Dilema
Oleh : Mulia Ahmad Elkazama
Aku menangis. Tercabik perih. Istri mana yang tak tersakiti bila lelaki yang dicintainya memiliki wanita lain? Tapi, aku tidak bisa menuntut. Sepotong bukti pun aku tak punya. Sikap dan perhatian suamiku juga tidak berubah. Masih manis seperti hari-hari biasa. Itu yang membuat hatiku sulit melepasnya. Bahkan, aku sering menepis rasa sakit, bila ia pulang kerja dengan tubuh beraroma parfum wanita.
“Masak apa hari ini?” Ia menghempaskan tubuh di atas sofa.
“Makanan kesukaanmu, Mas,” ucapku seraya melempar senyum dan membantunya melepas dasi dan kemeja.
“Kamu memang istri yang tidak ada duanya di dunia ini.” Ia memegang kedua tanganku. Aku pun tersenyum. Sejurus kemudian, ia mencium keningku sambil berujar, “Aku mencintaimu, Sayang.”
Sesak. Dadaku terjejali rasa cemburu. Aku tahu, bukan hanya diriku yang dipanggil “sayang” olehnya. Yakin sekali! Tapi, ia memang romantis dan perhatian sekali. Tidak hanya itu, pengorbanan apa pun ia lakukan demi membahagiakan diriku. Inilah yang membuatku sulit lepas dari pelukannya.
Jika aku meminta dirinya memutuskan hubungan dengan kekasih gelapnya demi kebahagiaanku, akankah ia mengabulkannya? Sepertinya tidak mungkin!
“Kamu kenapa diam? Ada masalah?” Lembut sekali ia bertanya. Tangannya yang kekar mendekap tubuhku—manja.
Sayang, apakah seperti ini kamu perlakukan kekasihmu di luar sana? Hatiku menjerit—sakit. Air mata mulai menggenang di sudut mata. Dengan cepat aku mengusapnya, takut terlihat oleh suamiku tercinta.
Ah, ia memang lelaki luar biasa. Setiap wanita pasti akan bertekuk lutut di hadapannya. Seperti diriku, yang begitu lemah tanpa kehadirannya. Walaupun rasa sakit kian hari semakin menyiksa. Tuhan, kuatkanlah aku!
***
Sinar mentari pagi menggelitik kedua mataku, memaksanya untuk segera menatap dunia. Selepas shalat Subuh tadi, aku merebahkan tubuh di atas dada bidang suamiku yang masih terlelap. Sepertinya jamuan semalam membuat badannya kelelahan. Sejam yang lalu aku berusaha membangunkannya, namun ia menarik tubuhku mendarat di pelukannya. Apakah ia juga seperti ini ketika berada di sebuah hotel bersama wanita lain? Lagi-lagi, pertanyaan itu bergelayut menghiasi pikiran.
“Aku berangkat dulu, ya. Hati-hati di rumah. Nanti malam kita dinner bareng lagi,” kata suamiku lembut, lalu mengecup keningku.
“Mau dimasakkan apa, Mas?” tanyaku basa-basi.
“Apa saja aku suka, kok. Asalkan dibuat dengan setulus cinta,” jawabnya seraya menunjuk dadaku. Aku pun tersenyum. Lelaki hebat! Selalu saja bisa membuat hatiku berbunga.
Kupandangi punggungnya yang semakin menjauh, meninggalkan diriku yang masih melambaikan tangan untuknya. Detik kemudian, tangisku pecah. Tumpah ruah seperti air bah. Hatiku sakit. Perih dan nyeri begitu menusuk-nusuk sanubari. Aku tahu, ia akan jatuh di pelukan wanita lain!
“Kamu memang lelaki hebat dan luar biasa, Mas,” ucapku lirih.
Lembar demi lembar kubuka album foto berisi gambar yang diambil beberapa tahun silam. Foto saat suamiku masih menjadi lelaki setia, romantis, dan tidak terkenal. Remah-remah kenangan berkelebat menabur kisah-kisah indah bersamanya.
“Aku janji akan selalu mencintaimu, Lis.”
