Holy Kuadrat

Holy Kuadrat

For: Holy

Kening itu mengerut saat membuka loker. Hari pertama berada di sekolah sebagai siswi baru. Pindah hari ini, tak memiliki satu kenalan pun di kota yang baru dipijak. Namun, hadiah tersebut menjadi teka-teki tersendiri yang begitu sulit dipecahkan.

Bingkisan, tertera tulisan atas namanya. Secepat itukah dia memiliki pengagum di hari pertama? Atau sekadar tipuan iseng bagi murid pindahan? Mungkin, hadiah dari orang tuanya yang sengaja ingin memberikan kejutan atas keberhasilannya masuk sekolah elit ini.

Ah, Holy enggan mengambil pusing. Dengan segera membuka bingkisan tersebut, jaket!

“Ukuran L…,” gumamnya semakin mengeriputkan kening, black-white.

Jaket baru untuk cuaca dingin di musim hujan, lumayan sebagai penyemangat. Siapa pun yang memberi, dia sangat berterima kasih. Meskipun sedikit lebih besar dari ukuran tubuhnya, dia tetap mengenakan setelah menyimpan beberapa barang.

Tak pernah mengira sebelumnya jika hari ini merupakan awal, alur hidup yang mendadak mengalami perubahan signifikan. Hanya gara-gara jaket, dengan cepat menjadi trending topik dan nama perempuan tersebut booming seketika.

Sebenarnya rahasia apa yang tersembunyi di balik jaket misterius itu?

“Jaket itu?”

“Bukankah itu untuk Holy?”

“Kenapa?”

“Apa mereka pacaran?”

Serentak penghuni sekolah gempar, ada banyak kamera mengarah pada diri gadis yang hanya bisa memasang wajah tak mengerti. Tampang tanpa dosa, sibuk dengan musik yang terlantun melalui earphone, menutup kedua indera pendengar.

Perempuan yang mulai menapaki anak tangga sedikit risih ketika beberapa pasang mata memperhatikan, mengurangi kecepatan gerakan kaki, tapi detik berikutnya hanya angkat bahu sembari melanjutkan langkah. Dirasa kelakuannya sebagai murid pindahan sedikit menarik perhatian, segera dimatikan musik dan meletakkan kabel panjang di saku jaket.

Holy menghentikan langkah sejenak, mengamati sekitar yang tampak memperhatikan kehadirannya. Tak heran, dia wajah baru di tempat ini. Begitulah yang ada dalam pikiran perempuan muda berparas manis tersebut. Kembali menaiki tangga, tepat dengan gerakan lincah kaki seseorang yang sedikit terburu.

“Holy…!” panggilan ini menghentikan ayunan kaki sang gadis, tetapi gerakan kepala mengarah pada seorang pemuda yang berdiri tepat di sebelahnya. Mereka berpandangan sekilas, sebelum akhirnya melihat ke bawah.

Seorang perempuan cantik dengan rok cukup mini terlihat gusar, memandangi mereka satu persatu. Kemudian, menyusul naik diikuti lima orang temannya yang tampak ikut memasang ekspresi kesal. Sementara di bawah sana, para siswa mulai membentuk kerumunan.

“Ada apa?” kor dua orang yang berdampingan itu membuat gadis yang memanggil sontak mengerem langkah, sementara yang lain kompak bersuara kembali seraya saling pandang dengan tatap tak mengerti.

“Woah, bahkan kalian kompak. Aku benci kalian!” teriaknya histeris sembari berlari melewati dua orang yang sedikit terdorong, bahkan tubuh Holy menabrak pembatas tangga.

Holy terpaksa berpegangan erat untuk menjaga keseimbangan, sebab lima kawan lainnya dengan sengaja ikut menabrak tubuhnya. Ada apa dengan mereka? Juga kenapa mendadak muncul kerumunan siswa yang memperhatikan? Lalu, pria di dekatnya terlihat menggaruk-garuk kepala.

“Jadi, dia benar-benar pacarmu?”

“Kalian sengaja membuat kehebohan di hari pertama masuk?”

