Kesalahan Orangtua dalam Mengajari Anak Berpuasa
Oleh: Lily Rosella
Tahun ini Pak Anjar berkata pada Usup kalau ia akan membelikan sepeda baru jika Usup bisa puasa sebulan penuh. Usup yang baru berusia enam tahun tentu semangat mendengar apa yang dikatakan bapaknya.
Pada hari pertama ia berpuasa seharian penuh, tentu saja hal tersebut menjadi hal yang sangat menggembirakan bagi Pak Anjar. Ia bahkan berharap ini akan berlanjut sampai satu bulan ke depan.
Namun baru tiga hari puasa, Usup sudah nangis minta untuk berbuka saat azan zuhur berkumandang. Anak-anak tetangga yang berusia di bawahnya, bahkan yang seumuran dengannya kebanyakan buka puasa saat zuhur, lantas melanjutkan lagi sampai magrib, ada juga yang tidak berpuasa.
Pak Anjar menggeleng, ia tidak mengizinkan Usup untuk seperti anak-anak lainnya. Dia bahkan menceritakan pada Usup kalau pada usia lima tahun ia sudah bisa berpuasa sebulan penuh. Pada zamannya dulu tidak ada anak-anak yang buka puasa zuhur lalu dilanjutkan lagi. Kalau sudah batal, ya batal. Begitulah yang ia tahu. Tapi sayangnya Usup tak mau mendengarkan, ia masih merengek minta buka sekarang juga. Perutnya mungkin tidak lapar, tapi tenggorokannya terasa sangat kering dan membuatnya seperti tercekik. Ia hanya ingin minum saja, lalu setelah itu ia berjenji akan melanjutkan puasanya sampai magrib.
“Kalau puasanya tidak sampai sebulan penuh, nanti tidak Bapak belikan sepeda,” ucap Pak Anjar.
Mendengar hal itu Usup yang tentu menginginkan sepeda agar bisa berjalan-jalan dengan temannya langsung diam. Dia memilih bermain air di luar dan membasuh kaki juga tubuhnya agar lebih segar.
Saat sedang mengarahkan selang ke atas juga mendongak agar terasa seperti sedang hujan, tak sengaja air yang mengucur itu tertelan oleh Usup. Awalnya ia kaget dan takut kalau-kalau puasanya batal, namun mengingat betapa hausnya dia, anak berusia lima tahun tersebut malah mencicipi sedikit lagi guna membasuh tenggorokannya yang kering.
Bukan hanya sekali, hal itu kadang dilakukan Usup setiap hari, terlebih jika bapaknya tidak mengizinkan dia berbuka puasa lebih awal. Ia meminum air ketika sedang berwudu atau bilang ingin membasuh muka, lantas ia berpura-pura lemas di hadapan bapaknya agar terlihat kalau dia masih berpuasa. Baginya asal dia bisa berpuasa sebulan, maka ia akan mendapat sepeda baru. Lagi pula bapaknya juga tidak tahu jika ia minum air dari keran.
***
Kita sebagai orang tua tentu sangat senang jika anak-anak kita bisa berpuasa sehari penuh, bahkan akan sangat senang jika sampai sebulan penuh. Hal ini yang terkadang membuat kita, para orang tua sering mengatakan pada buah hati kalau akan ada hadiah jika mereka bisa melakukannya.
Selain dengan iming-iming hadiah yang membuat anak bersemangat, bahkan kita juga sering lupa dengan memaksa mereka untuk tetap bertahan menunggu azan magrib, atau mungkin sebagian orang tua pernah berkata, “jika puasanya tidak sebulan penuh, maka hadiahnya tidak jadi.”
Tahukan kita? Bahwa setiap apa yang kita lakukan dan katakan dapat membawa dampak besar bagi anak-anak. Mereka yang masih begitu polos akan mencerna apa pun yang didengar juga dilihatnya. Perkataan kita yang secara tidak langsung berniat untuk menyemangati bisa jadi terdengar seperti ancaman dan terkadang hal inilah yang memicu anak-anak menjadi seseorang yang pandai berbohong di kemudian hari.
Padahal dengan usia mereka masih terbilang kecil dan belum mendapat kewajiban untuk berpuasa, kita sebagai orang tua haruslah menjadi pembimbing tentang bagaimana cara mengenalkan seperti apa itu berpuasa. Dan pada tahap ini juga mereka perlu dibiasakan melatih diri sedikit demi sedikit hingga nanti akan terbiasa.
Tidak apa jika mereka hanya mampu menjalankan ibadah puasa sampai azan Zuhur, bisa jadi besok mereka akan kuat berpuasa setengah jam lebih lama, pun hari-hari berikutnya. Sehingga pada tahun depan bukan hal yang mustahil juga kalau mereka sudah kuat menjalani ibadah puasa, selain karena latihan secara perlahan, pun usia mereka juga sudah lebih matang dari sebelumnya. (*)
Grup FB KCLK
Halaman FB kami
Pengurus dan kontributor
Cara mengirim tulisan
Menjadi penulis tetap di Loker Kita