Kompilasi Surat Termanis
#event_Surat_KCLK
Kepada: Kekasih Abadiku
Dariku yang selalu mencintaimu (Agust Wahyu)
Apa kabar kekasihku saat ini? Pasti sangat sehat dan bahagia karena Dia telah memberikan tempat yang indah. Kabarku dan anak-anak kita juga semakin baik dan mulai dapat menerima kepergianmu. Kami percaya bila kau turut mendoakan kami dan mohon pada-Nya untuk selalu menjaga kami dalam penziarahan di dunia ini.
Berapa purnama kita tak dapat lagi berbagi cerita. Gelak tawamu tak hadir lagi di antara kita. Kini hanya menyisakan kerinduan yang masih terasa ada duka dan lukanya. Jejakmu telah tersapu kabut hitam tetapi ternyata tak juga sirna. Hanya aku kini tak mampu memandangmu lagi, tetapi aku takkan menjauh darimu. Kau menghilang dari pandanganku tapi tak bisa sirna dari hati dan jiwaku. Aku tetap mencintaimu walau hanya ungkapkan dalam doa. Aku merindukanmu walau aku tak dapat mengharapkan kehadiranmu lagi. Tapi aku masih berharap untuk bersamamu lagi tentunya dalam alam berbeda.
Aku mencoba menulis surat lagi sama seperti dulu lewat surat aku mengenalmu. Walau telah jutaan untaian kata yang pernah kurangkai untukmu, tapi aku masih merasakan degub di dada yang sama seperti saat kutulis surat cinta untukmu. Kemarin saat kurapikan salah satu laci di lemari kamar kita, ternyata kutemukan setumpuk surat yang pernah kutulis untukmu. Aku sangat terharu karena ternyata sebagian surat cintaku padamu masih terlipat rapi bersama amplopnya.
Saat kepergianmu yang tiba-tiba. Tiada kata yang bisa kuucapkan. Kutahan air mataku walau beribu rasa memenuhi hatiku. Cinta kita yang tengah bertakhta dengan indah-indah tiba-tiba tersapu gelombang dan sirna. Sebenarnya aku sudah terkulai tak berdaya, tanpa bisa bergerak selangkah pun, bahkan untuk menarik napas pun butuh perjuangan. Tapi entah tiba-tiba kudapatkan kekuatan, kuyakini berasal darimu. Aku mampu berdiri tegar merelakan kepergianmu. Aku kuatkan diri agar menguatkan orang-orang yang mencintaimu.
Sehari sebelum kepergianmu, kita masih sempat merayakan ulang tahunmu. Kali ini kau tak ingin merayakannya seperti biasa. Kau hanya mengatakan akan berkumpul lagi nanti. Kupikir kita akan merayakan pesta perak perkawinan kita yang akan terjadi seminggu kemudian. Ternyata benar yang kau katakan, banyak orang berkumpul mengantar kepergianmu.
Sayangku, ternyata kepergianmu membuat kepandaianku dalam merangkai kata-kata puitis untuk menulis surat ini menjadi hilang. Semoga kau masih suka dengan surat yang akan aku kirimkan untukmu kali ini. Tentunya tak lagi bisa lewat pak pos yang mengantarkan ke rumahmu dengan sepeda. Aku akan meletakkannya bersama taburan bunga mawar dan melati di pusaramu.
Semoga isi surat ini bisa mengurangi rasa rinduku padamu.
Aku yang selalu mencintaimu
Agust Wahyu
Kampung Sawah, 20 Januari 2020
———————————————————————–
#Event_Surat_KCLK
Teruntuk kamu, Oky Setiawan
Partner berantem sepanjang hidup.
Dari, istrimu yang menjengkelkan, Edelweis
Hai, Sayang ….
Hohoi. Rasanya aneh nulis surat ini, karena aku yakin kamu gak bakal baca walaupun sudah di-mention. Teringat bahwa kamu adalah makhluk yang paling males baca tulisan panjang. Beda sama aku yang bahkan hobi baca tulisan di belakang bungkus sampo saat sedang mandi. Tapi, aku bakal tetap nerusin surat ini hingga akhir, anggap saja aku sedang nyari pulsa yang biasa kamu palak buat beli skin hero Mobile Legend-mu itu.
Apa kamu heran baca pembuka surat ini? Sepertinya tidak, karena kuyakin kamu pasti setuju kalau kita sering berantem. Bahkan hal-hal sepele seperti siapa yang harus pakai kamar mandi duluan bisa bikin keributan di rumah. Tuhan memang Mahaadil, kita diberi sedikit waktu saja untuk bertemu, mengingat aku dan kamu yang sama-sama kerja dan lebih sering beda shift.
