Buku Cetak di Era yang Serba Digital
Oleh : Zuyaa
Perkembangan teknologi makin melesat, membuat semua pekerjaan kita menjadi jauh lebih mudah. Perkembangan ini pula membuat masyarakat suka sesuatu yang lebih instan, salah satunya dalam hal membaca. Hal ini membuat banyak para ahli dan penerbit yang memilih putar otak agar bisa menjangkau lapisan masyarakat yang sudah serba digital. Tak heran, sekarang ini banyak penerbit yang tidak hanya fokus pada buku versi cetak, tapi juga berinovasi dengan meluncurkan versi e-book.
Sekarang ini perkembangan di dunia literasi sudah semakin berwarna seiring dengan semakin canggihnya teknologi, contohnya dengan munculnya berbagai macam wadah baca-tulis yang tentunya memudahkan para masyarakat guna mencari hiburan melalui cerita yang mereka baca. Sebut saja, dulu kita mengenal platform Wattpad, kalau berbicara sekarang sepertinya sudah semakin banyak, dan setiap wadah ini memiliki karakteristiknya masing-masing.
Novel dengan versi e-book ataupun membaca melalui berbagai macam platform baca digital dianggap sebagai langkah efektif dan efisien. Ada berbagai macam alasan sehingga cara seperti ini banyak diminati, di antaranya harga yang lebih murah, semua buku atau cerita yang ingin dibaca ada dalam satu ponsel yang mudah dibawa ke mana-mana, dan tidak perlu ruang penyimpanan yang disediakan khusus seperti buku-buku cetak. Namun dalam era yang serba digital ini, nyatanya masih tidak menyurutkan minat masyarakat terhadap buku cetak. Kita sebut saja contoh pada peluncuran novel terbaru Pramesti Luvi. Pada pembukaan pemesanan pertama saja, terhitung ada sembilan ratus pemesanan. Kita sebut lagi contoh lainnya, seperti novel Mariposa karya Luluk HF, pada pembukaan pemesanan yang pertama, pihak penerbit sampai mendapat 9.000 pesanan.
Ada beberapa hal yang membuat novel versi cetak masih tetap eksis pada masa yang serba digital ini, di antaranya:
- Tidak mudah merusak mata
Banyak teman-teman para pecinta literasi yang sering mengalami gangguan pada matanya setelah terlalu lama membaca buku dalam versi e-book. Kita semua tahu, bahwa menatap layar ponsel terlalu lama memang dapat merusak pada mata kita. Tak heran, banyak pembaca yang lebih memilih membaca buku versi cetak guna menghindari berbagai macam gangguan pada matanya nanti. - Tidak mudah ter-distract
Ketika membaca novel versi e-book dan data internet masih menyala, kita pasti akan mendapatkan notifikasi chat dari beberapa teman atau grup. Kita membuka pesan itu, terlalu enak mengobrol dengan mereka, lalu malah lupa dengan cerita yang sedang dibaca. Kalau menggunakan versi cetak, pembaca bisa jauh lebih berkonsentrasi terhadap buku yang ada di depannya. - Bisa diwariskan
Ada beberapa orang yang kalap dalam membeli buku, walau buku itu belum tentu dibacanya dalam waktu dekat. Alasan mereka tak lain karena ingin membuat perpustakaan mini. Setidaknya buku-buku itu bisa dibaca oleh anak-anak, saudara, atau tetangga mereka, atau masyarakat umum lainnya. - Instagramable
Bagi yang hobi mengambil foto, sekarang ini sedang menjamur satu hobi yang biasa diebut dengan istilah bookphotoghraphy, ini adalah kegiatan mengambil foto dengan semenarik mungkin dengan objeknya adalah buku. Hal ini pula yang membuat semakin banyaknya muncul para bookstagram di media sosial. Mereka membagi foto buku yang baru saja dibaca dengan keterangan yang di dalamnya bertuliskan ulasan atau kalimat-kalimat bijak yang mereka dapatkan dari buku tersebut. - Bisa ditandai
Buku cetak dapat kita beri tanda dengan menggunakan stabilo, pulpen, atau melipat beberapa bagian pada kalimat atau part yang disukai. Namun, alangkah lebih baiknya lagi jangan menandai dengan cara mencoret dengan stabilo atau pulpen. Lebih baik kita tandai dengan menempelkan index mark atau penanda buku plastik. Hal ini dilakukan agar tidak merusak keindahan buku. - Lebih personal dan spesial
Dengan membeli buku versi cetak, membuat kita menjadi jauh lebih menjaga terhadap buku tersebut. Ada pula alasan membeli buku versi cetak karena bisa menghidu aroma buku baru. Buku baru dianggap memiliki aroma yang khas sehingga memberikan kesenangan ketika menghirupnya. Mereka yang benar-benar intens terhadap hal ini memiliki sebutan book sniffer—meski dalam dunia kesehatan tidak dikenal istilah ini. Bagi mereka, bahkan buku yang tidak baru lagi juga kadang memiliki nuansa nostalgia atau retro.
Parisj Van Borneo, 11 September 2020
Zuyaa adalah seorang guru muda yang sangat mencintai buku cetak dan hobi menghidu aroma buku baru.
Editor : Uzwah Anna
Gambar : https://pin.it/42ni2FT
Grup FB KCLK
Halaman FB kami
Pengurus dan kontributor
Mengirim/menjadi penulus tetap di Loker Kata