Depresi Itu Nyata dan Datang Tanpa Aba-Aba
Oleh: DA Handayani
Judul Buku: REASONS TO STAY ALIVE
(Kisah Nyata Melawan Depresi dan Berdamai dengan Diri Sendiri)
Nama Penulis: Matt Haig
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: 2018
Jumlah Halaman: 266
Pernahkah kamu galau memilih mau pakai baju apa, padahal awalnya kamu merasa cocok pakai baju warna merah. Eh, seketika berubah pikiran ingin warna biru?
Atau pernahkah kamu merasa kalau kamu selalu gelisah? Tidak tahu mau melakukan apa, mood yang tiba-tiba jelek lalu mendadak merasa gundah dan sedih tanpa sebab?
Jika iya, bisa jadi kamu terindikasi terkena gangguan kecemasan yang bila ditumpuk bisa jadi depresi.
Apa rasanya menjadi orang yang mengalami gangguan kecemasan atau depresi? Disebutkan, ada dorongan yang membanjiri perasaan dan pikiran mereka sampai-sampai tubuh fisiknya pun ikut sakit. Bahkan, tak sedikit dari mereka yang akhirnya memutuskan untuk bunuh diri.
Apa sebenarnya depresi itu?
Depresi menurut KBBI adalah gangguan jiwa pada seseorang yang ditandai dengan perasaan yang merosot (seperti muram, sedih, perasaan tertekan). Kemudian menurut Google adalah sekelompok kondisi yang terkait dengan peningkatan atau penurunan suasana hati seseorang.
Buku Reason To Stay Alive ini adalah buku best seller yang ditulis oleh Matt Haig, seorang penderita depresi yang membagikan pengalamannya dan menuangkannya ke dalam sebuah buku.
Mengutip beberapa kalimat dalam buku, “Pikiran itu unik. Pikiran pun bisa melenceng dengan cara yang unik. Salah satu gejala utama depresi adalah tidak melihat adanya harapan atau masa depan. Jangankan melihat cahaya di ujung terowongan, kamu bahkan merasa kedua ujung terowongan itu tertutup dan kamu terjebak di dalamnya.”
Matt pernah berada di titik itu. Ia pernah mencoba bunuh diri di pinggir tebing ketika berusia 24 tahun. Serangan panik yang bertubi-tubi dan harapan yang tak lagi terlihat membuatnya berpikir bahwa mengakhiri segalanya adalah hal terbaik. Tetapi, pada langkah terakhir, ia berhenti dan mengurungkan niatnya.
Dalam buku ini, Matt mengupas tuntas permasalahan yang ia hadapi. Mulai dari gejala depresi, rasanya mendapat serangan panik dan tentu saja bagaimana caranya mengatasi serangan panik yang tiba-tiba muncul tanpa aba-aba.
Salah satu penyebab depresi adalah gizi buruk dan tidur yang kurang. Satu-dua kali makan tidak teratur atau makan junk food boleh saja, tapi jangan terlalu sering. Tidak baik juga buat tubuh bukan?
Disebutkan juga hal-hal yang membuat perasaan menjadi lebih baik. Salah satunya adalah tidur. Namun, tidak mungkin jika tidur jadi solusinya terus. Bagaimana kalau tidak bisa tidur? Tinggal cari kegiatan lain yang positif seperti menulis, membaca, bertemu dan berkumpul dengan orang-orang baik, makan teratur dan lain sebagainya.
Apa kamu tahu? Banyak juga pesohor yang menderita depresi. Seperti Jim Carey, Halle Berry, Stephen King, Angelina Jolie bahkan Putri Diana.
Hal yang mengejutkan ternyata Abraham Lincoln, Winston Churchill dan Edvard Munch masuk juga dalam daftar sebagai penderita depresi.
Benarkah?
Orang-orang hebat itu? Apa kekurangan mereka coba? Sungguh tidak masuk akal, bukan?