“Janji, ya, kamu tidak akan selingkuh?” tegasku. Ia pun mengangguk tanpa ragu.
“Aku takkan pernah mengkhianatimu, Sayang,” ujarnya seraya menatap mataku—lekat. Aku pun percaya padanya. Sampai pada suatu malam, aku melihatnya tidur bersama seorang wanita di sebuah kamar hotel—tanpa sepengetahuan dirinya. Wanita yang sama ketika aku memergokinya sedang makan malam di sebuah restoran mewah.
Kuletakkan album foto itu, lalu menangis sejadi-jadinya. Hatiku sungguh sakit rasanya. Serupa tersayat-sayat sembilu. Bahkan lebih perih dan nyeri. Aku benar-benar tidak kuasa menanggung penderitaan ini. Wanita mana pun takkan sanggup memikul beban seberat apa yang menimpaku.
“Tuhan, apa yang harus aku lakukan? Haruskah aku bertahan dengan keadaan yang menyiksa batinku ini?” Aku berbicara pada diriku sendiri.
Menit kemudian, aku meluncur ke kantor suamiku. Sepertinya dinding kesabaranku telah tumbang. Sebagai seorang wanita aku tak boleh lemah, harus tegas mengambil sebuah keputusan. Keputusan untuk kebahagiaanku, tentunya. Aku tak peduli lagi dengan pernikahan. Yang terpenting, hak-hakku sebagai istri terpenuhi.
Seorang satpam memperingatkan saat aku memarkir mobil tepat di depan pintu kantor. Tanpa menghiraukan peringatan itu, aku langsung menerjang pintu utama dan masuk ruang kerja suamiku.
Sepi. Tak seorang pun ada di dalam ruangan. Salah satu karyawan memberi tahu padaku bahwa suamiku pergi ke luar kantor.
“Bersama salah satu sekretaris pribadi Pak Dimas, Bu,” jawab karyawan tersebut. Aku terperanjat.
“Memang Pak Dimas punya berapa sekretaris, Mas?” selidikku. Karyawan muda di depanku sedikit berpikir sambil menghitung jari.
“Sekitar lima sekretaris, Bu. Itu pun tiap hari bergantian,” jelasnya panjang lebar. Ah, aku yakin wanita-wanita itu bukanlah sekretaris. Tidak mungkin perilaku sekretaris seperti itu.
Setelah diberi tahu ke mana suamiku pergi bersama sekretaris pribadinya, aku segera beringsut meninggalkan kantor dan menuju sebuah hotel bintang lima yang letaknya tidak terlalu jauh dari kantor suamiku.
Baru beberapa langkah hendak memasuki ruangan, kulihat sesosok lelaki berbadan tinggi nan tegap sedang bermesraan dengan seorang wanita berpakaian seksi. Ingin aku menghampirinya dan memberi pelajaran pada lelaki bajingan dan wanita jalang itu, tapi air mataku lebih dulu berbicara. Dadaku sesak. Tulang belulangku terasa ngilu hingga sulit bergerak. Dari balik dinding kaca, aku mematung arca, menatap lekat kejadian yang begitu memilukan. Aku sungguh tak kuasa mencegahnya. Rencana untuk mengakhiri hubungan suci yang telah ternoda oleh kelakuan suamiku, luruh bersama cinta dan kepercayaanku kepadanya.
Aku pun kembali ke dalam mobil dan menumpahkan segala kekecewaan dan sakit hati. Aku menangis sejadi-jadinya. Sungguh, aku tidak menyangka, ternyata suamiku juga “main hati” dengan orang yang sangat kukenal—Lusiana, adik kandungku sendiri.
Kejam sekali kamu, Mas!
Mojokerto, 14 Desember 2019
Mulia Ahmad Elkazama. Lahir di kota kecil Pati, Jawa Tengah. Penggemar serial anime Naruto ini suka membaca dan menulis. Aktif belajar di beberapa grup kepenulisan dunia maya. Akun FB: Mulia Ahmad Elkazama. IG: @ahmadmulia247.
Grup FB KCLK
Halaman FB Kami
Pengurus dan kontributor
Mengirim/Menjadi penulis tetap di Loker Kata