Ia Sempurna

Ia Sempurna

Ia Sempurna
Oleh: Reza Agustin

Seperti apa aku melukiskan dirinya dalam kata? Mungkin cukup panjang, karena aku tak tahu harus memilih kata. Bibirnya selalu berwarna seperti buah persik, bahkan tanpa polesan gincu mahal seperti perempuan lainnya. Rambutnya dibiarkan hitam bergelombang seperti ketika terlahir ke dunia. Perempuan seumurannya sudah sering bereksperimen dengan rambut mereka. Diwarnai jadi seperti rambut jagung, dibuat lurus lalu diimbuhi poni, atau memasang rambut sintetis untuk membuat rambut mereka lebih lebat dan tebal. Sedangkan dia tetap mempertahankan tampilan yang apa adanya. Polos dan murni tanpa sentuhan riasan wajah dan perawatan lain yang membingungkan sisi kelakianku.

“Tiara, malam sudah makin larut. Kamu nggak mau tidur?” Aku merengkuh bahunya. Ia tak memberikan respons selain menggeleng pelan.

“Aku masih mau menikmati bintang, kamu duluan saja, Mas,” ujarnya pelan. Ia masih duduk menghadap balkon rumah kami di lantai dua.

“Besok kamu masih harus mengajar, bintang masih bisa dilihat lain kali.”

“Malam ini beda, malam ini akan ada hujan bintang jatuh. Jarang sekali ada hujan bintang jatuh seperti ini. Entah tahun depan, sepuluh tahun depan, atau malah tidak ada lagi,” celotehnya antusias.

Aku menyerah, lalu mengambil tempat di sampingnya dengan duduk bersiap. Memandang pada satu titik yang sama di mana bintang-bintang berkelip dengan indah. Seperti tatapan matanya yang selalu bersinar tiap kali mengajar anak-anak disabilitas di sebuah lembaga yang menampung khusus anak kurang beruntung.

Jika kubilang itu adalah cinta pada pandangan pertama, maka ia tak pernah percaya. Laki-laki sekarang terlalu banyak gombal, menebar madu pada kata-katanya. Padahal memang benar begitu. Selama ini lawan jenis yang aku suka tak bisa disebut sebagai manusia. Lebih sering tokoh dua dimensi yang digambar dengan mata besar-besar. Rambut bak kembang gula yang meluncur jatuh, menegaskan lekukan tubuh yang tak masuk akal. Disempurnakan dengan sifat polos bak anak sekolah dasar. Sejauh mana aku mencari, gambaran perempuan seperti itu tak akan pernah kujumpai. Kesempurnaan yang tidak mampu dinalar. Apakah selamanya aku akan menggantung gambar-gambar perempuan dua dimensi sembari berharap menemukan satu yang nyata.

Dia meruntuhkan batas kesempurnaan itu, yang telah kupercaya bertahun-tahun. Menunjukkan bahwa kesempurnaan tak harus digambarkan dengan fisik. Bukan mata besar atau rambut berwarna-warni seperti kembang gula. Pun bukan juga bagian tubuh lain yang menonjol. Sikap bak adik perempuan yang manis bukanlah tak ada dalam dirinya. Ia adalah kakak perempuan yang baik hati dan penyabar. Menuntun adik-adiknya di yayasan dengan senyuman lebar. Bahkan lebih menyerupai sosok kakak bagiku kendati ia lebih muda dua tahun.

“Ah, bintang jatuh!” pekik Tiara riang. Telunjuknya mengarah pada serbuan bintang jatuh di langit malam. Wajahnya bersemu bahagia melihat pemandangan langka tersebut. Akhirnya setelah banyak kata dan analogi, aku akhirnya dapat menyimpulkan. Hanya ada satu kata untuk mendeskripsikan dirinya.

“Tiara,” panggilku pelan.

“Iya, Mas,” sahutnya dengan mata yang belum lepas dari langit malam.

“Kamu sempurna,” tandasku sebelum mendaratkan sebuah kecupan pada puncak kepalanya.

Adalah sebuah anugerah aku bisa memiliki dirinya sebagai istri. Ia adalah kesempurnaan di mataku. Tak hanya cantik secara fisik, ia juga memiliki hati yang lebih cantik lagi. Terlepas dari segala kekurangan pada dirinya.

“Mas, aku kedinginan. Kita masuk saja,” cicit Tiara sembari meremas lenganku pelan. Pipinya merona karena suhu dingin.

Tak butuh waktu lama bagiku untuk bangkit dan mengangkatnya dari kursi roda. Walau ia sempat protes karena aku nyaris meninggalkan kursi roda yang sudah berpuluh tahun menemani hidupnya di balkon.

 

[P.S. cerpen ini pernah dipublikasikan di akun Facebook Reza Agustin dengan pengubahan seperlunya.]

Reza Agustin, lahir dan besar di Wonogiri sejak 20 Agustus 1997. Kunjungi Facebook dengan nama yang sama, Instagram: @Reza_minnie, dan Wattpad: @reza_summ08.

Grup FB KCLK
Halaman FB Kami
Pengurus dan kontributor
Mengirim/Menjadi penulis tetap di Loker Kata