Di Pesta Pernikahan

Di Pesta Pernikahan

Di Pesta Pernikahan
Oleh : Reza Agustin

“Aku jatuh cinta dengan mempelai laki-laki sepupuku, aneh sekali bukan?” Wanita itu, menepi dari keramaian pesta pernikahan, menyandarkan punggung pada dinding gedung resepsi, dan bertelanjang kaki. Sepasang sepatu hak tingginya tergantung di jemari tangan kiri, salah satu haknya patah. Tangan kanannya menggenggam gelas sampanye, walau isinya bukanlah minuman fermentasi itu.

 “Ini susu. Memang kelihatan aneh jika gelas sampanye justru diisi dengan susu, tetapi aku harus menyetir pulang. Akan berbahaya jika aku menyetir dalam keadaan mabuk bukan?” Ia menjawab tanya yang sedari tadi tak kunjung kuucapkan. Mungkin mempunyai bakat seorang cenayang.

 “Jadi, kenapa seorang pria tampan dan seksi sepertimu juga menjauh dari riuh pesta pernikahan, Tuan? Apa kau juga sedang patah hati karena orang yang cintai menikah dengan orang lain?” Wanita itu bertanya lagi, sudut bibirnya tertarik ke atas. Menyeringai jahil.

 Aku mengangkat kedua alis dan bahu bersamaan. Dan, kulihat ia terkikik geli sebelum menyesap kembali susu yang hanya tersisa separuh itu. Dari tawa kecilnya itu, dapat kutebak bahwa dia orang yang menyenangkan. Cenderung terbuka dalam menghadapi persoalan hidup.

 “Jadi, sejak kapan kau mencintai Louis?” Sebaris pertanyaannya membuatku melebarkan mata. Ia menanti jawabanku, dengan salah satu alis yang terangkat. Mungkin menyadari bahwa aku agak terkejut dengan pertanyaan yang baru saja ia lontarkan.

 “Kita memang sedang berduka karena orang yang kita cintai menikahi orang lain. Namun, kau agak salah paham, Nona. Aku mencintai sepupumu Ariana dan bukannya Louis. Aku pria normal yang sehat.” Aku mengulur bibir hingga tersisa garis tipis.

 Wanita itu meringis lantas berbisik maaf, nyaris tak bersuara. Ia undur diri sebentar, hendak mengisi kembali susunya yang kini telah tandas. Walau sebenarnya ia ingin mengusir canggung dan mungkin akan kabur. Jelas ia tak akan kembali setelah meninggalkan gelas minumannya. Namun aku salah, ia justru kembali tak lama kemudian, membawa dua buah gelas sampanye yang diisi susu hangat. Ada asap halus yang melayang di atas gelas tersebut. 

 “Anggap saja obat malu dariku.” Ia meringis kecil sebelum menyesap susunya lagi.

 “Senang rasanya mendapat teman baru. Aku juga tak keberatan berbagi sedikit rasa malu denganmu,” ujarku lantas diakhiri dengan kekehan kecil. Dari sudut mataku, ia tersenyum menahan malu.

 “Jadi, sejak kapan kau jatuh cinta dengan Ariana? Ya, aku tahu dia memang populer sejak dulu. Banyak laki-laki yang tergila-gila padanya. Aku tak heran jika banyak barisan patah hati yang berjejer di luar sana karena mendapat undangan darinya.”

 “Tahun ketiga saat kami kuliah. Dia sangat cerdas dan menarik, tipe perempuan yang sangat sulit didapatkan. Gila saja sekarang dia menikah dengan dosen kami yang lima belas tahun lebih tua.” Aku melirik wanita itu dan ia mendelik tak suka.

 “Berarti kau juga menyebutku gila. Begitu?”

 “Tidak juga, cinta memang tak pernah pandang bulu, ‘kan? Kau bebas jatuh cinta dengan siapa saja. Aku juga berhak jatuh cinta dengan sepupumu walau harus berakhir bertepuk sebelah tangan.”