Kedua manusia itu hanya memasang wajah kebingungan mendengar ledekan demi ledekan yang terlontar, terutama sang gadis yang hanya bengong. Pemuda di hadapannya menarik lengan salah seorang rekan yang melintas, mencoba mencari jawab atas ocehan tak jelas. Bukan penjelasan yang didapat, melainkan handphone. Mata itu membola, memandang tak percaya ke arah gadis di depannya.

“Jadi, jaket itu penyebab kekacauan pagi ini?” si lelaki berujar sambil mendekat dengan wajah serius memandang rendah ke arah Holy, “lepas!” lanjutnya menarik ujung jaket yang dikenakan sang gadis, tentu saja dibalas penolakan.

“Jaket ini milikku, bahkan ada namaku di sini!” balasnya tak kalah sengit sambil menunjuk bagian dada kiri, di mana memang tertera tulisan “Holy”.

“Jaket itu milikku, ini buktinya!” tegas si cowok sambil menunjukkan gambar seorang gadis yang sedang memamerkan jaket, sama persis dengan yang dikenakan sang perempuan.

Keren kan?

Ini spesial untuk My Prince, Holy.

Giliran si perempuan yang terlihat shock, memandang pemuda yang tampak kesal sekaligus bingung. Segera melepas jaket, dilempar ke arah lelaki yang rupanya memiliki nama sama. Tentu saja, dia malu total!

***

Holyfans Syahreza dan Holyla Nantasya.

Dua nama yang memiliki awalan sama, keduanya pun dipanggil serupa, Holy. Itulah alasan insiden jaket terjadi sehingga menyebabkan kekacauan, si gadis yang seharusnya hanya menjadi murid pindahan asing justru dengan cepat begitu populer. Bak meteor, melejit tanpa perlu perkenalan.

Pada mulanya, di sekolah ini hanya memiliki satu Holy yang begitu beken dengan ketampanan di atas rata-rata, dan yang terjadi saat ini berbeda. Ada Holy kuadrat. Petaka bagi Holy perempuan yang merupakan siswi baru, mengusik ketenangan yang membuatnya merasa sangat malas menjadi sorotan publik.

“Oh, dia yang memiliki nama sama dengan senior….”

Atau

“Si cewek jaket!”

Dan masih banyak sederet kalimat yang enggan dipelihara dalam ingatan, minggu pertama menjadi murid pindahan terasa begitu menyebalkan. Terlebih ketika harus mengingat pemaksaan yang dilakukan oleh sang idola sekolah di depan kerumunan siswa lain, perlakuan sadis tak terlupakan. Laki-laki macam apa yang tak bisa mengalah pada seorang wanita? Tentu hatinya sudah di Neraka!

Tatap penuh hinaan, sindiran disertai cibiran juga perlakuan yang kurang berkenan di hati kerap dia terima. Dari terjerembab di koridor karena sengaja dijegal, disiram air bekas pel saat hendak keluar kamar mandi, bahkan tas beserta isinya berenang di kolam renang. Pem-bullyan yang sangat berkelas.

Sialan! Dia hanya bisa mengumpat dalam hati tanpa perlawanan. Tak mudah melacak si pembuat masalah, selalu diserang dari belakang. Takut? Sama sekali tidak, dia bukan drama queen.

Yeah, menjadi asing tanpa satu orang pun yang bersedia menjadi teman, dengan sengaja menjauh dan mengacuhkan keberadaannya. Ia memang ada, tapi tak terlihat. Begitulah konsep peran yang dilakoni saat ini. Keterlaluan!

Seperti sekarang, seorang diri di kantin sekolah. Mengamati keadaan sekeliling, semua berbisik-bisik sambil sesekali memperhatikan dirinya kemudian terkekeh. Nafsu makannya sudah benar-benar lenyap.

Dengan gusar, menancapkan garpu pada bakso yang tak bersalah. Wajah itu geram, tangan kirinya sudah terkepal. Di-bully seenaknya bukan hal menyenangkan, cukup sudah berdiam diri membiarkan semua mengintimidasi. Hanya gara-gara jaket yang salah alamat, haruskan harga dirinya menjadi korban?

Niat melawan diurungkan ketika indera pengamat menangkap objek yang jauh lebih menaikkan darah hingga ubun-ubun, benar-benar terasa mendidih. Holy yang lain masuk, diikuti beberapa teman, sang senior yang menyempatkan diri menghentikan langkah. Balas memandang dirinya.

