Cinta itu ….
Oleh: Loopies
Danny menatap Sani yang tengah sibuk memasak untuk makan malam. Hari ini tidak biasanya dia ingin pulang cepat. Hingga membuat sang istri yang tadinya masih beres-beres, mendadak harus menghentikan dulu pekerjaannya dan beralih ke dapur.
“Apa masih lama?” tanya Danny yang sudah tak sabar karena merasa perutnya meronta-ronta minta diisi.
“Sebentar lagi. Duduklah di depan sana dan nyalakan teve! Nanti kalau sudah siap akan kuantar,” titah Sani sambil mengupas sayuran.
“Acaranya membosankan,” alasan Danny, menolak usulan Sani.
Sejenak Sani menghentikan kegiatannya, kemudian menoleh pada lelaki yang kini berada di sebelahnya. Danny mirip anak kecil yang serius melihat cara ibunya memasak.
Merasa diperhatikan, lelaki jangkung itu balik menatap istrinya. “Aku sangat lapar. Kenapa berhenti mengupas?” tanya Danny dengan polosnya.
Sani tersenyum simpul. Baru kali ini dia mendapati suaminya bersikap manja karena kelaparan. Seolah-olah belum makan beberapa hari.
“Bagaimana kalau kita makan di luar?” usul sani.
Danny menggeleng. “Aku ingin makan masakanmu–apa itu namanya? Yang ada bulatan-bulatan kecil, ditambah sosis ayam, kentang, dan wortel yang diiris bulat,” ucap Danny menyebutkan ciri-ciri masakan yang disukainya.
“Namanya sop,” sahut Sani.
“Apa pun itu, ayo, cepat masak!” perintah Danny. Kini tangannya tak mau tinggal diam, ikut mengambil wortel dan mengupasnya walau terlihat kaku.
“Jangan seperti ini! Nanti daging wortelnya habis,” cegah Sani, kemudian mengambil alih pekerjaan asal-asalan Danny.
Danny berhenti dan memilih diam sembari melihat Sani yang melanjutkan acara memasaknya.
***
“Maaf …,” ucap Danny ketika Sani hampir selesai dengan masakannya.
“Maaf untuk apa?” Sani balik bertanya. Dia heran dengan sikap Danny yang tak seperti hari-hari biasa. Apakah ada kesalahan yang dilakukan lelaki itu?
“Kamu pasti menderita hidup bersamaku?” tebak Danny tanpa menoleh kepada perempuan mungil di sebelahnya, yang mulai menuangkan sayur di mangkuk porselen.
“Bisa membantuku?” Sani mengalihkan percakapan keduanya. Dia melangkah ke meja makan serta mengambil mangkuk yang telah dipersiapkan untuk Danny.
“Makanlah selagi hangat!” Sani memerintah lalu beranjak, tetapi tangannya ditarik Danny.
“Kamu enggak makan?” tanya Danny yang hanya mendapati satu mangkuk untuknya saja di meja.
“Aku sudah makan,” jawab Sani singkat.
“Kalau gitu duduklah! Temani aku makan,” perintah Danny.
Sani menurut, kemudian mengambil duduk di dekat suaminya yang pantang untuk dibantah.
Danny melahap dengan cepat. Sepertinya dia benar-benar kelaparan.
“San, apa kita akan bersama selamanya?” tanya Danny yang tiba-tiba menghentikan kunyahan.
Sani terdiam, pertama kalinya pertanyaan dari Danny membuatnya takut. Selama ini dia tak pernah memikirkan apa yang akan terjadi, hanya mencoba mengikuti arus tanpa memikirkan ke mana akhir hubungan palsu mereka.
“Tidak bisakah kita bersama selamanya? Aku merasa nyaman denganmu, kamu pintar memasak, juga pandai mengurus rumah. Meski kadang kamu hanya diam dan tak pernah memprotes saat disuruh ini-itu,” ucap Danny dengan senyum yang berusaha dia tampilkan.
“Bagaimana dengan Sora? Bukankah pernikahan kita hanya kontrak untuk menggertak Ayah?” tanya Sani tanpa berani memandang Danny.
Tak ada jawaban. Danny tidak mengungkap bahwa sebenarnya dia baru saja mencampakkan Sora. Diam-diam dia mulai jatuh cinta pada perempuan yang menemaninya enam bulan terakhir.
Hening. Hanya suara sendok dan mangkuk yang beradu, hingga Danny menyelesaikan makannya, lantas beranjak untuk membereskan meja.
“Dann …,” panggil Sani.
“Ya,” sahut Danny sambil mencuci mangkuk bekas makan.
“Bagaimana dengan Sora?” ulang Sani.
Kembali hening.
“Kurasa dia tidak akan baik, tapi melepasnya sekarang jauh lebih baik ketimbang memberi harapan palsu,” jawab Danny tanpa menghentikan aktivitas.
Danny masih sibuk dengan mencuci, sedang Sani duduk diam. Keduanya saling memunggungi. Entah akan dibawa ke mana selanjutnya masa depan mereka? Yang pasti, Sani selalu sedih jika membayangkan suaminya itu kembali pada cinta pertamanya, Sora.
Sani beranjak, mendekati Danny lalu memeluknya dari belakang.
Danny tersentak.
“Apa aku akan jadi wanita jahat jika mempertahankanmu?” Sani berkata lirih, “Apa aku akan dimaafkan?”
Sesungging senyum di sudut bibir Danny.
“Aku mencintaimu, Dann.”(*)
Demak, Minggu, 15 Agustus 2021.
Loopies. Adalah penyuka Oreo dan origami. Hobinya membaca, tetapi baru sedikit yang dimengerti. Pernah mencoba peruntungan dengan mengikuti event hingga berhasil menerbitkan dua karya solo berjudul First Love dan Not Cinderella, spesialis romance.
Editor: Dyah Diputri