Bojo Terbaik

Bojo Terbaik

Bojo Terbaik
Oleh : Pipin

Alhamdulillah. Alhamdulillah banget aku punya suami, yang tau akan menempatkan situasi dan kondisi di mana pun kami berada.

Maturnuwun, Gusti.

Seperti hari ini, aku diajak Mas Rojak menghadiri acara SMA-nya.

“Dek, itu geng-ku dulu.” Mas Rojak menarik tanganku di acara reuni putih abu-abunya.

“Masa?” tanyaku tak percaya.

Lalu, kami berkumpul bersama dua lelaki yang dari cerita mereka, keduanya belum nikah dan masing-masing sudah memiliki usaha.

“Eh, kupret! Sukses, ya, sekarang. Oplad-aplud poto jalan-jalan,” kata suamiku sambil memencet hidung temannya yang mengenakan jas hitam.

“Woya jelas, dong, Jak. Hidup itu kudu 3 S. Santai, serius, dan smile,” jawabnya bangga sembari membusungkan dada.

“Epreeet. Mentang-mentang bisnis kentaki sampe luar negeri, eksis terus di sosmed.”

“Wkwkwk. Menghibur kejonesan, euy. Makanya dikit-dikit gampang nongol, Bro.”

Tawa kami semua meledak. Lalu, beralih ke laki-laki kurus berkacamata tebal.

“Heh, kutu buku rasa kaleng khong guancu,” sapa Mas Rojak.

“Opo, to, Jak?”

“Diam-diam mesti menghayutkan, yo, sampean iki.”

“Maksudnya?”

“Belaga polos lagi. Ke mana aja sampean? Ilang ndak ada kabar-kabari.”

“Ealah. Kang kepo, aku di Inggris, ngajar di sana.”

“Hahaha. Bentar lagi lu bakalan jadi roti Inggris tuh muka,” ejek Mas Rojak pada temannya.

Lagi, tawa kami pecah karena saling melepas canda.

“La, Mbak betul bininya sahabat kami?” tanya sosok berambut cepak padaku.

“Iya, Kang.”

“Kasian. Seumur hidup harus menderita.”

“Lumayan, sih. Menderita dalam tawa, daripada menderita tak punya duit,” jawabku.

Wkakakaka. Sumpah perutku sakit lama-lama banyak tertawa. Berkumpul sama orang-orang yang punya selera humor tinggi.

***

Kami berempat berjalan ke area untuk makan. Di sana, sudah terhidang meja. Ada ayam goreng, mie, capjai, dan minuman dingin lainnya.

“Mas, mau apa?” tanyaku sambil menyerahkan piring pada suamiku.

“Cie! Cie! Cie! Enak, ye, yang punya istri, jadi ngiri nih, Bos,” timpal pria berkacamata, Dito namanya.

“Halah, Dit. Kamu kalo ngiri, sini aku suapin pake entong. Hahaha,” ucap Sam. Pengusaha kentaki.

Pipiku bersemu merah. Ah, malu. Rasanya pengin sembunyi di bawah ketek Mas Rojak. Asem, dong, wkwkwk.

Setelah mengambil makanan, kami duduk di kursi bagian belakang yang sudah disediakan panitia.

Tiba-tiba saja saat kami menikmati menu malam ini, dua orang lelaki menghampiri kami. Lalu, salah satu dari mereka bertanya, “Jak, udah lupa sama aku?”

“Maaf, siapa ya?” tanya Mas Rojak.

“Ahaha. Aku Boy, ini Ben, adikku.”

“Astaga!” suamiku terbelalak.

“Biasa aja ya. Eh, ayo adu panco, siapa yang kalah harus membersihkan tempat ini saat acara udah selesai. “

“Oke siap!” Suamiku mengangkat satu jempol tanganku.

Akhirnya, kami tidak jadi makan. Suasana pun jadi riuh. Karena ada pertandingan panco.

“Tunggu ya, Dek. Mas menangin ini buat kamu.”

“Masak sih Mas Rojak?”

“Iya, Dek.”

Mas Rojak menggeser tempat duduk di sampingnya. Dan Boy serta Ben itu duduk di depan Mas Rojak.

“Rojak!”

“Boy.”

“Rojak.”

“Boy”

Teriakan demi teriakan menghiasi acara ini. Aku senang melihat itu, terasa suamiku akan jadi pemenangnya. Tapi nyatanya, salah. Mas Rojak kalah.

“Ahaha. Istri lu kudu jebur kolam!” perintah Boy. Tanpa berpikir panjang, Boy menarik tangaku, lalu ia benar-benar menceburkanku ke kolam. Dingin.

Lalu, Mas Rojak ikut masuk kolam juga.

Semua tertawa pada kami. Namun aku di sini merasa hangat, sebab aku menemukan suami yang kayak Mas Rojak.

***

Dan … bagian di acara resmi kenegaraan yang harus memasang muka tegang, ya … begitulah. Tersenyum memaksa khas tentara, tapi di dalamnya menyimpan hati sengklek. Hahaha.

Namun, hari-hari saat bersama suamiku begitu penuh warna. Ia bisa mengarahkanku jadi orang yang mawas diri.

Benar pepatah dari Tante Maria Teduh, “Pasangan itu membawa dampak positif juga negatif. Tergantung bagaimana sikap serta pembawaanya. Mau dibikin selemas adonan roti? Bisa. Bahkan seancur remehan krupuk mlempem yang dipatok induk ayam pun juga bisa. Maka, carilah jodoh yang menurutmu tepat, agar setiap hari, hatimu berasa lompat-lompat seperti katak berjumlah empat lagi rapat.”

Wacaaaw!

Kamar Mungil Pipin, 30 Mei 2021

Pipin adalah newbie yang suka coret-coret. Berharap tulisannya bisa bermanfaat dan menghibur semua.

Editor : Uzwah Anna

Grub FB KCLK
Halaman FB kami
Pengurilus dan kontributor
Mengirim/menjadi penulis tetap di Loker Kata.

Leave a Reply