Jaket itu, dia mengenakannya!

My Prince, My Lovely Honey…!” terdengar suara dengan nada genit menyusul sang pemuda, dari belakang segerombol cewek centil turut memasuki kantin.

Ester dengan sikap tak tahu malunya sudah bergelayut manja pada Holy, tak peduli dengan ekspresi risih si cowok. Sementara wanita muda tersebut hanya mampu bergidik ngeri melihat tingkah keduanya, sangat jelas menjijikkan. Tanpa sadar, perempuan itu memasukkan bakso utuh ke dalam mulut.

“Woah, ada adik kelas yang namanya berada di urutan pertama dalam pencarian web sekolah!” Mendadak Ester mendekat, tentu saja Holy tersedak akibat apa yang baru saja dimasukkan.

Secepat kilat tangan itu meraih gelas, meneguk isinya hingga tinggal separuh tanpa peduli dengan tawa orang-orang di sekitar. Holy yang tengah berdiri pun terlihat memamerkan senyum lucu, di depannya tersaji ekspresi mengenaskan sekaligus menggelikan. Sekali lagi, tatap keduanya bertemu di udara, kali ini cukup lama.

“Berterima kasihlah pada Ester, berkat dia namamu langsung dikenal!” seru salah seorang teman Ester yang membuat gadis itu mengalihkan pandangan, bukankah wanita itu yang dilihatnya di kamar mandi tempo hari ketika air bekas pel mengguyur tubuhnya?

Juga, orang yang berdiri di sebelah kiri Ester. Dia yang menjegal kakinya, juga tertawa paling keras saat Holy terjatuh. Entah kenapa tiba-tiba perempuan itu tertawa pelan, menyadari satu hal. Begitu rupanya….

“Tanpa kalian menyerangku dengan cara pecundang pun, namaku akan tetap berada di urutan teratas sekolah ini. Entah apa masalah kalian denganku, tapi sekali lagi kalian mengusik ketenanganku, aku tidak akan pernah memaafkannya!” balas Holy dengan mata tajam menatap mereka satu persatu, tak gentar meski sudah dikelilingi.

“Waw, sebagai junior nyalimu cukup besar. Hanya saja, otakmu terlalu bodoh menyadari peringatan kecil dari kami!”

Holy menyeringai, tangannya menarik tempat sambal tanpa melepas pandangan dari wajah Ester. Memasukkan beberapa sendok ke dalam mangkok, masih dengan posisi duduk tenang. Kewaspadaan yang cukup siaga.

“Berhentilah sampai di sini atau kalian akan dalam masalah besar….”

“Wah, luar biasa. Dia mengancam!” Salah seorang teman dari lawan menggebrak meja, reflek gerakan tubuh Holy bereaksi cepat. Dia berdiri!

Tak mau menyerang, hanya tatap awas, fokus pada gerakan tangan Ester meraih gelas miliknya. Sekali lagi, seringai licik Holy menandakan perkiraan itu sudah terbaca oleh otak. Sebelum tangan itu menyentuh gelas, dia sudah mengangkat mangkok dan….

“Kyaaaaa!”

***

“Bukankah rekaman CCTV sudah sangat jelas? Saya korban dan apa yang saya lakukan semata-mata hanya untuk membela diri. Siapa pun akan bergerak refleks saat terpojok, apa lagi dikeroyok.”

Pembelaan dengan nada santai, tenang dan berani. Segaris senyum di wajah pemuda yang hanya mendengarkan terpasang jelas, semakin mengagumi sosok perempuan yang memang begitu menarik perhatian sejak pertama berjumpa. Di koridor sekolah, ketika gadis itu bersama kedua orang tuanya mendaftar, jauh sebelum liburan berakhir.

Memperhatikannya dari celah pintu, beradu argumen dengan guru BK juga Ester. Kemudian keluar dengan anggun, segera Holy menyembunyikan badan di balik pintu. Tak sopan jika sampai ketahuan.

“Hei!” panggilan yang langsung menghentikan gerakan kaki sang gadis, tubuh itu berbalik sempurna dan air muka segera berganti antara kaget juga kesal.

