Hantu yang Memberi Keberuntungan
Oleh : Dudunk Sakelan
Cinta bertepuk sebelah tangan memang sungguh menyakitkan. Namun, Awang tetap mempertahankan pernikahannya dengan Vivi, meski tidak ada keharmonisan.
Awang pada Vivi, cinta setengah hidup, tapi Vivi setengah mati tidak mencintai Awang. Ia menerima pernikahan karena terpaksa saja, ia takut pada kedua orang tuanya yang bersahabat akrab dengan orang tua Awang.
Suatu hari, sepasang suami istri itu sedang melakukan perjalanan jauh. Hendak mengunjungi nenek Awang yang tinggal di kampung.
Hari sudah malam. Namun tempat yang akan dituju masih jauh. “Terpaksa kita bermalam dulu di desa ini,” ucap Awang kepada Vivi setelah keduanya sampai di sebuah desa yang tidak begitu ramai penduduknya.”
“Rumah nenekmu sebenarnya di mana sih, kok jauh amat?” Vivi merengut kesal.
“Tinggal melewati satu desa lagi,” jawab Awang sambil tersenyum lunak.
“Awas, kalau bohong!” Vivi tambah merengut.
Atas petunjuk salah seorang penduduk, akhirnya Awang dan istrinya menemukan penginapan.
“Kenapa tidak nyewa dua kamar? Aku tidak mau tidur berdua.”
“Tidak ada kamar lagi, Vi. Biarlah, kan ada bantal guling sebagai pembatas tidur kita. Di rumah juga begitu.”
“Tidak mau!” Vivi meliuk-liukkan bibirnya.
“Ya, sudah. Aku nanti tidur di bawah saja,” ucap Awang mengalah. Namun begitu, hatinya merasa sangat terluka. Sudah lebih sebulan ia menikahi Vivi, tapi istrinya itu belum juga mau disentuhnya.
***
Malam pun sudah mulai larut. Namun, Vivi belum juga bisa tidur. Takut Awang tiba-tiba naik ke ranjang, dan memperkosanya.
Vivi melirik Awang yang sudah tidur dengan nyenyaknya. “Dasar!” gerutunya sewot.
Vivi kemudian mencoba untuk tidur juga. Namun, tidak bisa. Di kejauhan terdengar lolongan anjing. Membuat suasana sedikit menyeramkan. Tiba-tiba, seperti ada bayangan seseorang di dekat jendela. Vivi tersentak kaget. Buru-buru, ia menyalakan lampu. “Tidak ada siapa-siapa,” bisiknya. Lalu, diliriknya kembali suaminya yang masih tidur pulas.
Ketika Vivi memutuskan untuk tidur juga, tiba-tiba tercium bau dupa yang aromanya sangat menyengat. Berikutnya, terlihat ada tubuh berjalan tanpa kepala. “Hantuuu …!” teriak Vivi dengan ketakutan yang luar biasa. Lalu, turun dari ranjang. Memeluk Awang yang seketika terbangun karena mendengar teriakannya.
“Ada apa?” tanya Awang kaget, tapi kesenangan karena sejak menikah dengan Vivi, baru kali ini ia mendapat pelukan.
“Ada hantu. Aku takut!” Vivi mempererat pelukannya. Terlebih ketika lampu kamar mendadak padam.
***
Matahari pagi nampak cerah sekali. Sinarnya menerobos ke kamar lewat jendela yang terbuka lebar.
“Aku mau bermalam lagi di sini.” Awang menghampiri istrinya yang sedang mengeringkan rambutnya dengan handuk.
“Idiiih, maunya?!” Vivi merengut. Namun kali ini, ada senyum tipis menggantung di bibirnya yang tipis pula.
Sumenep, 21012020
*Cerita di atas merupakan salah satu cerita yang terpilih di event horor komedi lokit beberapa waktu lalu.
Grup FB KCLK
Halaman FB Kami
Pengurus dan kontributor
Mengirim/Menjadi penulis tetap di Loker Kata