Kado Istimewa

Kado Istimewa

Kado Istimewa

Oleh: Respati

Satu

Kata orang mawar itu menggambarkan kecantikan. Jelmaan wanita ayu nan anggun. Pesonanya mampu menghipnotis mata siapa pun yang memandangnya.

Wanita suka sekali dihadiahi bunga terutama mawar. Kata orang, bunga mawar juga melambangkan keromantisan sang pemberi. Selain cokelat, boneka dan perhiasan sebagai hadiah, pria romantis juga dilambangkan dengan kegemarannya mengumbar kata romantis selain melancarkan rayuan.

Kalau begitu, aku bukan pria romantis. Aku tak pernah memberikan Maya—kekasihku—hadiah. Apalagi bunga mawar, cokelat, dan boneka. Selama menjalin hubungan dengan Maya, aku belum pernah memberinya hadiah. Sungguh terlalu, bukan?

Aku pun bukan termasuk pria romantis yang pandai merangkai kata mengungkapkan isi hati. Apalagi rayuan, seingatku aku belum pernah merayu Maya. Membuat pipinya merona merah muda. Simpulan senyumnya yang terajut sambil menunduk malu-malu. Belum pernah.

Jadi saat aku dipaksa ke toko bunga ini, aku kebingungan. Bunga mana yang harus kupilih? Yang akan kuhadiahkan pada Maya malam ini. Ya, malam ini! Maya berulang tahun sementara aku belum tahu hadiah apa yang pantas untuknya. Sebenarnya aku yakin Maya tak memintaku membawa kado istimewa. Tapi malam ini, kekasihku merayakan hari lahirnya bersama keluarga dan teman-temannya. Aku ingin memberinya kejutan. Sialnya, aku masih bingung tentang benda yang akan kuberikan untuknya.

Atas saran Jeki, teman kuliahku, hadiah terbaik adalah … mawar! Aah! Sudah sejam aku keliling toko bunga tapi belum juga menemukan yang pas menurutku. Sebenarnya bukan pas, tapi sesuai kantongku. Honor cerpen dan royalti novelku belum ada tanda-tanda masuk rekening. Itu berarti dompetku sedang tipis.

“Bro! Udah dapat mawarnya?” Jeki menepuk pundakku.

Pertanyaannya kujawab dengan menggeleng lemah. Aku berdiri di sebelah ember berisi penuh mawar putih.

“Bro! Gimana kalau mawar putih? Putih kan suci,” lanjutnya.

Pria kurus tapi hobi futsal ini pun menunjuk bunga mawar putih. Diambilnya setangkai mawar putih kemudian diciumnya.

Aku memutar pandanganku ke arah mawar putih di tangan Jeki. Kali ini dia benar, warna putih identik dengan kesucian. Artinya cintaku yang suci ini harus dilambangkan dengan mawar putih yang juga kupilih untuk kado terindah buat Maya.

Aku menyetujui usul Jeki, sebuah mawar putih pilihan Jeki disampul plastik. Aku membayangkan wajah putih Maya merona merah. Persis kepiting rebus. Semoga Maya suka mawar ini.

Dua

Kamarku masih berantakan saat kutinggal tadi pagi. Tapi sore ini aku dikejutkan dengan kamar yang sudah tertata rapi. Aku tertegun sambil berpikir, siapakah gerangan upik abu yang baik hati membereskan seisi kamar?

Aku masih bengong dalam kamar yang tiba-tiba menjadi rapi. Tak ada lagi baju kotor bertumpuk di kursi. Seprai yang warnanya makin kusam sudah diganti baru. Aku melangkah ke dalam lagi. Kamarku mendadak rapi.

Mataku beralih ke meja makan. Kubuka tutup saji dan tiga piring lauk lengkap tersaji. Makin bingung aku dengan keadaan kamar yang berubah padahal tak terlalu lama kutinggalkan. Berusaha berpikir keras, aku tak juga berhasil menemukan jawabannya. Frustrasi dengan kegagalanku menerka, aku pun melangkah menuju kamar mandi. Mandi kemudian bersiap ke rumah Maya.

Tiga

Maya tersenyum manis melihat kehadiranku. Tangan mulusnya kujabat erat. Maya begitu cantik, gaun putihnya dipadu dengan hijab warna senada menambah anggun penampilannya. Diterimanya mawar dariku ini. Diciumnya pelan, kembali tersenyum.

“Terima kasih, Sayang,” ucapnya senang.

Benar kata Jeki, wanita penyuka mawar. Memberi hadiah setangkai mawar sepertinya tepat malam ini. Dari kejauhan aku terus memandangi wajah manis milik Maya. Dengan ramah Maya menyapa tamu-tamunya. Pandanganku tak lepas dari Maya. Pesonanya mudah menggoda mata lelaki yang menatapnya. Dan aku lelaki itu, yang beruntung mendapatkan hatinya. Tak kusadari aku tersenyum sendiri.

Senyumku terhenti saat kulihat seorang pria menghampiri Maya dan memberikannya sebuah kado berwarna kuning emas. Mata Maya berbinar menerima kado itu. Kelihatan Maya sangat senang. Dan apa yang kulihat baru saja sukses membuatku cemburu.

Empat

Seharusnya aku tidak lupa kalau mawar benda hidup, yang akan hancur termakan masa. Seharusnya aku tahu mawar akan mudah layu. Kelopaknya gugur satu demi satu meninggalkan tangkainya. Wanginya pun memudar dan berganti bau sewajarnya benda hidup yang membusuk.

Tapi kenyataannya aku lupa. Aku melupakan semuanya karena ingin menjadi pria yang “dianggap” romantis. Yang memberikan mawar pada kekasihnya untuk mengungkapkan perasaan yang kumiliki. Aku sekejap menjadi orang lain.

Seharusnya aku tahu keahlianku. Pekerjaan yang kucintai ini dan yang aku yakin juga bisa memberikan kebahagiaan kepada Maya kelak.(*)

kado
Kado Istimewa

Grup FB KCLK
Halaman FB kami
Pengurus dan kontributor
Cara mengirim tulisan
Menjadi penulis tetap di Loker Kita