Heartless
Oleh : Ken Lazuardy
“Apa benar kau memiliki hubungan khusus dengan anak manusia?”
Bibir Lucy terkatup rapat, tak ada sepatah kata pun yang mampu keluar dari bibir tipis pucatnya.
“Apantise mou[1]!” Suara King Vlad—sang Raja vampir—semakin meninggi hingga ia bangkit dari singgasana agungnya. Matanya berkilat, membuat tubuh gadis yang sedang berlutut di hadapannya itu makin gemetar. Dinding-dinding kastil Corvin semakin dingin. Tak ada satu pun mulut yang berani bersuara. Tidak pula sang Ratu.
“Kau vampir yang cerdas. Aku yakin kau telah paham Kanones tou Drakoula[2] dengan sangat baik. Dan kau,” King Vlad mengangkat dagu Lucy dan menatap tajam ke dalam matanya, “telah membahayakan kaum vamp dengan hubungan terlarangmu ini!”
Gadis itu terlempar ke dinding sebelah kanan—sejurus King Vlad menolehkan kepalanya.
“Tapi, Peter berbeda, Ayah!”
“Tetap saja, dia manusia. Apa kau sudah menceritakan tentang jati dirimu, Lucy Lovandra?”
“I-iya.”
“Lancang!” Hampir saja tangan berkuku runcing itu mendarat dengan keras di pipi Lucy jika tangan sang Ratu tak berusaha menepis.
“Tapi aku tak menceritakan apa pun tentang kaum vamp atau tempat tinggal kita. Aku hanya ingin hidup bahagia bersamanya, Ayah.”
“Kau sudah gila! Kau rela meninggalkan kaum kita hanya demi seorang manusia?”
“Aku tak punya pilihan.”
Vladimir menoleh ke arah penjaga, “Tangkap dan kurung dia di penjara bawah tanah!”
Jawaban Lucy benar-benar membuat King Vlad semakin murka. Ia bahkan hampir saja membunuh vampir muda itu, jika saja ia tak mengingat bahwa Lucy adalah putri kandungnya sendiri.
Namun, sebelum para penjaga menangkap tubuh Lucy, dia terbang secepat Kijang Kerineia milik Artemis.
Dalam dua menit atau tiga, Lucy telah berada di kediaman Pete. Ia melihat pria pujaan hatinya itu sedang terlelap.
“Pete … Peter, bangunlah!”
“Lucy?” jawab Peter dengan mata yang belum terbuka sepenuhnya.
“Cepat bangun dan bersiaplah. Ayahku sudah mengetahui hubungan kita, ia te—”
“Tapi aku mencintaimu apa adanya. Aku tak peduli walau kau seorang vampir! Bagiku, kau sangat istimewa,” potong Peter cepat.
“Tapi ayahku peduli!” Lucy menatap Peter lekat-lekat. Jakun pria itu turun naik menelan ludah.
“Kita harus kabur sebelum para algojo itu datang dan membunuh kita berdua, apa kau mengerti?”
Peter mengangguk, “Baiklah. Aku bersiap dulu.”
“Cepatlah, energiku sudah hampir habis untuk menangkal kekuatan pembaca pikiran kaum vamp.”
Sementara itu di kastil Corvin, para penjaga tengah menelisik keberadaan Lucy. Sang Ratu berhasil menembus penangkal pikiran Lucy. Dia mengutus kedua penjaga Corvin tersebut untuk segera menuju Desa Lefkandi, sebuah desa pantai di Pulau Euboea. Di sanalah rumah Peter berada. Tak butuh waktu lama bagi para penjaga untuk menemukan mereka berdua.
Lucy terperanjat melihat kedua penjaga kerajaan telah tiba di tempat persembunyiannya sebelum mereka sempat kabur. Salah satu penjaga berhasil menangkap sang putri, dia tak sempat melawan karena energinya sudah banyak terkuras ketika menangkal kekuatan pembaca pikiran para penjaga. Dia juga tak bisa kabur dan meninggalkan Peter sendirian.
Penjaga kedua mencoba menggunakan kekuatan pikirannya untuk melawan Peter. Si penjaga bingung melihat kekuatan pikirannya tak bisa bekerja pada tubuh kekasih Lucy itu.
“Tak mempan, kan? Kau tak akan bisa melawanku. Aku memakai jimat pelindung ini,” ujar Peter sambil menunjukkan kalung jimat yang tergantung di lehernya. Dengan sigap, Peter mengambil belati perak dari dalam tas selempangnya lalu dengan sekuat tenaga menusukkannya tepat di dada si penjaga. Seketika tubuh vampir penjaga itu hancur lebur dan berubah menjadi debu kristal.
Melihat ada sebuah kesempatan, Lucy mengerahkan energinya yang tersisa untuk memberontak dan melepaskan diri dengan menusukkan taringnya pada tangan si penjaga. Mengetahui hal itu, Peter pun menikam tepat dada vampir penjaga itu secepat kilat. Sama seperti rekannya, tubuh si penjaga itu lenyap dalam sekejap dan menyisakan debu kristal yang mengilat.
Mata Lucy berbinar-binar, “Terima kasih telah melindungiku.”
Vampir itu memeluk tubuh Peter erat. Peter pun berbalik arah menghadap dan membalas pelukan Lucy.
“Terima kasih juga atas debu kristal yang bernilai beberapa kantong emas ini. Jika aku mampu mendapatkan dari tiga vampir sekaligus, mengapa tidak? Selamat tinggal, vampir cantikku.”
Peter mengangkat kembali belati peraknya dengan senyum menyeringai. (*)
[1] Jawab aku (dalam bahasa Yunani)
[2] Peraturan dunia Vampir/Dracula (dalam bahasa Yunani)
Ken Lazuardy. Perempuan kelahiran November 1990 di Pasuruan, Jawa Timur ini mencoba menekuni dunia kepenulisan pada bulan Oktober 2019 dengan mengikuti sebuah kelas menulis online. Masih dan akan terus belajar di berbagai grup kepenulisan, salah satunya di Kelas Menulis Loker Kata. Jika ingin berkenalan lebih lanjut, silakan berkunjung ke akun sosial medianya, WA: 082234570275, IG : ken_lazuardy, Facebook : ken_lazuardy.
Editor : Nuke Soeprijono
Grup FB KCLK
Halaman FB Kami
Pengurus dan kontributor
Mengirim/Menjadi penulis tetap di Loker Kata