Cinta yang Tak Lekang oleh Waktu
Oleh: Erlyna
Terbaik ke-8 Tantangan Lokit 7
“Aku pulang ….”
Suara itu … ahhh. Aku tersenyum lebar, diikuti pipi yang bersemu merah. Suara itu adalah suara yang kurindukan sejak tadi. Suara yang berasal dari seorang laki-laki tegap. Suara berat dengan nada sedikit menggoda. Suara suamiku.
“Sudah pulang, Sayang?”
Plak.
Sebuah tamparan tak kasat mata mendarat tepat di ulu hatiku. Nyeri sekali rasanya.
Itu suara Rahma. Lagi-lagi aku kalah cepat. Tidak … aku memang selalu kalah darinya. Sesiap apa pun aku akan menyambut suamiku, nyatanya, perempuan muda berambut panjang itu selalu lebih dulu memeluk suamiku tiap kali pulang kerja.
‘Menyebalkan!’ Sambil menggigit bibir, aku membalikkan badan, kembali menuju dapur.
Tek! Tek! Tek!
Kudengar suara sepatu hak tinggi milik Rahma mendekat. Aku buru-buru sembunyi di balik lemari besar tempat menyimpan peralatan masak.
Kulihat Rahma mengambil sebuah gelas, lalu mengisinya dengan sirop jeruk yang diambilnya dari dalam kulkas. Tak lama, tangannya terlihat meneteskan beberapa cairan yang dikeluarkan dari botol kecil.
‘Sial! Perempuan muda itu ternyata cukup kurang ajar juga. Dia masih saja menambahkan obat tidur tiap kali menyediakan minuman untuk suamiku.’
“Supaya Mas Prabu cepat tidur dan beristirahat, Mbak.”
Begitu pembelaannya saat kutanya.
Setelah Rahma menjauh, aku mendekati lemari kayu yang terpasang menempel pada dinding. Mengamati botol kecil seukuran obat tetes mata.
‘Apa benar ini obat tidur? Kalau memang benar, kenapa Mas Prabu masih sering begadang tiap malam?’
Masih dengan rasa penasaran yang memenuhi dada, aku berjalan pelan mendekati ruang tamu. Ingin tahu apa yang sedang dilakukan Rahma bersama suamiku.
“Sayang, aku hamil.”
“Apa …?”
Deg! Aku melotot kaget. Kulihat Mas Prabu tersenyum lebar menatap Rahma, lalu memeluknya erat. Tak lama, keduanya mengelus perut Rahma sambil saling membisikkan kata-kata mesra.
‘Rahma hamil?’ Aku terisak sambil menutup wajah. Tiba-tiba aku teringat kembali kenangan bersama Mas Prabu. Saat aku mengabarkan padanya perihal kehamilanku. Aku masih ingat betul, wajah lelah laki-laki yang sangat kucintai itu tiba-tiba berubah semringah. Senyumnya mengembang. Ia memelukku erat, sambil terus mengucap syukur.
Setelah itu, hari-hari kami lalui dengan menghabiskan waktu bersama sesering mungkin, terutama di akhir pekan. Kami akan belanja keperluan bayi, mendekorasi ruangan, serta menelusuri satu per satu nama-nama unik untuk bayi dari buku yang kami beli.
Tapi, semua kebahagiaan itu kini sirna tak berbekas. Aku keguguran saat kehamilan memasuki usia tujuh bulan. Perasaanku hancur, hancur sekali. Seolah ingin melengkapi penderitaanku, Mas Prabu membawa Rahma ke rumah ini bulan berikutnya. Mereka memutuskan untuk menikah, demi permintaan terakhir ibu mertua, tanpa peduli sakitnya aku.
Tidak … aku tidak pernah menyalahkan Mas Prabu. Bagaimanapun, aku tahu, dia sangat mencintaiku. Mas Prabu bahkan berjanji akan selalu ada di sampingku, apapun yang terjadi. Dia melakukan ini semua, untuk menutupi luka hatinya. Aku tahu, laki-laki yang selalu terlihat santai itu juga sangat terluka.
‘Ahhh … ini menyakitkan sekali.’ Aku menangis tertahan. Perasaanku hancur.
* * *
“Sayang, aku mandi dulu, ya.”
Aku berhenti menangis saat mendengar suara Mas Prabu. Kulihat ia berjalan menuju kamar, sebelum akhirnya ke kamar mandi.
“Halo … Sam. Sam … Sam … halo?”
‘Suara itu?’
Aku mengerutkan kening sambil menatap sekeliling ruang tamu. Kulihat Rahma sedang berdiri di balik lemari tempat menyimpan barang-barang antik. Ia tengah menelpon seseorang dengan suara setengah berbisik.
Karena penasaran, diam-diam aku mendekat. Mencoba mencari tahu dengan siapa Rahma berbicara.
“Halo, Sam. Ini aku Rahma. Soal obat itu, terima kasih banyak, ya. Kamu tahu? Obat itu mulai bekerja. Mas Prabu akhir-akhir ini sering merasakan dadanya sakit. Aku semakin tidak sabar melihat jantungnya membusuk lalu mati. Hihi.”
‘Hah?’
“Iya, pokoknya kamu tenang saja. Aku sudah mengatakan perihal kehamilan anak kita ini. Aku bilang padanya, bahwa aku mengandung anaknya. Kamu tahu? Dia terlihat senang sekali. Pokoknya, begitu anak ini lahir, aku akan meminta Mas Prabu untuk mengganti semua hak milik harta kekayaannya menjadi atas nama anak kita. Kita pasti akan kaya raya ….”
‘Apa?’
“Oiya, soal obat yang kupesan, apakah sudah jadi? Aku benar-benar membutuhkan obat itu secepatnya. Kamu tahu, akuarium besar itu benar-benar sangat mengganggu.”
‘Akuarium? Jangan-jangan ….’
Aku mengerjap berkali-kali, seolah-olah tidak percaya dengan apa yang baru saja kudengar. Rahma … perempuan menyebalkan itu, berniat membunuh suamiku pelan-pelan dan mengambil hartanya? Tega sekali dia. Dia bahkan ingin menghancurkan akuarium besar itu, tempat tubuhku diawetkan.
‘Apakah membunuhku saja tidak cukup untukmu, Rahma?’
Purworejo, 8 Oktober 2018
Erlyna, perempuan sederhana yang mencintai dunia anak-anak.
Tantangan Lokit adalah lomba menulis yang diadakan di Grup KCLK
Grup FB KCLK
Halaman FB Kami
Pengurus dan kontributor
Mengirim/Menjadi penulis tetap di Loker Kata