Daun Muda

Daun Muda

Daun Muda
Oleh: Nurul Istiawati

Juara 3 Tantangan Lokit 7

Cermin. Jangan pernah bermain-main dengan cermin. Cermin adalah kejujuran. Dan hati seorang istri seperti cermin. Bila dipecahkan akan hancur. Memang bisa disatukan kembali serpihannya. Namun tak akan menciptakan bayangan yang sempurna. 


***

“Aku mau cerai.” kataku. Seketika engkau tersedak, aroma pahit kopi mencekik tenggorokanmu dan meremas dadamu. Dalam bahasa diam, aku tahu di matamu tersulut api kemurkaan. Saat itu juga engkau menjelma menjadi badai. Berteriak, memaki, memecahkan gelas kaca. Amarahmu datang seperti angin dan menjalar seperti api. 

“Kenapa?” sudah kuduga pertanyaan itu akan terlontar dari bibirmu. 

“Aku tak bisa hidup bersama lelaki yang memiliki dua cinta.”

Memang getir rasanya. Tetapi itulah yang sebenarnya terjadi.

“Apa kau menuduhku mendua?” ucapmu.

Tatapanmu kala itu melesat lalu menyayat-nyayat dadaku. 

Memang itu kenyataannya. Dua bulan lalu, seorang perempuan mendatangiku. Wajahnya cantik dan masih muda. Perempuan itu suka memakai baju tipis memamerkan lekuk tubuhnya. Gerakan pinggulnya membuat semua lelaki lupa kepada istrinya. Ia mengaku sangat mencintaimu. Awalnya aku tak percaya. Tetapi ketika perempuan itu menunjukan benda pipih berwarna putih dengan garis merah positif, tubuhku gemetaran.

Perempuan itu menceritakan pertemuannya denganmu. Semua bermula ketika perempuan itu hanya menawarkan kopi padamu. Kemudian kau meneguknya nikmat-nikmat. Lambat laun perempuan itu menawarkan bahu untuk bersandar. Kau menurutinya. Tak kusangka perempuan itu berhasil menyentuh hatimu. 

Di hari berikutnya, kau menemui perempuan itu lagi. Kau bilang kau merindukannya. Tiba-tiba kau terserang kebutaan. Kebutaan cinta. Matamu dipenuhi kabut nafsu. Kau mengecup perempuan itu, tanpa ingat batasan.

Bukan salahmu atau salah perempuan itu!. Salahkan saja derasnya hujan malam itu yang membangkitkan hasratmu. Hujan malam itu yang membuat hangat kulitmu menyentuh kulit perempuan itu, nyaris tak berjarak. Dan karena hujan malam itu, yang membuat gairah bercintamu tak pernah cukup dan ingin mengulanginya kembali bersama perempuan itu di malam-malam berikutnya.

Aku tak bisa berpura-pura tegar. Tanpa aba-aba air mata yang kubendung mengalir begitu saja.
Setiap bangun pagi aku berharap bisa melihat bayanganku di matamu. Namun kini kepalaku dipenuhi dengan bayanganmu ketika memadu cinta paling basah dengan perempuan itu.
“Akan kuakhiri hubunganku dengannya.” katamu. 

“Kau tak mungkin bisa melakukannya. Buah di rahim perempuan itu adalah biji yang kau tanam tanpa seizinku. Semestinya kau bertanggung jawab. Kendati aku sangat berat melepasmu.” jawabku dingin, sedingin kopi di depanku yang tak tersentuh.

“Aku menyesal. Aku berjanji akan berubah dan memperbaiki semuanya.” ucapmu.

Seperti angin, ucapanmu tak kuhiraukan. Aku kembali mengemasi serpihan harapan. Kumasukan semuanya ke dalam tas. Termasuk kenangan yang menggaris di ingatan juga kukemas. 

Engkau pernah bilang padaku, kita ibarat pohon. Engkau batang dan aku daunnya. Sepanjang musim bergulir kau akan menjagaku seperti batang menjaga daun. Daun hanya bisa jatuh dari batang atas kehendak-Nya. Dan kau benar. Selalu benar. Aku luruh ketika takdir menyatakan ada daun baru yang lebih hijau untukmu. Aku pergi.

***

Bertahun-tahun berlalu, serasa ada yang kosong di setiap pagiku. Tak ada lagi kecupan kecil ketika fajar mulai menyingsing. Tiada lagi tetes keringat yang mengering sisa percintaan di malam-malam hening. Tanpamu, aku seperti hujan yang kehilangan rintik, seperti cahaya yang kehilangan terang. Ah, seandainya saja tak pernah ada rumput liar yang tumbuh di hatimu, mungkin kau dan aku takkan terseret pada persimpangan yang berakhir perpisahan.

Kudengar kau sudah bahagia bersama perempuan itu. Perempuan itu telah melahirkan anakmu bukan? Selamat!.

Jangan tanya kabarku. Aku sangat sibuk. Sibuk mengajarkan arti kata ‘cerai’ yang tak pernah bosan ditanyakan oleh putriku. Maksudku, putrimu juga.

Pemalang, 04 September 2018
Biodata: Gadis 17 tahun pecinta musik klasik.

Tantangan Lokit adalah lomba menulis yang diadakan di Grup KCLK

Grup FB KCLK
Halaman FB Kami
Pengurus dan kontributor
Mengirim/Menjadi penulis tetap di Loker Kata