Bob Si Ikan Goby yang Galak
Oleh : F. Hazmi
Di sebuah perairan laut yang dangkal, hiduplah seekor ikan goby bernama Bob. Seperti namanya, ikan ini bertubuh kecil. Ia tinggal di sebuah celah di bawah karang berduri. Ia hidup sebatang kara. Kegiatan Bob sehari-hari berenang mengitari karang sambil mencari makan. Biasanya ia akan pulang dan beristirahat di malam hari.
Di tempat Bob tinggal juga ada banyak hewan lain hidup seperti kepiting, ubur-ubur, anemon, udang, bintang laut, dan berbagai jenis ikan dengan warna yang cantik. Meskipun ramai, Bob lebih suka menyendiri. Ia tak menjalin pertemanan dengan hewan mana pun. Bahkan ia akan mengusir ikan yang tubuhnya sama kecil dengannya bila ikan itu mendekat. Meski demikian, Bob tak pernah mengusik siapa pun. Ia tak suka berbuat onar, hanya saja ia juga tak suka diganggu siapa pun.
Seperti hari itu, Bob yang tengah berjalan-jalan mencari makan di sekitar rumahnya tak sengaja bertemu dengan seekor ikan goby kuning. Ikan itu lebih kecil darinya. Bob berpikir, mungkin ikan ini masih lebih muda darinya. Namun, ia tak peduli. Tak boleh ada seekor ikan pun menyusup di wilayahnya.
“Hei, kau siapa? Apa yang kau lakukan di sini? Apa kau tak sadar sudah masuk ke wilayahku?” tanya Bob sinis. Ikan kecil itu pun agak terkejut. Sekejap ia ketakutan. Siripnya bergerak lambat.
“A-aku Fred. A-aku tinggal dekat sini dan hanya sedang jalan-jalan. Tapi sepertinya aku tersesat.” Fred perlahan mundur, sambil terus berharap ikan di hadapannya tak mencelakainya.
“Kalau begitu, lekas pergi dari sini! Sebelum aku berubah pikiran,” hardik Bob.
“Ba-baik. Selamat tinggal.” Ikan itu pun berbalik dari hadapan Bob lalu berenang secepat kilat. Melihat si penyusup kabur, Bob kembali melanjutkan aktivitasnya. Ia kembali berkeliling di sekitar karang mencari alga tanpa sekali pun menyapa hewan-hewan yang berpapasan dengannya. Sayang, makanannya itu tak tampak sedikit pun. Bob semakin kesal. Ia yakin, penyusup itu telah menghabiskan sumber energinya.
***
Matahari mulai terbenam, membuat pemandangan di kawasan perairan itu semakin buram. Meskipun perutnya belum terisi penuh, Bob memutuskan untuk pulang sebelum keadaan benar-benar gelap. Namun, alangkah terkejutnya ia mendapati tempat tinggalnya hancur. Celah itu kini tertutup rapat oleh reruntuhan karang dan pasir.
Bob langsung menggerutu. Beberapa ikan yang kebetulan lewat berhenti sejenak memperhatikannya. Menyadari itu, Bob lantas melemparkan amarahnya kepada mereka. Setelah lelah, ia akhirnya meninggalkan karang yang sudah hancur itu dan hendak mencari tempat tinggal baru.
Keadaan yang gelap membuatnya sedikit kesulitan menemukan tempat tinggal. Tanpa semua itu, Bob tak mungkin bisa beristirahat dengan tenang malam itu. Sebagai ikan kecil, ia sangat mudah menjadi santapan hewan laut lainnya.
Ia kembali menyusuri karang indah yang terbentang di dasar laut. Sayang, celah-celah yang ditemuinya telah berpenghuni. Tuan rumah itu pun tak segan menghardik Bob yang menyelinap tanpa permisi.
“Hei, kau! Carilah tempatmu sendiri.”
“Aduh, di sini sudah sempit. Mana mungkin kau masuk ke sini.”
“Maaf, tempat ini sudah penuh.”
“Pergi dari sini! Atau kuhajar kau!”
Hardikan terakhir itu membuat Bob putus asa. Bob baru menyadari sikap tak acuhnya selama ini merupakan hal yang buruk. Akhirnya, ia meringkuk di sudut karang yang gelap.
Baru saja hendak mengistirahatkan tubuh, lewat di hadapannya seekor udang. Bob tak menggubris kehadiran hewan berangka luar itu. Namun, tak lama sebuah sinyal bahaya dirasakannya. Seekor gurita berukuran sedang tengah merambat di karang. Bob yang menyadari hal itu, langsung menarik udang tersebut dan segera membawanya menjauh. Setelah yakin gurita itu tak mengejar, Bob baru berhenti menyeret udang yang dilanda kebingungan itu.
“Hei ada apa? Mengapa kau menarikku?” tanya udang itu.
“Kau tak lihat seekor gurita tengah mengincarmu?” Bob balik bertanya dengan nada kesal.
“Tidak. Ah iya, kau siapa? Maaf aku tak bisa mengenalimu sebab kami sekeluarga memiliki penglihatan yang buruk,” ujar udang itu.
“Aku Bob, ikan goby. Kau?”
“Aku Alpa, udang pistol. Terima kasih sudah menolongku. Ngomong-ngomong kau tinggal di mana?”
“Tinggal? Ah, aku sudah tak punya rumah. Baru saja hancur entah oleh siapa,” jawab Bob dengan nada lemah.
“Bagaimana kalau kau tinggal di rumahku saja. Memang sih ukurannya kecil, tapi aku bisa memperbesarnya untukmu. Asal—”
“Asal apa?” tanya Bob tak sabar.
“Asal kau mau berjaga saat aku tengah merenovasi. Kalau ada pemangsa datang, kau beri tahu aku lalu kita sembunyi. Bagaimana?” tawar Alpa.
“Baik, aku setuju,” jawab Bob tak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini. Mereka pun bergegas menuju rumah Alpa. Benar saja, rumah udang itu kecil. Bob pun menepati janjinya menjaga Alpa yang tengah merenovasi tempat tinggalnya.
Sejak saat itu, Bob dan Alpa akhirnya bersahabat. Mereka tak hanya berbagi tempat tinggal. Namun, juga berbagi makanan. Bob tak membiarkan Alpa mencari makan sendiri lagi. Ia selalu mengajak udang itu berkeliling bersama dan menjaganya dari hewan lain yang akan memangsa mereka.
Bionarasi.
F. Hazmi adalah seorang perempuan kelahiran medan yang kini berstatus istri sekaligus ibu. Selain menikmati hidup ala ibu rumah tangga, saat ini ia juga sedang merintis ilmu di dunia literasi dengan mengikuti berbagai event menulis.
Editor: Erlyna
Sumber gambar: https://pin.it/6NoEjGY