 Untuk sesaat kami enggan berbalas kata. Kulihat air matanya memenuhi pelupuk saat melihat mempelai laki-laki dan perempuan hendak melakukan tradisi melepas stcoking mempelai perempuan dengan giginya. Ketika mempelai laki-laki menyibak gaun mempelai perempuan tinggi-tinggi, diringi seruan tamu undangan lain, ia benar-benar menangis. Gelas sampanye diulurkan padaku. Ia bergegas keluar dari gedung setengah berlari.

 Punggung wanita itu menjauh dari gedung resepsi, berbelok, sesekali menabrak beberapa orang yang kebetulan melewati koridor yang sama, isakan kecil dari bibirnya terdengar sampai ke telingaku. Ada geletar yang sama di dada saat menyaksikan betapa rapuhnya wanita itu. Kami berada di sekoci yang sama, terombang-ambing setelah kapal yang kami tunggangi karam.

 “Kau tidak perlu mengikutiku. Aku akan pulang, jadi sebaiknya kau kembali saja ke dalam sana. Ia mungkin akan memberikan salam terakhir padamu sebelum pergi bulan madu. Aku sendiri tak punya hati yang cukup kuat untuk melihat semuanya.” Punggungnya berhenti menjauhiku. Ia berbalik, menampakkan riasan wajah yang perlahan luruh.

 “Aku tahu bahwa kau tidak bisa menerima kenyataan bahwa mereka menikah, memulai kehidupan baru sebagai pasangan suami istri. Namun, kau juga harus menyadari bahwa rasa cinta yang pernah tumbuh di hatimu itu tidaklah salah. Hatimu sudah memilih pada siapa ia akan berlabuh, itu bukan salahmu. Begitu pula dengan diriku. Mungkin memang sampai di sini akhir dari kisah cintaku yang selama ini terpendam, begitu juga denganmu. Namun, ini bukanlah akhir dari segalanya. Kau tahu, kita bisa mencarinya bersama. Hati lain yang mungkin masih kosong dan berdebu dan atau hati yang bernanah karena terluka terlalu lama. Jadi, mengapa tidak kita coba saja memulai sesuatu yang baru?”

 Wanita itu mengerjapkan matanya beberapa kali, lantas mengurut pelipis. Ia melakukannya selama beberapa saat, lalu kembali menatapku lamat-lamat. Tanpa tedeng aling-aling, telunjuknya diarahkan ke dadaku.

 “Jadi, kau berusaha berlabuh di hatiku, begitu?”

 “Tak sepenuhnya benar? Aku hanya ingin mencari pengalih rasa sakit karena ditinggal menikah. Itu saja.”

 “Bagus!” Ia merogoh dompet panjangnya, sebuah kunci mobil mendarat di telapak tanganku.

 “Aku tahu sebuah hotel yang punya bar bagus. Ayo ke sana!”

 “Tunggu, kau jelas tak ingin berma—”

 “Aku akan tunjukkan padamu bagaimana caranya mengalihkan hati yang sakit karena patah hati. Tenang saja, aku tak akan memaksamu bermalam denganku. Malam ini kita berburu, mencari hati lain untuk ditemukan!”

 Lagi-lagi punggungnya menjauh. Ia sempat berdendang dan menggoyangkan pinggul untuk mengekspresikan senang. Seharusnya ia tak perlu melakukannya, mengajakku bertualang mencari hati baru. Karena sejak pertama kali melihatnya di pesta, hatiku sudah tertambat padanya.

 

Reza Agustin, lahir dan besar di Wonogiri sejak 20 Agustus 1997. Pecinta kucing dan fiksi yang menggemari Hallyu. Kunjungi Facebook dengan nama yang sama, Instagram di: @Reza_minnie, dan Wattpad di: @reza_summ08.

Grup FB KCLK
Halaman FB Kami
Pengurus dan kontributor
Mengirim/Menjadi penulis tetap di Loker Kata

Leave a Reply