Kalau sudah begitu, rasanya hanya rindu yang kurasa tiap mengingat namamu. Seperti sekarang, aku menulis surat ini di tempat kerja dengan letupan rindu yang memenuhi dada. Padahal baru jam sebelas tadi kamu mengantarku berangkat kerja.
Ah, pagi tadi kamu sengaja membiarkanku tidur sampai matahari meninggi. Katamu, duniamu serasa lebih damai tanpa omelan panjangku tentang menu sarapan dan handuk basah di atas ranjang. Benar-benar alasan yang jauh dari kata romantis. Tapi, hatiku sedikit bergetar haru saat tahu, kamu yang mengurus anak kita pagi ini. Menyiapkan sarapan hingga mengantarnya berangkat sekolah. Dasar Tuan Gengsi! Apa susahnya, sih, bilang kamu gak tega membangunkanku dan berniat membantu tugasku sebagai seorang istri?
Katamu, aku istri yang cerewet dan menjengkelkan. Tapi, siang ini aku mendapat paket berisi sebuah daster dan satu stel piama. Saat kukonfirmasi, kamu bilang membelikan untukku karena gak sengaja lihat notifikasi di aplikasi Shopee. Kamu bilang, mumpung murah dan gratis ongkir. See? Ternyata kamu begitu perhatian sama istrimu yang menjengkelkan ini. Apakah kamu tahu daster lamaku sudah bolong di bagian keteknya? Hahay! Hatiku langsung berbunga-bunga, loh!
Hah, karena keterbatasan jumlah kata, sepertinya cukup sampai di sini saja. Maaf untuk tingkahku yang sering menyebalkan dan terima kasih sudah mau menjadi partner berantem sepanjang delapan tahun ini. Tetaplah menjadi dirimu yang demikian, karena itulah yang selalu membuatku jatuh cinta, lagi, lagi, dan lagi.
Maaf, tak ada kata romantis di sini.
Sekian, kecup basah dengan penuh cinta dariku. Semoga selalu bahagia menjalani hari-hari bersamaku.
[23:34, 2/17/2020]
Edelweis
————————————————————–
#Event_Surat_KCLK
Kepada: Anak Lelakiku di Tanah Rantau
Dari: Ibu yang Merindukanmu (Mak Lamini)
Assalamualaikum, Le.
Apa kabarmu, Le? Semoga Allah Swt. senantiasa menjaga dan memberkatimu.
Entahlah, Ibu bingung harus memulai tulisan ini dari mana. Sebab, Ibu tidaklah pandai mengungkapkan isi hati lewat kata-kata. Yang jelas, Ibu kangen sekali sama kamu, Le. Sudah sekian purnama kamu tidak pulang, menjenguk ibumu yang mulai renta ini—setidaknya menghapus rasa rindu padamu.
Ibu ingat terakhir kali kamu video call saat Lebaran kemarin. Setelah itu, kamu tiba-tiba menghilang tanpa ada kabar sama sekali. Mungkin, tahun-tahun lalu, Ibu masih bisa mengetahui kabarmu lewat pesan singkat atau menatap wajahmu lewat video call. Akan tetapi, selepas lebaran kemarin sampai hari ini, tak jua kamu memberi warta. Ibu mencoba meneleponmu, juga tak ada jawaban—nomormu di luar jangkauan. Apakah kamu sesibuk itu, Le? Ataukah terjadi sesuatu padamu? Ah, semoga kamu dalam lindungan-Nya.
Anakku, ke mana lagi Ibu harus mencari tahu keadaanmu? Segala cara sudah Ibu usahakan, tapi belum ada titik terang. Pada sepertiga malam dan selesai salat lima waktu, tak henti-hentinya bibir ini melangitkan pinta dan doa terbaik untukmu. Bahkan, kedua mata ini sembap karena tak ada lagi yang kuasa Ibu lakukan kecuali menguras air mata rindu yang tak berkesudahan.
Le, dada ini sesak sekali. Tangan Ibu pun tak sanggup lagi menuangkan seluruh beban di hati. Biarlah air mata rindu yang melembah ini menjelma bait-bait doa untukmu. Semoga kamu sehat dan baik-baik saja. Ibu akan setia menunggumu kembali di sini.
Cukup sekian saja tulisan Ibu ini. Sungguh, Ibu tak sanggup lagi merangkai kata-kata. Dera dan air mata sepertinya terlalu kuat untuk Ibu tawan. Maafkan Ibumu ini, Le. Ibu kangen sekali sama kamu. Pulanglah, Anakku.
Wassalamualaikum
[23:34, 2/17/2020]
Mak Lamini
Grup FB KCLK
Halaman FB Kami
Pengurus dan kontributor
Mengirim/Menjadi penulis tetap di Loker Kata