Kepada Ji yang Selesai
Ji, langit belum pula rampung bersedu sedan
dari detak detik kepulanganmu
Sampai pada detak takdir ceritamu berakhir,
rintik ruah menjadi hujan
Lalu,
kau yang sudah membujur kaku dalam ruang terakhir
di atasnya kembang-kembang duka bertabur,
wajah basah kami dikuyubi lagi tangis langit
Sebab pulangmu, Ji,
serupa prahara
Selepas pulangmu di jam ke tujuhdua,
langit masih saja berduka
menumpah ruah sekujur luka
Lalu,
pada detik yang melesat,
di angka berapa perih dan sesal berganti ikhlas?
Ji.
Bagaimana jika,
sebungkus cendol di senja beranjak maghrib kupuisikan sebagai kenangan
biar kau hidup abadi?
Dan langit,
masih saja menumpah luka-duka
Sebab pulangmu, Ji,
serupa prahara!
Sepetak ruang sepi di Kota Raflessia, 01/12/16
Izinkan Sekali Saja
Izinkan sekali saja
aku mengeja
em-bun, sen-ja
dan namamu di altar doa
Izinkan sekali saja
kueja
matamu sembilu
Izinkan sekali saja
kueja titik hujan,
kita sebut rindu
Izinkanlah
Sekali saja
Kurangkul bayangmu dalam lukisan imajiku,
Biar kukirim ke langit
Lalu aku kembali
menata
Kemudian,
Tanpa permisi. Kualpakan jejak.
Lathifah Istiqomah, gadis penyuka senja dan hujan ini sedang menempuh jenjang S1 di kampus hujau IAIN Bengkulu. Hingga kini, tempatnya bercerita adalah Tuhan dan puisi. FB: Lathifah Istiqomah.
Halaman FB kami
Pengurus dan kontributor
Cara mengirim tulisan