Hallo, hallo Sahabat Loker Kita 😀
Seperti minggu kemarin, pengumumannya delay lagi sehari, hehe. So, tidak usah dipermasalahkan ketidakdisiplinan ini—karena sesungguhnya—tidak ada pengaruhnya sama sekali pada hasil kompetisi.
Masa-masa galau juri dalam menentukan juara pertama tidak terjadi pada minggu ke-3 ini. Kita sepakat dengan pilihan yang sama, beda dengan minggu ke-2 yang masing-masing kami punya pilihan yang berbeda untuk juara pertama—untungnya keputusan pun terbantu dengan voting di grup ini. Mengejar Asap dan Jangan Tidur! sama-sama unggul dalam banyak hal. Sementara minggu ini, kita sepakat dengan judul yang sama 😀
Kembali kami mengingatkan bahwa pengaruh voting sebesar 40%, sementara juri adalah 60%. Jadi, poin sebuah cerpen yang juara pertama dalam voting, tidak lebih besar ketimbang poin juara pertama dalam pilihan juri.
Sedikit Pertanggungjawaban Juri
Minggu ini kita ber-déjà vu ke minggu kedua dengan 6 nominator. Selama memilih nominator itu, kriteria penilaian kami selalu sama: kesegaran cerita, kemahiran berdiksi/menyusun kalimat yang baik dan menarik, dan kekuatan alur cerita. Karena itu, jika ditemukan dua-tiga cerita yang sama kuat, kami pun menggunakan senjata andalan—ketiga hal itu—sebagai dewa penolong kami. Yang mana yang paling segar? Yang paling mahir bertutur? Yang paling kuat alur ceritanya? Dan sesegera itu sang nominator—termasuk juga sang juara kompetisi—terpilih dengan lebih mudah.
Pada cerpen Pelangi Setelah Hujan, kita diajak bermimpi indah bersama sepasang suami-istri yang mendambakan buah hati. Cerita yang berakhir bahagia sering kali dianggap tidak menarik, biasanya alasannya adalah membosankan, tetapi sesungguhnya itu adalah omong kosong. Muncul dari para pembaca yang tidak paham seni bercerita, padahal dalam sastra, yang kita nikmati bukan hanya suspense, tapi teknik bercerita penulis dan kecermatannya dalam memadupadankan banyak aspek dalam ceritanya sehingga satu sama lain pun menguatkan—bukan sebaliknya. Ada kalanya, penulis cerita gagal melakukan hal penting ini, sehingga di antara satu bagian dan bagian lain dalam ceritanya malah saling melemahkan—padahal ia kuat ketika berdiri sendiri. Hal yang sama juga diberikan Aku Juga Punya Hati, membacanya, membuat kita seolah berhadapan langsung dengan si “aku” yang terbelakang, bagaimana mereka berpikir, bersikap, bicara. Kecermatan seperti itu, adalah apa yang perlu diasah terus oleh penulis. Hal-hal kecil—biasanya dianggap begitu—seperti diksi, topik, dialog dll, sangat berpengaruh pada “realitas fiksi”, karena fiksi itu juga harus masuk akal.
Bahkan cerita sureal pun harus masuk akal. Tentu, masuk akal di sini bukanlah tentang ke-“benar”-annya. Cerita tentang lelaki yang bisa bertelur pastilah tidak masuk akal, karena manusia tidak ditakdirkan untuk bertelur, apalagi lelaki yang punya rahim pun tidak. Masuk akal yang dimaksud adalah kejadian di dalam cerita, sebab-akibat, sikap dan perilaku tokoh, keterhubungan antara motif dan keputusan tokoh dll.
Kecakapan bertutur kembali ditunjukkan oleh dua penulis ini—yang sebelumnya juga pernah menjadi nominator—dalam cerpennya. Cerpen itu adalah Saat Hujan dan Jalad. Kedua cerita itu terasa seperti sedang “mengajak” pembaca larut ke dalam cerita tokoh utama. Pada Saat Hujan, si perempuan sedang “bicara” dengan sahabat kecilnya dengan memanggilnya “kau”. Meskipun begitu, kita seolah merasakan bahwa “aku” sedang “bicara” kepada kita—pembaca. Dan ia tidak hanya mengajakmu bicara dalam cerpen, tetapi juga dalam judulnya: Saat Hujan. Ya, siapa sih yang tidak punya kesan khusus pada hujan? Entah itu menyukainya, pun membencinya, sama-sama berkesan. Tidak percaya? Ada berapa banyak nama akun medsos yang mengutip kata “hujan”? Ratusan…. 😀
Jalad, jelas-jelas sedang bercerita kepada “pembaca”. Tokoh “kau” di dalam cerita adalah “kita”—pembaca. Sepanjang KCLK, teknik begini baru muncul sekarang. Itu poin plus, apalagi ditambah kekuatan pesan di dalam cerpen ini. Ia bermain-main dengan logika kita melalui tokoh utama, terutama namanya—dijadikan judul cerita—yang memberi kesan … gereget. Ide yang paling original sepanjang KCLK Februari. Sampai minggu ke-4, yang sekarang sedang jalan, belum kami temukan ide cerita yang semenarik ini.
Selanjutnya, pada cerpen Rahasia Suamiku, kami menemukan indikator ketiga dalam penilaian juri: alur yang kuat. Selayaknya melawak, bercerita pun ada seninya, sehingga pembaca tetap penasaran membaca sampai akhir. Untuk kemudian diajak tertawa, terkejut, atau malah menangis bersama tokoh utama. Tanpa teknik bercerita yang baik, tujuan akhir—misalnya mengirimkan emosi tokoh kepada pembaca—tidak akan sampai. Ia, seperti klimaks yang tertunda, dan itu bisa membikin nalarmu kacau-balau 😀
Hasil voting di grup FB (berbatas 3 hari setelah terbit).
- Aku Juga Masih Punya Hati, 51 likes, 11 shares.
- Rahasia Suamiku, 39 likes, 13 shares.
- Penunggu Halte, 45 likes, 7 shares.
Hasil Penilaian Juri.
Keputusan Akhir.
Demikian pengumuman dan sedikit pertanggungjawaban dari tim juri KCLK. Terima kasih untuk perhatiannya. Pemenang di minggu ketiga (hanya peringkat pertama) akan ditandingkan kembali dengan pemenang di minggu ke-1, 2 dan 4. Untuk kemudian ditemukan cerpen terbaik selama Februari–yang berhak mendapatkan hadiah kompetisi. Terima kasih untuk semua peserta yang sudah meramaikan KCLK, baik melalui karya pun jempolnya dalam memberi “like” dan “share” 😀
Salam.
Daftar nominator KCLK Minggu Pertama, klik ini.
Daftar nominator KCLK Minggu Kedua, klik ini.
Daftar nominator KCLK Minggu Ketiga, klik ini.
Selebihnya tentang KCLK, mari bergabung ke grup kami:
Grup FB KCLK (semua info penting ada di sini)
Halaman FB kami:
Pengurus dan kontributor
Cara mengirim tulisan