Duka Jadi Suka
Oleh : Zalfa Jaudah J
Tatapan Aurora terkunci pada seseorang yang tengah berjaga di depan gawang. Sudut bibirnya seketika melengkung dengan sempurna. Aurora merasa jantungnya berdebar sangat kencang, menyadari bahwa sosok itu tidak pernah hilang dari ingatan.
Dia, Rain Muhammad.
Aurora mengenalnya sejak empat tahun lalu. Sikapnya yang hangat selalu membuat Aurora merasa nyaman. Aurora selalu memanggilnya Kak Rain.
Awal perkenalan mereka tidak seindah kisah romansa dalam novel bertajuk cinta. Biasa saja, tak ada yang istimewa. Kala itu mereka berkenalan melalui sosial media. Mereka memang belum pernah bertemu, tapi Tuhan mempunyai rahasia besar bahwa jodoh tidak akan ke mana.
Kak Rain mengatakan, dulu ia sangat merasa terganggu dengan kehadiran Aurora. Ia begitu benci dengan segala hal tentangnya. Benci dengan style-nya, bahkan Kak Rain pun membenci setiap kali Aurora menghubunginya melalui sebuah pesan singkat.
Sampai akhirnya, hari demi hari berlalu. Entah sudah berapa lama Aurora tidak menghubungi Kak Rain. Gadis itu tidak pula mengirim pesan singkat yang sangat mengganggu. Mungkin karena Kak Rain jarang sekali merespons celotehnya. Atau, mungkin juga karena dia sudah mendapatkan cinta di luar sana. Well, semestinya Kak Rain merasa bahagia karena tidak ada lagi yang mengganggu. Tapi anehnya, ada perasaan berbeda yang menyelimuti hati dan pikiran Kak Rain ketika Aurora tidak ada.
Aurora tidak pernah merasa pusing dengan sikap Kak Rain. Sampai akhirnya, hubungan mereka menjadi lebih baik. Kak Rain selalu bersikap lembut. Lelaki itu benar-benar menjadi pendengar yang baik. Meski terkadang, Aurora merasa kesal atas sikap Kak Rain yang tidak pernah berubah. Sering kali Kak Rain bersikap acuh tak acuh padanya. Hal tersebut membuat Aurora kecewa. Sebenarnya, Kak Rain menganggap Aurora itu apa?
Kak Rain tidak pernah berhenti untuk membuat Aurora bahagia. Dia pernah mengatakan, “Rain udah sayang sama Aurora lebih dari apa pun. Aurora itu perempuan kedua yang Rain sayangi setelah ibu Rain.”
Saat itu, entah mengapa Aurora tidak percaya dengan perkataan Kak Rain. Aurora belum bisa sepenuhnya membuka hati. Ia menganggap bahwa semua lelaki di dunia ini sama, hanya pandai mempermainkan perasaan. Awalnya Aurora pun menganggap Kak Rain hanya mempermainkan perasaannya. Lelaki itu berulang kali membuat Aurora kecewa. Dia selalu mengulangi kesalahan yang sama, tapi mengapa Aurora terus bertahan hingga empat tahun lamanya? Kak Rain terus meminta kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya. Ia selalu mengalah atas keegoisan yang selama ini melekat dalam diri Aurora.
Malam itu, Kak Rain mengirim sebuah pesan.
Denger, ya, Ra. Kalo Rain udah sayang sama satu orang, apalagi udah ngerasa bahwa orang itu udah buat Rain bahagia, Rain nggak bakalan nyakitin dan ninggalin dia gitu aja. Karena Rain tau, nyakitin perempuan sama seperti nyakitin ibu Rain sendiri. Jadi, Aurora adalah perempuan kedua yang Rain sayang setelah ibu Rain.
Seketika Aurora diam. Gadis itu merasa sangat bingung. Bukan baru sekali Kak Rain membuatnya bimbang. Namun, mengapa Aurora merasa bahwa dirinya terus terjebak dalam perasaan yang terasa sangat rumit baginya.
Aku bingung sama Kak Rain. Kadang, sikap Kakak bikin aku yakin kalo Kakak emang bener-bener tulus sama aku. Tapi … sikap Kakak juga sering berubah dan bikin aku heran. Sebenernya, Kakak beneran sayang sama aku atau ada maksud lain?
Kamu nggak akan pernah percaya kalo kamu ngeliat dari luarnya aja. Tapi bukan di dalam hatinya. Coba kamu pikirin mana orang yang bener-bener sayang dan mana orang yang hanya main-main.
Dari dulu aku nggak pernah mikirin siapa orang yang sayang sama aku atau pun nggak sayang sama aku. Tapi setelah ada Kakak, kenapa aku jadi mikirin?
Aurora membalas pesan tersebut dengan perasaan yang tidak bisa ia jelaskan. Ah, Kak Rain selalu mempunyai cara untuk membuat Aurora percaya akan hadirnya cinta.
Setelah pertandingan selesai, Aurora bergegas pulang. Tanpa saling bertegur sapa. Bagi Aurora, melihat Kak Rain dalam keadaan baik-baik saja sudah membuatnya tenang.
***
Tahun-tahun berlalu, tepat di hari ulang tahun Kak Rain, Aurora sengaja menunggu tengah malam. Kak Rain sama sekali tidak berubah. Bahkan, beberapa hari kemudian, Kak Rain mengucapkan suatu kalimat yang mampu membuat Aurora benar-benar terpaku.
Kak Rain berkata, “Boleh aku cerita?”
“Aku nyaman sama seseorang yang selalu buat aku tersenyum. Orang itu selalu menjadi penengah ketika aku ada masalah. Aku mengenalnya sejak duduk di bangku SMP.”
Aurora terdiam. Ia menjawab, “Orang itu adalah ….”
“Seseorang yang selalu membuat aku bahagia dalam suka maupun duka. Aku senang bisa berkenalan dengannya empat tahun lalu. Aku bahagia!”
“Dulu, aku pernah salah paham karena masalah kecil yang ada. Aku terlalu memikirkan ego. Sampai akhirnya … aku meninggalkannya. Entah beberapa tahun berselang, di tahun keempat aku mengenalnya, Allah mempertemukan kami tepat di tahun ulang tahunku. Aku nggak nyangka dapat bertemu dengannya lagi.” Suara Kak Rain terdengar sangat lembut.
Lagi-lagi Aurora membisu. Pikirannya kalut. Aurora tidak menyangka jika Kak Rain akan berkata demikian. Selama ini, mengenal Kak Rain sudah sangat berharga baginya. Kak Rain berbeda. Namun, tidak dapat dimungkiri jika Aurora masih menyimpan rasa takut. Takut jika suatu saat rasa yang dimilikinya semakin membelenggu, tetapi semua hanyalah palsu.
Kak Rain selalu meyakinkan hati Aurora. Dia tidak pernah lelah untuk sabar menghadapi sikap Aurora yang serba salah. Bagi Aurora, Kak Rain sangat mengerti. Meski terkadang, Aurora sadar, ia tidak pantas untuk Kak Rain. Sampai saat ini, Kak Rain tetap selalu menjadi alasannya tersenyum.(*)
Cerpen Duka Jadi Suka ini dibuat khusus untuk Kak Wahyu Andrian. Seseorang yang sangat … ah, kalian pasti mengerti.
Karawang, 24 Oktober 2020
Zalfa Jaudah J., bercita-cita menjadi penulis dan berusaha untuk giat berlatih menulis.
Editor : Lily
Grup FB KCLK
Halaman FB Kami
Pengurus dan kontributor
Mengirim/Menjadi penulis tetap di Loker Kata