Dongeng Anak Remaja

Dongeng Anak Remaja

Dongeng Anak Remaja
Oleh : Elmero_id

Matahari telah tenggelam di peraduannya. Waktu serasa melamban, seolah lelaki itu tak kunjung sampai. Saat dia ada di depan pekarangan rumah gadis pujaannya, dadanya berdegup hebat. Gugup, iya. Tapi, takut juga iya.

Gugup tentu karena pertama kalinya dia mengajak seorang gadis berkencan. Takut jikalau orang yang pertama kali membuka pintu adalah ayah atau ibunya.

Saat suara mesin berhenti tepat di depan rumahnya, sang gadis mengintip diam-diam dari jendela yang tertutup gorden kamar. Dia tersenyum kecil, rupa-rupanya lelaki itu tak sekadar berkata omong kosong. Tak sia-sia pula dia sudah berdandan sejak lama. Kakinya kemudian bergerak refleks menuju ke pintu depan.

Ting … Tong …. Suara bel berbunyi terlebih dahulu ketika jarak langkahnya masih cukup jauh. Dia pun segera melangkahkan kaki dengan cepat. Terlambat.

“Teman Aira?”

Aira menghentikan langkah kaki. Dia menguping di balik dinding pembatas ruangan. Ibunya sudah terlebih dahulu membukakan pintu untuk pemuda yang akan mengajaknya berkencan.

“Saya janji. Saya tidak akan membawa Aira lewat dari jam sembilan malam.”

“Tante boleh ikut?”

Mama apa-apaan sih? Aira segera keluar dari tempatnya bersembunyi. Wajahnya merah terbakar emosi.

“Ma … Ini Randi. Teman Aira di sekolah. Aira sama Randi janji kok gak akan pulang lewat jam sembilan malam.”

Raras menatap putrinya dari ujung kepala hingga kaki. Lihat! Betapa konyolnya putrinya hari ini, berdandan seperti badut. Dia pasti diam-diam mengambil makeup Raras. Lelaki di hadapannya pun mungkin akan membatalkan kencan mereka setelah melihat penampilan Aira. Tapi, sebagai seorang ibu, dia tak mau membuat hati anaknya kecewa karena lelaki itu.

“Gak! Masuk kamu.” Raras menarik tangan Aira dan mendorong Randi keluar. Sesegera mungkin dia pun menutup pintu.

“Ma ….” Aira membuang pandangan. Dia berlari kembali menuju kamarnya, membanting pintu.

***

Randi menelan ludah, ketakutannya menjadi nyata. Orang yang membuka pintu itu malah ibunya Aira, padahal dia bisa melihat kalau gadis pujaannya sangat bersemangat untuk pergi kencan dengannya. Meskipun ….

“Tunggu!” Raras menahan kepergian Randi.

“I-iya, Tante,” ungkap Randi gelagapan. Dia segera menoleh ke arah sumber suara.

“Kamu masih berminat mengajak kencan anak saya setelah melihatnya barusan?” Raras melipat kedua tangan dan menatapnya sinis.

Randi tak kuasa menjawab. Dia pun hanya menundukkan kepala dan mengangguk menanggapi pertanyaan Raras.

“Kamu pacarnya Aira?” tanya Raras lebih jauh.

“Bu-bukan, Tante. Kami hanya dekat saja.” Randi menggelengkan kepalanya berkali-kali.

“Tapi, anak saya menyukai kamu.”

Glek …. Randi menelan ludah. Rasanya aneh ketika seorang ibu kemudian mengungkapkan perasaan anaknya. Apa mungkin dia suka membaca buku harian Aira?

“Kamu menyukai anak saya?” Pertanyaan Raras kali ini serasa menyudutkan Randi.

“Sa-saya …” Seketika Randi ragu dengan perasaannya sendiri. Dia tidak tahu kalau ibunya Aira seprotektif ini. Untuk usianya yang masih lima belas tahunan, ini pertama kalinya dia mencoba mendekati seorang gadis. Ketakutan pun tiba-tiba muncul bilamana ibunya menarik mereka untuk menikah. Karena di mata dia, Raras tampak seperti orangtua yang terlalu kolot.

“Saya sudah mengira kalau kamu hanya ingin main-main. Itu sebabnya saya tidak mengizinkan anak saya pergi.”

“Tapi, Tante ….”

“Cukup. Asal kamu tahu! Saya melarang anak saya untuk berpacaran dan fokus sekolah. Entah apa yang membuatnya tiba-tiba lupa dengan aturan saya.”

Randi terdiam. Ah, ingatannya tiba-tiba berputar pada detik-detik kenangan yang sudah berlalu. Ya, gadis itu memang sering mengatakan kalau dia tidak diperbolehkan untuk berpacaran. Namun, pemuda ini berdalih dengan status “teman tapi mesra”. Sampai-sampai dia berhasil membujuk Aira untuk mau keluar kencan dengannya.

“Di usia kalian ini, saya tahu perasaan Aira. Saat jatuh cinta, semua waktunya akan terasa seperti berada di negeri dongeng, dan kamu pangerannya. Jadi, biarkan saya yang menjadi penyihir jahat di antara kalian berdua. Mengajarkan anak saya tentang kenyataan dan pahitnya cinta.”

Raras berbalik. Dia kembali ke dalam rumah. Menutup pintu dan mulai menangis. Derita cinta sejak dulu memang tiada akhir. Dia tidak ingin kalau Aira terbuai dalam angan-angan kosong. Jatuh cinta kepada orang yang tak tepat dan membuang waktu, kemudian menyesal.(*)

 

Tashikumaraya, 17 April 2021

Seorang pemimpi kecil yang suka mendongeng bernama elmero_id. Lahir di Tashikumaraya, 18 Mei 1994. Penggemar lagu-lagu Taylor Swift garis keras.

Editor : Lily

 

Grup FB KCLK
Halaman FB Kami
Pengurus dan kontributor
Mengirim/Menjadi penulis tetap di Loker Kata

Leave a Reply