Kisah Momon
Oleh: Isnani Tias
Part 10: Lautan Luas
Mio memandangi kepergian Momon dengan wajah muram. Dia merasa sendirian lagi. Karena Momon adalah teman yang baik dan menerima apa adanya dia. Di hutan bakau ada kawanan kucing seperti Mio juga. Akan tetapi, jarang ada yang mau berteman dengannya. Sebab, Mio suka marah-marah, bertengkar dan jail, sehingga dijauhi oleh teman-temannya.
Beberapa menit berlalu, rombongan Momon sudah berenang sampai setengah perjalanan. Gelombang ombak cukup tenang. Kawanan kerbau rawa itu terus berenang tanpa rasa lelah.
Momon melihat pemandangan di permukaan laut dengan mata berbinar. Tiupan angin membuat syal yang menggantung di leher Momon bergerak-gerak. Ia membetulkan syal itu dengan mengikat silang, agar tidak terbang.
Tidak sengaja mata Momon melihat sesuatu yang bergerak menuju tempat mereka. “Paman, itu apa? Sepertinya dia mau mendekat ke arah kita.”
Mendengar perkataan Momon, kerbau yang ditumpanginya menoleh ke arah kiri. Sesuatu yang dimaksud oleh Momon itu, terlihat oleh si kerbau.
“Itu ekor hiu!” teriak pemimpin kerbau ketika melihat ekor berbentuk segitiga muncul di permukaan dan membuat teman-temannya secara serentak mengarah pada penampakan seekor hiu.
Kawanan kerbau mulai saling berpandangan dengan wajah yang menunjukkan kekhawatiran. Mereka takut jika akan menjadi menu makan sore bagi si hiu. Gerakan hiu itu semakin mendekat.
Para kerbau rawa itu menambah kecepatan berenangnya. Namun, hiu itu masih bisa mengejar dan langsung menghadang mereka.
“Kamu mau apa, Hiu Putih?” tanya pemimpin kerbau yang melihat warna tubuh hiu itu.
“Tolong, apa ada yang bisa melepaskan tali yang tersangkut di leherku? Seharian aku memutari lautan tetapi tidak ada yang bisa.” Hiu Putih itu memperlihatkan tali yang melekat pada lehernya.
Sepertinya hiu berukuran besar itu telah terkena perangkap jaring yang dibuat oleh manusia dan beruntung dia bisa meloloskan diri.
“Mungkin monyet muda yang di atas punggungku ini, bisa menolongmu,” ucap pemimpin bertanduk panjang itu.
Hiu Putih yang malang tersebut mendekati monyet yang dimaksud oleh sang kerbau rawa. Momon berpikir sebentar. Lalu, ia melepas tas dan mengeluarkan sebuah tongkat bambu berwarna kuning yang bisa dilipat. Ia mencoba untuk melepaskan ikatan tali yang berada di tubuh si hiu dengan ujung tongkat yang runcing. Momon mulai menggesek-gesekkan antara tali dengan ujung tongkat itu, seperti sedang memotong.
Momon berusaha keras memotong tali cokelat yang tebal tersebut, dan perlahan mulai terbelah. Keringat Momon menetes di atas kepala hiu. Ia terus menggesek dengan posisi badan menghadap ke samping tubuh hiu. Sebenarnya posisi ini bisa membuatnya tercebur di laut.
“Naiklah di badanku ini, agar mudah melepaskan tali itu,” pinta hiu sambil merapatkan tubuh kepada pimpinan kerbau.
Momon pun berpindah tempat naik ke tubuh Hiu Putih. Ia segera melanjutkan memotong tali itu. Berselang beberapa menit, akhirnya terlepas tali tersebut. Kemudian, Momon beralih ke tempat semula.
“Terima kasih, monyet bertopi hijau dan para kerbau yang sudah bersedia menolongku. Akhirnya, aku terbebas,” ucap Hiu Putih sebelum meninggalkan Momon dan kawanan kerbau.
Mereka melanjutkan berenang menyeberangi laut untuk menuju Pulau Hijau. Namun, tiba-tiba angin bertiup dengan kencang. Gelombang laut bergerak semakin cepat, sehingga membuat rombongan Momon terombang-ambing di lautan. Momon berpegangan erat di tanduk panjang sang kerbau.
Langit diselimuti oleh awan hitam. Kabut mulai datang, membuat pandangan mereka kabur.
“Waspada dan tetap tenang! Ini bukan pertama kali bagi kita. Pandangan tetap fokus.” Pimpinan kerbau berusaha membuat kawanannya tidak panik.
Momon pun dalam hati terus berdoa agar badai laut ini cepat berlalu dan semua selamat.
Badai laut semakin dahsyat dan butiran hujan pun mulai turun cukup deras. Angin semakin kencang serta air laut mulai membuat lubang pusaran. Bentuknya seperti gangsing, berputar ke arah dalam lalu mencetak lubang di tengah laut yang lama kelamaan semakin besar.
Momon dan kawanan kerbau tidak bisa menghindari lubang itu. Mereka ikut tertarik dan berputar-putar di dalam sampai dasar pusaran. Pada saat putaran semakin cepat, pegangan Momon terlepas dan terlempar masuk ke dalam lubang. Pemimpin kerbau tidak bisa menolong karena dirinya pun belum tentu selamat dari pusaran tersebut.
Beberapa menit kemudian, badai laut pun berlalu, cuaca kembali seperti semula dan lautan menjadi tenang. Namun, matahari tidak bisa bersinar lagi. Sebab, telah tergantikan oleh bulan serta bintang yang menghiasi angkasa.
***Bersambung***
Sidoarjo, 09 Mei 2021.
Penulis dengan panggilan akrab Tias ini seorang Ibu dari dua putri cantik, Aisyah dan Shofia. Penulis saat ini sedang belajar membuat cerita anak. Cerbung anak berupa fabel ini adalah karya pertamanya. Semoga segera bisa dibukukan. Aamiin.
Penulis bisa dihubungi melalui Facebook Isnani Tias dan Instragam @t145.7055.
Editor: Imas Hanifah N