Bagi saya, depresi itu nyata dan datang tanpa aba-aba. Buku ini dipinjamkan oleh seorang teman karena saya cerita ke beberapa teman tentang masalah yang saya alami kala itu. Jujur, buku ini sangat membantu saya menghadapi masa-masa sulit yang katakanlah hampir mirip dengan Matt meskipun tidak segawat dirinya. Alhamdulillah, sekarang saya bisa mengatasi mood swing yang tiba-tiba nongol tanpa instruksi.
Asal kamu tahu, pengidap depresi itu bukan orang bodoh melainkan pemikir yang kapasitas otaknya lebih banyak berpikir hal-hal yang aneh. Bila diibaratkan, mereka seperti anak kecil yang terlalu banyak energi dan harus menghabiskan energi tersebut dalam satu harinya.
Dalam buku ini juga disebutkan, otak bukanlah pemanggang roti. Otak itu rumit. Beratnya mungkin hanya satu kilo lebih sedikit, tapi dalam satu kilo itu ada memori-memori seumur hidup.
Menurut Dr. David Adam dalam catatannya tentang gangguan obsesif-kompulsif, The Man Who Couldn’t Stop, “Hanya orang bodoh atau pembohong yang akan menjelaskan kepadamu cara kerja otak.”
Terlalu banyak hal yang ada di otak para pengidap depresi untuk disalurkan. Karena otak mereka tidak mau berhenti bekerja sampai semua yang ada di otaknya terkuras habis dan tubuh lelah, lalu akhirnya bisa tidur dengan nyenyak.
Matt menulis buku ini bagaikan buku diary atau jurnal kesehariannya selama ini. Sangat enak membacanya, menurut saya seperti membaca sebuah kumpulan cerpen ketimbang buku non fiksi atau buku motivasi.
Penjabarannya begitu lugas dan cermat. Seperti penulis sudah meriset tulisannya sedemikian rupa bukan hanya dari pengalaman seumur hidupnya mengidap depresi. Matt juga bahkan melampirkan halaman yang berjudul, Pendapat Orang Awam Tentang Depresi yang Tidak Mereka Utarakan Dalam Kasus-Kasus Lain yang Membahayakan Nyawa. Salah satunya seperti:
“Ayolah, aku tahu kau sakit TBC, tapi ‘kan tidak separah penyakit lain?”
Terlihat menyepelekan? Menurut saya, iya.
Sejalan dengan itu, mungkin kamu pernah baca curhatan seseorang di medsos lalu jawabannya mirip-mirip seperti itu?
“Cuma gitu doang? Ya, kali hidup gue lebih pahit daripada elu. Lebay aja elu mah. Kurang bersyukur. Kurang iman itu, sih. Makanya solat yang bener, ngaji, sedekah. Paham?”
Bukankah itu jawaban yang jahat?
Nah, buku ini wajib kamu punya, karena banyak sekali ilmu psikologis dan supaya kita bisa memahami–walaupun sedikit–para penderita depresi ini. Lebih aware dengan sekitar kita dan lebih bisa menjaga jempol supaya mengetik yang baik-baik jika ada yang curhat di medsos.
Bagi kamu yang sedang mengalami depresi, buku ini sangat membantu kamu memulai langkah baru. Kamu tidak sendiri, banyak di luar sana yang seperti kamu. Ayo, semangat!
Depresi tidak selalu memiliki sebab yang jelas.
Depresi bisa memengaruhi banyak orang. Para jutawan, orang-orang yang berambut indah, orang-orang dengan kehidupan yang bahagia, orang-orang yang baru saja naik jabatan. Atau orang-orang yang membanjiri unggahan status mereka dengan kebahagiaan, yang dari luar kelihatannya tidak punya alasan untuk bersedih.
“Depresi ini misterius, bahkan bagi penderitanya.” (Matt Haig)
Bogor, 20 Juli 2022
Dwi Ayu Handayani, suka memasak dan menulis berbagai macam hal, tapi lebih sering membaca komik dan menonton film.
• Tulisan Dwi Ayu Handayani ini adalah salah satu tulisan yang terpilih di bulan Juli.
Tulisan ini terpilih karena review-nya mengangkat sebuah tema yang sangat menarik, ulasannya begitu berisi dan menjelaskan poin-poin penting, sehingga sangat layak untuk dibaca.
Editor: Imas Hanifah N