Kisah Monyet yang Serakah
Oleh: Cici Ramadhani
Sore itu, Kura-kura, Kelinci, Kerbau, dan Gajah akan berkunjung ke rumah Kancil. Masing-masing mereka membawa macam-macam buah sebagai hadiah. Ada pisang, rambutan, semangka, wortel, dan apel.
Di tengah perjalanan, mereka bertemu dengan Monyet.
“Hai!” sapa Monyet.
Keempat binatang itu tidak menjawab teguran Monyet dan terus berjalan.
“Kalian mau ke mana?” tanya Monyet.
“Kami mau mengunjungi Kancil yang sedang sakit,” jawab Kelinci.
“Lalu buah-buahan itu mau diberikan pada Kancil?” tanya Monyet lagi.
“Tentu dong. Buah-buahan ini memang sengaja kami bawa untuk Kancil,” jawab Kerbau.
“Gajah, boleh aku minta sedikit saja pisang itu?” Monyet menunjuk pisang yang dibawa Gajah dengan belalainya.
“Tidak boleh,” jawab Gajah. “Ini khusus untuk Kancil. Kau bisa dengan mudah mendapatkannya di kebun sana.”
“Tapi itu terlalu banyak. Kancil tidak mungkin menghabiskannya sendiri,” ucap Monyet.
Gajah menggelengkan kepalanya, bersikeras tidak akan membagi sedikit pun buah pisang yang dibawanya untuk Monyet.
Tak habis akal, Monyet membujuk binatang lainnya agar mau memberikannya buah-buahan. Namun, tak ada seekor pun di antara mereka yang bersedia membaginya pada Monyet.
“Pergilah Monyet,” usir Kura-kura. “Jangan memperlambat perjalanan kami.”
Para binatang itu memang tidak mau lagi berteman dengan Monyet karena selain licik, Monyet terkenal dengan keserakahannya.
Monyet tidak peduli, meski keempat binatang itu mengusirnya berkali-kali, Monyet tetap mengikuti mereka agar bisa mendapatkan buah-buahan tersebut.
Saat kelima binatang itu sampai, Kancil sedang tertidur lemas.
“Kancil, bangunlah. Lihat apa yang kami bawa untukmu,” ucap Kelinci.
Kancil membuka matanya dan bangkit dengan perlahan.
“Hai, teman-teman,” sapa Kancil dengan suara lemah.
“Hai,” jawab mereka serempak. Kemudian meletakkan buah-buahan di hadapan Kancil.
Melihat tumpukan buah membuat Monyet berkali-kali menelan ludah. Otaknya terus berpikir bagaimana caranya bisa memakan buah-buahan itu.
“Bagaimana kondisimu, Kancil?” tanya Kerbau.
“Sudah mulai membaik. Terima kasih kalian sudah berkunjung,” ucap Kancil.
“Kancil, apa kau bisa menghabiskan buah-buahan ini semua? Jika tidak, aku bersedia membantumu,” ucap Monyet tanpa rasa malu.
Gajah, Kelinci, Kura-kura, dan Kerbau serempak menggeleng.
Monyet memasang wajah menyedihkan di hadapan Kancil. Akhirnya Kancil yang baik hati merasa kasihan pada Monyet dan mengijinkannya makan.
Monyet kegirangan. Dengan lahap dia memakan buah pisang hingga mulutnya penuh. Kedua tangannya juga dipenuhi buah pisang, sedangkan kedua kakinya menggenggam buah apel dan buah rambutan.
“Kata Gagak, di hutan kita ada pemburu. Benarkah kau bertemu dengan pemburu itu, Kancil?” tanya Kura-kura.
“Benar. Aku hampir saja terjerat jebakan pemburu itu. Tak hanya itu, pemburu itu terus mengejarku sambil melepaskan panahnya. Beruntung aku bisa menghindar dan berlari dengan cepat.”
“Kau memang hebat, Kancil. Jangan sampai aku bertemu pemburu,” ucap kelinci takut.
Ketika yang lain asik bercerita, Monyet malah menghabiskan semua buah-buahan yang ada sehingga membuat Kancil marah dan mengusir Monyet.
“Kau memang serakah, Monyet. Aku tidak mau berteman denganmu lagi,” ucap Kancil marah.
“Aku juga,” ucap Gajah.
“Aku juga tidak mau berteman dengan Monyet,” kata Kelinci.
“Aku juga tak sudi berteman denganmu. Dasar licik,” ucap Kerbau.
“Aku juga tak mau punya teman sepertimu, Monyet,” ucap Kura-kura.
Monyet yang mendengar itu merasa sedih. Namun, kali ini Kancil tidak peduli.
“Sekarang kau tinggalkan tempat ini. Aku tidak mau melihatmu lebih lama lagi,” usir Kancil.
Keempat binatang lainnya juga ikut mengusir Monyet. Dengan lesu, Monyet meninggalkan tempat tinggal Kancil.
Setelah jauh berjalan dan melompat dari pohon satu ke pohon lainnya, Monyet merasa kehausan. Saat mendekati sebuah sungai, Monyet mencium bau kacang. Monyet terus mengendus dan menemukan banyak kacang dalam sebuah gundukan tanah. Monyet memasukkan tangannya ke dalam lobang yang ada pada gundukan tanah tersebut. Kini tangannya penuh dengan kacang. Namun, saat Monyet mengeluarkan tangannya, tangannya tersangkut. Dia terus berusaha mengeluarkan tangannya, tetapi tetap tidak berhasil karena tangannya yang penuh dengan kacang. Sampai seorang pemburu datang dan menangkap Monyet. Akhirnya, Monyet yang serakah masuk ke dalam perangkap pemburu. (*)
Cici Ramadhani, Ibu dua anak yang suka berpetualang dan penyuka warna biru.
Editor: Imas Hanifah N