Cerita di Balik Pandemi
Oleh : Rini Juanawati
“Bu Joko!” Terdengar suara memanggil.
Hari masih pagi, bahkan matahari masih malu-malu menampakkan wajahnya akibat tertutup kabut asap, tapi keributan di depan rumah Bu Joko lumayan mengusik penghuni rumah tersebut.
“Bu Joko!”
Panggilan itu terdengar lagi. Pak Joko yang sedang memberi makan ikan di kolam belakang rumahnya bergegas ke depan untuk melihat siapa yang pagi-pagi sudah bertandang.
“Ada apa, Bu Anis?” tanya Pak Joko saat melihat Bu Anis, tetangga sebelah kanan rumahnya yang sedari tadi memanggil-manggil istrinya.
“Ibu ada, Pak? Saya mau tanya tugas anak saya, Ahmad, kemarin katanya mau dikirim lewat grup kelas lima. Ahmad, kan, satu kelas sama Arum, putri Bapak,” ujar Bu Anis dengan napas memburu.
“Saya sedang kehabisan kuota, Pak, kemarin mau jual pinang, eh, Bang Adi yang biasa beli gak lewat,” papar Bu Anis tanpa diminta.
“Ada apa, Pak?” Tiba-tiba Bu Joko sudah berada di belakang suaminya.
Pak Joko hanya mengedikkan bahu, lalu berbalik masuk ke dalam rumah. Istrinya tanpa sadar menggelengkan kepala melihat kelakuan suaminya yang cuek begitu.
“Eh, Bu Anis, ada apa, ya? Sini, silakan duduk dulu,” sapa Bu Joko kepada Bu Anis.
“Begini, loh, Bu Joko, saya kehabisan kuota, kemarin belum jadi jual pinang karena Bang Adi yang biasa beli gak ada lewat. Jadi, saya mau tanya Ibu, tugas anak-anak yang katanya dikirim di grup HP itu, loh. Anak kita satu kelas, kan?” jelas Bu Anis penuh semangat.
“Oooh, mau tanya tugas anak-anak? Sebentar, ya, Bu, saya ambil dulu HP-nya.” Bergegas Bu Joko ke dalam rumah. Tidak lama kemudian, Bu Joko sudah kembali keluar sambil menenteng HP di tangannya.
“Ini, loh, Bu, tugasnya.” Bu Joko menunjukkan tugas dari guru anak-anak mereka yang di-share di grup WhatsApp kelas.
“Ini tugasnya, Bu? Saya mah gak bisa ngajarkan kalau tugas matematika yang begini, Bu!” Bu Anis menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
“Mana saya mau pergi kerja,” sambungnya lagi dengan nada sendu.
“Ya sudah, Ahmad suruh ke sini saja, Bu, nanti biar belajar sama-sama Arum. Siti juga nanti ke sini kok sama Farid juga, mau belajar bersama,” terang Bu Joko kepada Bu Anis yang tampak mulai duduk dengan gelisah.
“Terima kasih, Bu Joko, tadinya saya sudah bingung, mau beli pulsa belum ada uangnya, kalaupun ada, saya mau beli beras,” tutur Bu Anis dengan mata berkaca-kaca.
“Sekali lagi terima kasih, loh, Bu. Saya sudah tenang, mau berangkat kerja dulu.” Bu Anis beranjak dari duduknya dan berpamitan.
Sejak pandemi COVID-19, anak-anak belajar dari rumah secara daring maupun luring. Akan tetapi, karena ada beberapa anak yang tidak mempunyai HP android atau punya HP tapi jarang ada kuota internetnya.
Salah satu solusinya, ya, belajar bersama. Dengan teman yang memiliki HP dan kuota, dengan catatan tetap memperhatikan protokol kesehatan, jaga jarak, pakai masker, dan cuci tangan.
Setiap musibah selalu ada hikmah yang mengikutinya, tinggal bagaimana kita menyikapinya. Dengan adanya pandemi COVID-19, tidak menyurutkan semangat anak-anak untuk belajar, bukan hanya pelajaran sekolah, melainkan juga pelajaran hidup bahwa kita tidak hidup sendiri, perlu tetap menjaga rasa peduli kepada sesama.(*)
Editor : Lily
Grup FB KCLK
Halaman FB Kami
Pengurus dan kontributor
Mengirim/Menjadi penulis tetap di Loker Kata