Gigi Tupai
Sore ini saat Kancil sedang bergegas menuju sungai tiba-tiba ia mendengar suara rintihan dari balik semak. Kakinya yang baru saja menginjak salah satu daun kering terhenti.
“Siapa di sana?” tanyanya.
Tak ada yang menjawab. Sesekali hanya terdengar suara sengguk yang kemudian berubah menjadi tangis.
Kancil yang semula hendak pergi menemui Ikan Mas, teman baiknya, langsung menuju semak-semak, mencari tahu siapa yang berada di baliknya.
“Kenapa kamu menangis Tupai?” tanyanya saat melihat Tupai yang berbaring di tanah.
Tupai tak menjawab, masih sibuk menangis. Membuat Kancil merasa serba salah.
Setelah agak lama menangis Tupai mengucek kedua matanya yang masih berkaca-kaca. Menatap Kancil dengan wajah sedih.
“Kenapa kamu menangis?” Kancil mengulangi pertanyaannya.
Tupai yang masih merasa sedih kemudian mulai bercerita. Tangannya yang kecil sesekali mengucek kedua matanya, lalu kembali memeluk buah jambu yang terdapat bekas gigitan. Sementara itu Kancil tertawa terbahak-bahak mendengar penjelasan Tupai. Membuat wajah Tupai merah padam.
“Maafkan aku,” ucap Kancil sambil menahan tawanya.
Kancil mengangguk dan menyuruh Tupai membuka mulutnya. Memeriksa gigi bawah Tupai yang sudah goyang.
“Sepertinya gigimu harus segera dicabut!” seru Kancil.
Tupai langsung menggeleng, tidak setuju dengan saran Kancil. Bagaimana dia bisa kehilangan giginya yang hanya ada beberapa buah saja.
“Baiklah, kamu tidak perlu mencabutnya. Tapi….
“Tapi apa?” tanya Tupai penasaran karena Kancil tak melanjutkan ucapannya.
“Tapi kamu akan kehabisan buah-buah jambu yang manis dan segar itu karena tidak bisa memakannya,” jawab Kancil sambil tersenyum.
Sepertinya saat ini Tupai mulai ragu. Matanya yang bulat terus menatap pohon jambu yang ada di sampingnya. Memerhatikan setiap buah jambu yang menggantung di tangkainya.
“Bagaimana, Tupai?”
Tupai masih terdiam. Sibuk memikirkan antara buah jambu dan kehilangan giginya.
“Baiklah, kalau begitu aku akan pergi. Ikan Mas pasti menungguku.”
Baru saja Kancil melangkahkan kakiknya. Tiba-tiba saja Tupai memanggil dan menyetujui saran Kancil. “Aku akan melakukannya,” ucap Tupai, “demi buah jambu! Eh, maksudku agar aku tidak merasa kesakitan lagi.”
Kancil mengangguk dan meminta Tupai untuk menunggu sebentar.
***
Setelah agak lama Tupai menunggu akhirnya Kancil muncul bersama Monyet dan Landak. Kebetulan saat Kancil sedang mencari Monyet untuk dimintai bantuan, Monyet sedang bermain petak umpet bersama Landak, sehingga Landak juga ikut serta.
“Coba sini! Aku akan memeriksa gigimu!” seru Monyet.
Tupai membuka mulutnya, menunjukkan giginya yang sudah goyang.
“Ini harus dicabut,” ucap Monyet.
Kancil mengangguk. “Karena itulah aku memanggilmu dan ingin meminta tolong agar kamu mau mencabut gigi Tupai.”
Monyet langsung setuju. Meminta Kancil dan Tupai untuk menunggunya sebentar. Ia hendak pulang dan mengambil sehelai benang yang pernah diberikan Gagak sepulang dari kota.
“Sini, biar aku ikat gigimu,” ucap Monyet setelah kembali.
Tupai langsung membelalakan mata. Matanya yang bulat langsung bertambah besar hanya dengan melihat sehelai benang yang dibentangkan Monyet.
“Untuk apa benang itu?”
“Untuk mencabut gigimu, memang untuk apa lagi?”
Tupai langsung menolak, meminta pada Kancil untuk membatalkan soal pencabutan giginya. Tapi Kancil tak habis akal, ia mengingatkan pada Tupai tentang betapa manis buah jambu hari ini. Bahkan ia juga menemukan pohon jambu yang buahnya lebih manis dari buah jambu yang dipegang Tupai sekarang.
Perlahan Tupai mulai goyah. Ia membuka mulutnya, membiarkan Monyet mengikat giginya lantas menarik pelan benang tersebut. Tapi sayang, gigi Tupai tak kunjung copot. Monyet berusaha berpikir, matanya tertuju pada pohon jambu yang ada di belakangnya.
“Baiklah, aku akan naik. Siapa tahu gigi Tupai akan copot jika aku menarik benang ini dari atas sana,” sarannya.
Kancil mengangguk, setuju. Bagaimanapun caranya ia hanya ingin masalah ini cepat selesai sehingga ia bisa pergi ke sungai dan menemui sahabatnya, Ikan Mas.
Dan ternyata saran Monyet berhasil, setelah mencoba menarik benang dari atas pohon perlahan gigi Tupai yang goyang mulai terlepas sedikit demi sedikit. Dan tepat saat gigi Tupai copot dengan sempurna Monyet langsung terpeleset karena menariknya terlalu kuat. Tubuhnya terjatuh dan meniban punggung Landak.
“Aw!!!” jeritnya.
Kancil hanya tertawa, begitu juga Tupai yang merasa senang karena sudah tidak merasa kesakitan lagi. Sementara itu Monyet sibuk berteriak dan mengusap punggungnya, untuk kemudian Kancil membantu melepas beberapa duri Landak yang tertusuk di punggung Monyet.
“Baiklah, kalau begitu aku pergi dulu. Terima kasih, Monyet!” ucap Kancil. (*)
Penulis: Lily Rosella
Grup FB KCLK
Halaman FB kami
Pengurus dan kontributor
Cara mengirim tulisan
Menjadi penulis tetap di Loker Kita