Bu Guru Arini
Oleh : Sri Wahyuni
Arini gadis manis berlesung pipit, siapa pun yang memandangnya pasti akan jatuh hati. Ia beruntung dilahirkan dari keluarga agamis dan berkecukupan, sehingga bisa mengenyam pendidikan di pesantren sejak lulus dari bangku Madrasah Ibtidaiyah dan menyelesaikan kuliah. Sudah satu pekan ini Arini boyong dari pesantren. Ayahnya yang memintanya segera pulang untuk membantu mengajar di yayasan yang beliau kelola.
“Arini, posisi guru bahasa Arab sedang kosong. Ayah minta kamu yang mengisi, ya.” Arini mengangguk mendengar penuturan ayahnya.
“Kapan mulainya, Yah?” Arini antusias mengajar, karena mata pelajaran yang akan ia ampu sesuai dengan latar belakang pendidikannya.
“Lebih cepat lebih baik, karena selama ini pelajaran bahasa Arab dirapel guru yang lain.”
“Siap, Ayah.” Arini tersenyum, bersyukur bisa mengamalkan ilmu yang selama ini dipelajari di pesantren.
Senin ini Arini mulai mengajar, sejak pagi ia sudah bersiap. Rumahnya dekat dengan madrasah jadi ia hanya perlu berjalan kaki. Murid-murid Madrasah Ibtidaiyah sudah mulai berdatangan, Arini mengayunkan langkahnya menuju kantor guru. Hari ini adalah hari pertamanya mengajar, meskipun ia sudah tidak asing dengan semua pengajar di madrasah ia akan secara resmi diperkenalkan sebagai guru baru.
Semua guru di madrasah menyambutnya dengan hangat, karena sebelumnya sudah mendengar dari kepala madrasah jika putrinya yang lulusan pesantren akan ikut membantu mengajar di madrasah. Arini tersenyum bahagia, sepertinya hari-harinya kedepan akan menyenangkan.
Arini mengajar jam pelajaran kedua di kelas 3 Roudhoh, hatinya berdebar karena bagaimanapun juga ini adalah pengalaman pertamanya mengajar anak-anak di depan kelas sebagai guru resmi bukan lagi guru praktik seperti saat PKL dulu.
“Assalamualaikum, anak-anak,” sapanya mengawali pelajaran.
“Wa’alaikumussalam, Bu Guru,” jawab anak-anak serempak.
Hilang sudah kegugupan Arini ternyata murid-muridnya nampak antusias mengikuti pelajaran yang ia sampaikan. Tibalah saat pemberian tugas Arini baru mengetahui bahwa ada beberapa murid yang masih kesulitan menulis dan membaca bahasa Arab, sebagian yang lain bisa menulis tetapi cara penulisannya tidak sesuai dengan kaidah.
Ini adalah tantangan buat Arini, bagaimana membuat muridnya bisa membaca huruf hijaiah dengan lancar dan menulis sesuai kaidah yang benar. Selepas mengajar Arini duduk di kantor guru, tangan kanannya memijat pelipis sementara tangan kirinya sibuk membolak-balik buku tugas yang dikumpulkan anak-anak kelas 3 Roudhoh.
“Kenapa, Bu Arini?” tanya rekan mengajarnya
“Ini, Pak, sedang mengoreksi tugas. Ternyata anak-anak masih banyak yang kesulitan membaca dan menulis huruf hijaiah” balas Arini
“Memang anak-anak yang masuk madrasah sini bukan hanya lulusan RA, banyak juga yang dari TK, jadi ketika kelas satu harus mulai dari dasar sekali. Mereka baru belajar a-ba-ta, sehingga ketinggalan jauh dari teman lain yang lulus RA,” terang Pak Salman.
“Artinya harus ada perlakuan khusus bagi anak yang belum mampu ini kan, Pak? Misal kita adakan kelas tambahan.”
“Bagus, Bu. Bisa disampaikan ketika kita rapat guru.”
Arini tersenyum, tidak sabar menanti hari Sabtu saat rapat guru.
Tanpa terasa semester telah berganti, hari-hari Arini mengajar di madrasah berlalu dengan penuh suka cita. Program kelas tambahan disetujui oleh madrasah, bukan hanya kelas tambahan bahasa Arab saja, tapi berkembang menjadi kelas ekstrakurikuler. Guru-guru yang lain tidak mau ketinggalan menyampaikan gagasannya. Selalu ada yang baru ketika rapat guru, kehadiran Arini dan semangatnya mengabdi telah membawa energi positif bagi madrasah.
Menyambut tahun ajaran baru untuk pertama kalinya Madrasah mengadakan berbagai macam lomba bagi anak-anak RA dan TK seperti mewarnai, hafalan surat pendek, menyanyi, menyusun puzzle dan masih banyak lagi. Tidak hanya bapak dan ibu guru semua murid menyambut antusias diadakannya lomba, karena ketika acara pengumuman pemenang lomba dan pembagian hadiah, murid-murid perwakilan setiap kelas akan menampilkan kebolehan mereka di atas panggung.
Ada yang istimewa pada hari pengumuman lomba, yaitu penghargaan untuk guru berprestasi dan guru favorit dari madrasah. Nama Arini disebut oleh pembawa acara sebagai pemenang guru terfavorit madrasah. Arini mendapat sorak-sorai dan sambutan yang luar biasa dari seluruh warga madrasah. Ia menuju ke atas panggung untuk menerima trofi dan selempang yang bertuliskan guru terfavorit, ia juga menerima karangan bunga dari rekan-rekan guru. Bahagia dan terharu itulah yang dirasakan Arini.
Seingatnya, ia hanya mengusulkan agar madrasah memberi penghargaan untuk guru berprestasi supaya menjadi penyemangat agar semua guru berlomba dalam dalam prestasi. Namun, yang didapatkannya kini adalah kejutan yang membahagiakan atas semangatnya tulus mengabdikan ilmu di madrasah yang semakin hari semakin dicintainya. (*)
Sudut Kamar, 15 Agustus 2021
Sri Wahyuni. Hanya Emak-emak biasa yang sedang jatuh cinta pada aksara.
Editor : Nuke Soeprijono
Grup FB KCLK
Halaman FB Kami
Pengurus dan kontributor
Mengirim/Menjadi penulis tetap di Loker Kata