Kompilasi Surat Cinta Terbaik (part 5)
Surat pertama dari Octoatalla
Untuk : Yang Tersayang, Alfa K
Dari : Atha
Assalamu’alaikum Sayang,
Apa kabarnu? Berharap baik tak kurang satu apa pun. Hari ini pertama kali aku menulis sesuatu yang tak biasa, seumur-umur sangat sulit untukku merangkai barisan kalimat yang berusaha biar enak dan damai saat kau membaca surat ini.
Aku suka geli sendiri kalau ingat saat pertama kali kenal kamu, kamu yang jauh di pandang tapi berasa dekat dan ada disamping
Aku ingat saat kau mengingatkan satu hal dan selalu menasehati agar aku bisa lebih tabah hadapi persoalan cerita kehidupan. Bagaimana kau tiba-tiba menelpon sekadar memberi tahu dan mengingatkan aku agar jangan lupa sarapan, istirahat, dan salat. Dalam hati kecilku berkata betapa aku bersyukur bisa kenal dan dekat denganmu. Aku yang seringkali ceroboh pada akhirnya bersyukur di pertemukan dengan seseorang yang sangat istimewa dalam perjalanan kisah cintaku yang sempat porak poranda di masa kemarin
Hanya seorang Alfa yang bisa merubah kebiasaan lupaku menjadi sedikit lebih maju, dengan sabar mengajarkan betapa indah arti kebersamaan dan berbagi perhatian satu sama lain
Aku cukup lama mengenal dia, sang gadis manis yang rajin sekali menciptakan barisan kekata indah yang selalu membuat kekagumanku bertambah
Jika hari ini kita selalu merasa bahagia jangan lupa, ingat dan kenang saat kita dianggap tak ada
Itu kalimat yang selalu kusimpan dalam barisan kata-kata indah darinya, Alfaku
Tak habis hal baik saat kita bersama mempertahankan dan selalu bersabar menghadapi segala halangan yang selalu jadi penghalang untuk kita tegar dan tegas mengatas namakan kebersamaan. Aku sayang kamu seteduh embun yang menyibak pagi seindah pelangi
Suratku teramat panjang untuk kau simak, tetapi aku berharap kau terima secara sederhana sebagaimana aku memantaskan rasa sayangku selalu padamu saja
Ingatlah satu hal, kita bisa selalu ada karena kita mampu menghargai setiap kurang dan lebih kenyataan yang ada, bahwa aku selalu sayang sama kamu sampai satu hari nanti
Sampai jumpa lagi, Al. Jaga kesehatan belajarlah lebih mandiri di negeri orang dan jangan lupa bersyukur, Aamiin Yaa Rabb
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Kotabumi, 18 Januari 2020
—
Surat kedua dari Ryn In
Dari : Ryn In
Kepada : Pelabuhan nyamanku
Assalamu’alaikum
Hai ….
Melalui surat ini, aku mau mengatakan sesuatu yang tidak bisa kukatakan secara langsung. Aku yang terlalu malu untuk sekedar menyapamu. Aku yang terlalu takut untuk memasuki kehidupanmu lagi. Aku yang terlanjur terlupakan, bahkan aku sudah lupa akan sebuah harapan untuk sebuah sapaan.
Aku adalah sepi, yang bersamamu merasa nyaman. Aku adalah bosan, yang mengharapkanmu sebagai tempat pelabuhan. Aku adalah sakit, yang bersamamu aku mengacuhkan segala rasa pahit. Memandangmu dengan manis.
Tapi, aku bagimu hanyalah teman. Tempat berbagi sejuta cerita, tempat nyaman dengan kasih sayang yang berkedok sahabat curhatan. Banyak candaan yang kamu lontarkan, lalu kita tertawa bersamaan. Menumbuhkan harap dihatiku, tanpa ada rasa bersalah sedikit pun.
Namun, kini kamu dimana? Aku tak menemukanmu di sudut mana pun. Kamu menghilang, dari setitik kehidupan yang begitu menyakitkan. Kamu pergi, meninggalkan sebuah luka hati yang kubuat sendiri.
Apakah kamu merindukanku, hm? Tidak, ya. Baiklah, mungkin hanya aku yang merindukanmu. Hanya aku yang mencarimu di banyak ruang. Hanya aku yang merasa kesepian.
Aku hanya berharap, untuk sebuah sapaan yang hangat itu, akan kembali dekat. Namun, tak ada yang akan dibicarakan, meski banyak rindu yang tersusun semu. Hanya kosong.
Selepas kepergianmu, aku lebih sering berteman dengan rindu. Banyak menghabiskan waktu dengan buku dan mencoretkan namamu didalamnya. Tapi, tak apa. Aku sudah lama tak menulis tentang siapa pun. Untuk kali ini izinkan aku meminjam namamu, hanya sebagai pengingat semu.
Banyak sebenarnya yang ingin kutulis perihalmu. Namun, kurasa terlalu panjang jika ditulis. Baiklah, sekian dariku. Semoga kamu tetap bahagia, ya.
Aku menyayangimu.
Untuk : Kamu yang hatinya dibekukan oleh waktu, yang meninggalkan rindu sebagai teman ceritamu.
Wassalamu’alaikum …
Lampung, 17 Januari 2020
—
Surat ketiga dari Jihan Almas M
Kepada Ka, pria yang mengisiku dengan warnamu.
Dari aku, penyuka biru yang senyumnya kau bilang candu.
Hai,
Ah, bahkan aku masih terbayang intonasi mu setiap kamu mengatakan itu. menyapaku di awal temu, kemudian kau acak rambutku karena kau bilang suka melihatku marah-marah lalu melayangkan cubitan pada lenganmu. Kau mengaduh, namun tak lantas membalas marahku, kau tertawa karna kau bilang ekspresiku lucu.
Hai Ka,
Hujan kembali membasahi bumi di bulan Januari ini, itu artinya sudah empat musim kan? Apa yang sedang kau lakukan di negeri orang? Oya, Ingatkan aku untuk merajuk ketika nanti kita bertemu. Bukankah kamu kelewatan tidak pernah membalas suratku barang sekali? Hm, tapi tentu saja jika rindu tidak mendominasi diri untuk berlari memelukmu saat nanti kamu datang.
Ka,
Kau tahu? Kaktus yang kau belikan untukku kini sudah berbunga. Kau benar, kaktus bisa berbunga. Meskipun aku melihatnya di internet, namun aku tidak percaya karena tidak melihatnya secara langsung. Sekarang kamu menang, berhasil membuktikan kepadaku tentang teori kaktus itu. Baiklah, kini aku juga akan memenuhi janjiku untuk mengatakan apa yang aku rasakan untukmu.
Ka, aku rindu…
Sudah kan? Hehe.
Oya, kalimat “Maukah aku jadi pendampingmu?” yang kau ucapkan saat kita berpisah di stasiun apa masih berlaku Ka? Rasanya aku sudah merangkum jawaban hatiku sekarang. Aku tahu apa yang akan aku jawab. Kamu juga tentunya bisa menebak dari pengakuan rasaku di atas bukan? 🙂
Aduh, cukup dulu ya Ka, aku malu menulis ini. Cepatlah pulang agar aku cepat bilang.
Salam,
Aku yang sudah mencintaimu