“Ada apa?”

“Maaf….”

“Apa?”

“Maaf, memaksamu membuka jaket di depan semua orang. Padahal semua itu salah paham, karena nama kita sama.”

“Aku sudah melupakannya.”

Pemuda itu tertegun sejenak, Holy kembali membalikkan badan untuk melanjutkan niat pergi. Namun, dengan cepat tangannya dicekal. Holy yang lain menahan dengan tatap memelas, penuh permohonan.

“Kamu belum memaafkanku….”

“Tak ada alasan bagi kita untuk terlibat kontak fisik seperti ini!” tepisnya melepaskan diri, sedikit kasar.

“Jadi, kamu butuh alasan?”

“Tentu saj … emph….”

Kata-katanya terhenti, sesuatu membungkam. Bola mata melebar, kaget tanpa kesiapan. Sesuatu yang sangat lembut menempel di bibir, tiba-tiba debar di balik dada tak karuan. Apa yang tengah terjadi?

“Apakah sudah ada alasan?” pertanyaan yang terlontar ketika bibir mereka sudah tak saling menempel, “kamu dalam masalah besar, Murid Pindahan…,” sambil tersenyum Holyfans melanjutkan kalimat, sementara Holy terlihat membeku di tempat. Hilang kesadaran beberapa saat.

Cup….

Sebuah kecupan kilat di kening mengembalikan alam bawah sadar, memandang Holyfans yang masih melebarkan senyum sambil menggosok kasar rambutnya. Keinginan untuk menampar wajah itu sangat besar, tetapi entah kenapa terlumat oleh pesona yang menyilaukan, mengurungkan niat. Dan Holy hanya terpekur dalam keheningan.

***

Ucapan Holyfans menjelma nyata, Holy benar-benar dalam masalah besar. Sejak ciuman itu terjadi, dia sangat susah terlepas dari ingatan tentang sosok pria nomor satu di sekolah. Idola tak terjangkau yang membuatnya merasa gila.

“Kamu…?” pekik Holy kaget ketika menyadari Holyfans sudah duduk di depannya, tersenyum begitu manis sehingga dia semakin gugup.

“Apa kamu juga tidak bisa tidur semalam?” entah pertanyaan atau tebakan, yang jelas semakin membuat Holy semakin salah tingkah.

“Emh, aku….”

“Aku juga,” potong Holyfans cepat tanpa melepas pandangan dari wajah gadis yang sudah bersemu merah, “sulit tidur, ingin cepat pagi dan segera bertemu denganmu. Ternyata setelah melihatmu, aku mengerti alasan semua itu. Aku sangat merindukanmu.”

“Bukankah kamu sudah bertemu denganku, pergilah!”

“Kenapa kamu mengusirku?” setengah merengek sebagai bentuk protes, membuatnya terlihat begitu lucu dan menggemaskan.

Sisi manja mulai nampak ke permukaan, tidak begitu buruk. Holyfans cukup konyol, dia mulai menyukainya. Untuk pertama kali, Holy membalas tatap pemuda itu dengan senyum terbaiknya.

“Pergilah, ini kelasku. Bahkan meskipun aku juga sangat merindukanmu, tetap saja kamu tidak bisa di sini. Jangan membuatku semakin dalam masalah.”

“Ayolah, kenapa aku harus pergi jika kau juga merindukanku?”

“Holyfans!” panggilan ini membuat wajah pemuda itu meringis, “apa telingamu mulai bermasalah?” teguran yang hanya direspon tawa kecil Holy, dia mengibaskan tangan sebagai isyarat mengerti. Dia segera keluar.

“Ingat, kau milikku. Jangan berani memandang pria lain!”

***

For: Holy

Lagi? Batin gadis itu membeku, terpekur membaca nama yang tertera di atas gift box. Tangan itu perlahan, sedikit ragu mengarah pada kotak yang terbungkus rapi. Kali ini tak boleh malu, enggan salah lagi. Langkah berikutnya, mencari Holyfans.

Tanpa membuka kado, membawanya menuju kelas sang pemuda. Si pemilik panggilan serupa dirinya, menaiki tangga tanpa mengurangi kecepatan kaki. Masih berlari menyusuri lorong, mengatur napas tersengal sesaat setelah melihat pintu kelas sang senior.

