Kisah Sasa dan Capcap
Oleh : Mila Athar
“Aku menang,” Capcap kecap tertawa bahagia karena berhasil mengalahkan saus.
“Jangan sombong dulu, kita lihat di minggu berikutnya pasti aku yang menang,” Sasa saus menjawab sambil mencibir.
“Baik, buktikan saja. Jangan banyak omong!” seru Capcap.
Sasa mendengus kemudian melompat kembali ke meja makan bermotif bunga sakura merah muda. Ia kesal sekali, baru menang sekali saja, Capcap begitu angkuh. Lagaknya sudah seperti raja di rumah ini. Dari tadi ia sibuk menepuk dada pada Gara garam dan Caca merica.
Seisi meja makan tahu, saat ini Capcap dan Sasa sedang berseteru. Hal ini bermula dari keisengan Gara mengadakan lomba bumbu penyedap terfavorit. Semua tahu, Gara adalah pemenangnya. Ia menyandang bumbu terfavorit tak terkalahkan. Setiap kali memasak Gara selalu terpakai. Memasak tanpa Gara maka dijamin akan kacau rasanya. Tak heran, Gara berturut-turut menjadi bumbu juara setiap tahunnya.
Bosan melihat situasi tersebut, Gara berniat mencari partner bumbu favorit yang paling tidak bisa hampir setara dengannya. Maka pagi itu ia mengumpulkan para bumbu untuk berkumpul. Dari mulai Mimi Minyak, Bambam Bawang, Caca Merica, Sasa Saus, dan Capcap Kecap berjajar menunggu dengan penasaran mengapa mereka dikumpulkan. Mereka berkasak kusuk sehingga suasana menjadi begitu berisik.
“Oke, semua harap tenang,” seru Gara.
“Pagi ini, aku mengumpulkan kalian karena aku akan mengadakan pertandingan.”
“Wah, pertandigan apa?” tanya Mimi penasaran.
“Jadi, aku mau mencari teman untuk menjadi bumbu penyedap favorit. Aku bosan, menjadi yang paling favorit di sini.”
“Wah, aku sudah pasti kalah karena aku jarang dipakai,” sahut Caca.
“Jangan berputus asa sebelum berusaha,” Gara menenangkan.
“Bukan begitu, tapi aku memang tidak tertarik,” jelas Caca lebih lanjut.
“Baiklah, kalau begitu siapa yang tertarik silahkan maju.”
Tanpa diduga Sasa maju diikuti Capcap. Semua bumbu terkejut melihatnya. Pasalnya, dua bumbu tersebut merupakan sahabat karib lama. Dimana ada Capcap pasti ada Sasa. Mereka berdua tak terpisahkan. Jika kedua bumbu ikut bertanding, mereka takut persahabatan dua bumbu tersebut akan retak.
Benar saja sejak saat pertandingan tersebut dimulai, Sasa dan Capcap kerap bertengkar. Salah satunya tak ada yang mengalah. Masing-masing merasa paling unggul.
“Tanpa adanya aku, makanan terasa tak lezat,” ungkap Sasa angkuh.
“Makanan tanpaku rasanya tak akan enak, hambar,” Capcap berkata dengan percaya diri.
Maka begitulah selama sepekan ini Sasa dan Capcap sibuk membanggakan diri. Mimi dan Bambam hanya geleng-geleng melihatnya. Sedangkan Caca dan Gara semangat melihat persaingan Sasa dan Capcap.
Dan ternyata sepekan ini menu yang dibuat tuan mereka adalah soto, telur, tahu serta tempe kecap, tumis, dan makanan berasa manis lainnya. Maka otomatis Capcap sering digunakan dan dia menjadi pemenang di minggu pertama.
Gara menantang mereka untuk menjadi bumbu terfavorit selama satu bulan penuh. Cukup berat memang. Namun, Sasa dan Capcap merasa bahwa mereka mampu melewatinya.
Hari pertama di Minggu ke dua, para bumbu penasaran, makanan apa yang kali ini akan dimasak. Mereka melihat sang nyonya sedang menyiapkan beberapa jenis sayuran untuk dimasak. Dan betapa kecewa Sasa karena Minggu ke dua ini sang Nyonya hanya memasak aneka oseng sayur dan sop. Ketika makan, mereka enggan memakai Sasa dan Capcap.
“Sudah, menyerah saja Sa. Aku yakin, akulah pemenangnya,” kata Capcap jumawa.
“Masih ada dua pekan lagi, jangan sombong kau Capcap,” sahut Sasa.
Di pekan ketiga keberuntungan ada di pihak Sasa ternyata. Sang nyonya selalu menggunakan Sasa untuk menyantap mie ayam, bakso, dan aneka jajanan. Kebetulan di minggu ini sang nyonya jarang memasak dan memilih untuk membeli makanan di luar.
Sasa bertepuk tangan gembira. Ia berharap sang nyonya masih sibuk dan membeli makanan yang menggunakannya sebagai penyedap.
“Tuh kan apa ku bilang, aku adalah penyedap favorit!”
Jangan bangga dulu, satu minggu lagi penentunya,” jawab Capcap ketus.
Tibalah di pekan terakhir. Sasa dan Capcap harap-harap cemas. Siapa yang akan digunakan sepekan ini. Dan mereka harus menelan kecewa ketika ternyata sang nyonya tak menyentuh mereka sama sekali. Sang nyonya selalu pulang malam dan tak sempat makan di rumah. Bahkan, ketika sarapan ia hanya memakan roti dengan selai dan segelas susu.
Sasa dan Capcap merasa kecewa. Ternyata hasil mereka seri. Saat Gara meminta berkumpul, mereka datang dengan wajah lesu dan tak bersemangat.
“Teman-teman mari kita beri tepuk tangan yang meriah untuk Sasa dan Capcap yang telah berjuang selama empat pekan ini.”
Secara serentak mereka bertepuk tangan setelah mendengar suara Gara.
“Kita semua tahu hasil dari pertandingan ini adalah sama-sama unggul. Tidak ada yang lebih baik dari mereka.”
Semua bumbu terdiam mendengar perkataan Gara.
“Sebenarnya, ketika mengadakan pertandingan ini, tujuanku adalah mempererat persatuan kita, saling mendukung, bekerjasama, dan tolong menolong.”
Tiba-tiba ruangan itu begitu senyap. Sasa dan Capcap hanya menunduk malu.
“Karena kita adalah bumbu penyedap dengan keistimewaan masing-masing, semua berperan dalam melezatkan makanan. Aku bukanlah yang terhebat sebenarnya, walaupun aku digunakan setiap hari, namun tanpa kalian masakan tak akan enak rasanya.”
Semua bumbu mengangguk dan bertepuk tangan meriah. Bahkan di depan panggung Sasa dan Capcap berpelukan. Mereka saling meminta maaf dan menyadari kekeliruan mereka. Sasa dan Capcap sadar mereka semua hebat dengan keistimewaannya masing-masing.(*)
Mila Athar. Hanya seorang gadis biasa yang mencoba belajar beraksara yang terserak di semesta.
Grup FB KCLK
Halaman FB Kami
Pengurus dan kontributor
Mengirim/Menjadi penulis tetap di Loker Kata