dimensinya yang tidak begitu tebal dan tinggi, bisa dimasukkan dengan mudah ke ransel. Hanya saja, di kumpulan cerpen ini tidak memiliki kata pengantar atau prakata, termasuk juga tidak ada biografi penulisnya di akhir buku.

Lanjut membicarakan tentang isi, kumpulan cerpen ini memiliki enam cerita. Masing-masing berjudul: Samsa Jatuh Cinta, Pisau Berburu, Kota Kucing, Kino, U.F.O. Di Kushiro, dan Kemarin.

Pada cerpen Samsa Jatuh Cinta, saya mengenal seorang Gregor Samsa yang menjadi tokoh dalam novel Franz Kafka (belum sempat terbeli, huhu). Di awal cerita, Samsa menemukan dirinya dalam sebuah ruangan asing dalam tubuh yang asing baginya. Dengan susah payah ia berusaha beradaptasi dengan tubuh tersebut, rasa lapar, dan rasa lain yang muncul ketika dipertemukan dengan seorang perempuan bungkuk yang berprofesi sebagai tukang kunci. Entah, saya belum bisa mengidentifikasi setting tempat di dalam cerpen ini. Mungkinkah mengambil tempat di novel Methamorphosis, atau setting negara lain? Membaca cerpen ini sedikit-sedikit membuat saya merasakan menjadi Gregor Samsa, setiap kalimatnya disusun dengan baik dan begitu hidup. Salah satu hal yang ingin saya pelajari dari Haruki Murakami.

Sedangkan pada cerpen Pisau Berburu, disuguhkan sebuah cerita tentang pria berlibur bersama istrinya ke Hawai. Mereka kerap melihat seorang pria berkursi roda bersama ibunya. Suatu malam ketika pasangan suami tersebut hendak kembali ke Jepang, sang suami bertemu dengan pria berkursi roda tanpa sang ibu. Pria itu banyak bercerita kepada si suami. Tentang dirinya, ibunya yang juga sakit, serta keluarganya yang kaya raya. Sembari bercerita, pria berkursi roda itu memberikan sebuah pisau berburu kepada si suami. Pisau berburu yang menjadi judul cerita ini muncul menjelang akhir, bahkan memiliki ending yang cukup menggantung pula.

Kota Kucing, yang menjadi judul utama dalam kumpulan cerpen ini menjadi cerpen yang saya baca berulang kali. Cerpen ini menceritakan tentang seorang pemuda bernama Tengo yang hendak menjenguk ayahnya di sebuah sanatorium yang berada di luar kota. Tengo sendiri tidak memiliki hubungan yang terlalu baik dengan ayahnya tersebut. Masa kecilnya dengan sang ayah tidak dilalui sebagaimana anak-anak lain, selain itu keraguan Tengo akan jati dirinya. Apakah ia anak kandung sang ayah atau bukan? Kota Kucing yang menjadi judul utama dan salah satu item penting dalam cerpen ini sebenarnya cerpen asal pengarang Jerman. Seperti judulnya, tentang seorang pria yang masuk ke dalam sebuah kota yang dihuni kucing-kucing. Melalui cerpen Kota Kucing inilah, Tengo mendapatkan jawaban atas segala pertanyaannya.

Ada satu kutipan yang membekas pada saya walaupun tak terlalu berkaitan dengan jalan ceritanya: Jika kamu tidak dapat memahaminya tanpa penjelasan, kamu tidak dapat memahaminya dengan penjelasan. Ya… seperti ketika Tengo mengajak berkomunikasi ayahnya yang mengalami kemunduran kemampuan kognitif dan lebih banyak menjawab dengan hal lain.

Beralih ke cerpen dengan judul Kino. Bukan merek permen, tetapi nama seorang pria yang sedang dalam proses perceraian dengan istrinya. Ia pindah ke kota lain dan merenovasi kedai milik bibinya, lalu diubah menjadi sebuah bar. Seorang pelanggan pria misterius, pelanggan perempuan yang ia tiduri, kucing pembawa keberuntungan, serta kemunculan beberapa ular di sekitar kedai. Kino seolah mendapatkan pengalaman spiritual setelah Kamita—pelanggan pria yang misterius menyuruhnya untuk pergi meninggalkan bar untuk sementara waktu.

Seperti tokoh Kino pada cerpen sebelumnya, Kino, U.F.O. Di Kushiro karakter utamanya, Komura ditinggalkan istrinya. Bedanya mereka belum resmi bercerai. Terpuruk, ia memutuskan berlibur karena saran rekan kerjanya, Sasaki untuk berlibur ke Hokkaido sekaligus memberikan titipan paket kepada adik Sasaki, yaitu Keiko. Pertemuan dengan Keiko dibarengi Shimao, teman Keiko. Komura memiliki banyak obrolan dengan Shimao, termasuk beruang, U.F.O. dan sesuatu yang hilang dari diri Komura, alasan mengapa ia ditinggalkan sang istri. Yang mungkin tidak dapat ia dapatkan lagi setelah diberikan kepada Keiko.

Kemarin adalah judul kedua favorit saya setelah Kota Kucing. Ceritanya cukup sederhana dan tidak membuat saya berpusing-pusing seperti judul-judul lain di atas. Karakter utama yang menceritakan tentang Kitaru, teman semasa kuliahnya yang agak nyentrik dan cukup unik. Dari cerpen ini pula saya mulai mendengarkan lagu Yesterday milik The Beatles. Inti dari cerita ini adalah menceritakan tentang Kitaru dan sifatnya yang dianggap terlalu unik dan tidak normal untuk ukuran anak kota.

Terkenal dengan sering menyisipkan bagian tentang seks, semua cerpen dalam kumpulan cerpen ini ada sisipan kecil mengenai hal itu. Hanya saja, saya tak begitu mempermasalahkannya. Toh, untuk orang Jepang, seks sendiri merupakan kebutuhan. Membaca kumpulan cerpen ini seperti disedot masuk ke dalamnya. Ya… untuk buku pertama karangan beliau yang saya miliki, kumpulan cerpen ini mungkin akan jadi favorit saya untuk ke depannya.

Menanti Bonus Cair Lagi, 15 Juli 2021.

 

Reza Agustin, bukan siapa-siapa, hanya penulis platform yang makan dari memperpanjang cerita tanpa malu.

Leave a Reply