Mengedarkan pandangan, mencari sosok yang tampak terlibat obrolan dengan seorang teman. Sikutan pelan menyadarkannya, menoleh ke arah pandangan yang ditunjuk oleh kawan sekelas. Senyum melebar disertai gerakan tubuh mendekat, perempuan itu balas memamerkan barisan gigi putihnya.

Hanya saja, dahi wanita muda tersebut sedikit mengeriput melihat sang kakak kelas mengenakan jaket di luar seragam. Bukan pemberian Ester, tapi masih ada nama yang disulam dengan benang emas, Holy Kuadrat.

“Ini,” dengan cepat Holy menyodorkan bingkisan ke arah Holyfans, “pasti bukan untukku, seseorang mungkin keliru meletakkannya di lokerku,” lapornya dengan tangan masih terarah pada sang pemuda, tak ada reaksi.

“Apa kamu sudah memeriksanya dengan benar?” tanya Holyfans menatap lembut, “bukalah,” lanjutnya seraya mengedipkan mata, gadis itu hanya menurut.

Raut wajahnya berubah, terlihat sesuatu yang sama persis dengan yang Holyfans kenakan. Jaket yang sama, dan sepertinya kado tersebut tidak lagi salah alamat.

Tubuh perempuan itu kaku di tempat, speechless. Mengerti terhadap reaksi wanitanya, mengambil jaket yang masih tak tersentuh. Menyerahkan pada si pemilik, tetap saja Holy terpekur.

“Kamu mau apa?” tiba-tiba dia bersuara dengan tubuh mundur beberapa langkah, menghindar dari tangan Holyfans.

“Aku hanya ingin melakukan ini….”

Tangan Holyfans meraih pinggang Holy yang terlihat menolak, tetapi tubuh mereka kian merapat. Sengaja pemuda itu mengarahkan tatap tajamnya, menembus setiap inci pori-pori wajah hingga terlihat kemerahan. Adegan ini tentu saja mengundang perhatian, kerumunan mulai terbentuk.

“Jangan…!” setengah memekik, dengan kedua tangan pidah menutupi bibir, kotak hadiah sudah tergeletak di lantai.

Holyfans tertawa kecil, melepas tangan dari pinggang si cewek. Diarahkannya pada rambut Holy, belaian lembut tentu menjadi pilihan tak terelakkan. Perempuan itu tergelak, tersipu membalas tatap sang pemuda.

“Kali ini tak salah, bahkan ini juga benar,” penegasan ini diikuti gerakan menarik pelan tubuh Holy, mendekap penuh kehangatan. Tak ada penolakan!

Benar, tak lagi salah kirim.

Sebab, satu sekolah sudah digemparkan oleh posting foto terbaru di instagram, pose sang idola yang sedang memamerkan dua jaket identik. Satu dikenakan olehnya, sementara yang satu lagi direntangkan. Senyum yang begitu bahagia, penuh ketulusan.

Just For My Lovely Princess, Holyla Nantasya.

Iblis Jelita, lahir di Situbondo, Jawa Timur, pada 07 April 1990. Alumni SMA Negeri 1 Asembagus kabupaten Situbondo, Jatim. Saya mulai mencoba menulis dari hal-hal yang ada di sekitar dan berkali-kali gagal. Seorang ibu rumah tangga. Meskipun demikian, memiliki nama pena yang begitu ajaib: Iblis Jelita. Nama pena tersebut dipilihnya berdasarkan alasan pribadi yang kuat dalam perjalan menemukan jati diri kehidupan.

Facebook: Lyla Lyla Lyla, instagram: iblis_jelita0608.

Meskipun tidak masuk nominasi, cerpen ini kami anggap layak terbit di KCLK (Kompetisi Cerpen Loker Kita) untuk minggu pertama Februari.

Cerpen ini terpilih sebagai nominator pada KCLK (Kompetisi Cerpen Loker Kita) untuk minggu ke-2 Februari.

Selebihnya tentang KCLK, mari bergabung ke grup kami:

Grup FB KCLK (semua info penting ada di sini)
Halaman FB kami:
Pengurus dan kontributor
Cara mengirim tulisan

Leave a Reply