Hal-Hal yang Dulu Dilakukan Saat Bulan Puasa
Oleh: Eda Erfauzan
Apa yang teringat dari masa kecilmu, tentang Ramadan atau bulan Puasa? Zaman kecil dulu bulan Puasa identik dengan Lebaran. Kalau sudah bulan Puasa, berarti tidak lama lagi dapat baju baru, banyak kue-kue manis dan uang Lebaran. Bulan puasa juga berarti akan lebih banyak berada di masjid. Shalat Tarawih, mengaji dan bermain bersama teman-teman karena sekolah libur.
Selain itu, bulan puasa sepanjang ingatan saya selalu diawali dengan hal-hal khusus, yang sekarang sudah tidak lagi dilakukan, beberapa masih dikerjakan, dan beberapa lagi disesuaikanĀ dengan kondisi.
Sebagai seorang yang dibesarkan di lingkungan masyarakat Betawi, ada beberapa hal yang dulu dilakukan menjelang dan selama bulan Puasa, di antaranya:
- Keramas dengan merang/batang padi
Dulu menjelang puasa, saat sawah-sawah belum bermetamorfosis menjadi rumah-rumah, awal puasa di kampung kami, ramai dengan orang-orang membakar batang padi yang telah dikeringkan untuk keramas. Biasanya, sih, yang melakukan para orang tua, karena buat saya dan teman-teman saat itu, enggak seru keramas pakai merang, enggak ada busanya.
- Nyorog/Anteran
Mengantarkan makanan ke keluarga yang dituakan. Biasanya makanan diletakkan pada rantang bersusun lima, terdiri dari sayur terubuk/tebu sejenis sayuran khas dengan tekstur seperti berpasir, semur daging atau rendang, ayam goreng, ikan gabus goreng dan nasi. Ini tradisi benci tapi rindu buat anak-anak seperti kami. Benci karena biasanya jadi tugas kami membawakan makanan itu ke rumah nenek dan para uwak. Mengantar makanan dalam rantang bersusun lima itu kan berat, apalagi jika jalan kaki. Tetapi dirindukan juga karena yang mengantar makanan biasanya akan diberi uang oleh penerimanya. Ini masih dilakukan hanya makanannya bergeser ke yang lebih praktis berupa biskuit kalengan, sirup, kue kering bahkan terigu, gula dan minyak goreng.
- Makan ketupat bersama
Di pertengahan Ramadan biasanya para ibu jamaah Tarawih akan membawa ketupat dan sayur ke masjid. Penganan ini dikumpulkan di rumah terdekat masjid atau petugas untuk dibagikan lagi pada jamaah usai shalat. Tradisi ini konon dilakukan sebagai penanda jika bulan Ramadan sudah mencapai pertengahan. Dulu penanda kami, anak-anak, kalau shalat Tarawih sudah dibagikan ketupat, berarti lebaran tidak lama lagi. Nah, Ramadan tahun ini di kampung kami masih ada tradisi membuat ketupat, usai shalat Tarawih para jamaah mendapat kantong berisi ketupat dan sayurnya untuk dinikmati bersama keluarga di rumah.
- Membuat Kue Abug
Kue terbuat dari tepung beras, kelapa parut dan gula merah sebagai isinya, dibungkus daun pisang dengan bentuk segitiga, dibuat pada hari kedua puluh enam atau malam kedua puluh tujuh Ramadan dan dinikmati bersama usai shalat. Ujung lancip kue abug menandakan bulan puasa sudah mendekati akhir. Membuat kue abug dan membawanya ke masjid seperti tradisi ketupat sudah jarang dilakukan karena tidak semua orang punya keahlian membuat kue unik ini.
Nah, itu tadi beberapa kebiasaan Ramadhan di tempat saya, bagaimana di tempatmu?
Eda Suhaedah/Eda Erfauzan gemar membaca dan hingga kini penyuka dongeng-dongeng klasik dunia yang masih terus belajar untuk menulis dengan baik.
Grup FB KCLK
Halaman FB Kami
Pengurus dan kontributor
Mengirim/Menjadi penulis tetap di Loker Kata