Ayo, Melihat Pelangi

Ayo, Melihat Pelangi

Ayo, Melihat Pelangi
Oleh : Cokelat

Kalyani tak pernah menyangka bahwa dia bukanlah seorang anak tunggal. “Ani, dengar ya, Nak. Sebenarnya Kalyani mempunyai kembaran. Namanya Kalyana. Kalian dipisahkan saat bayi. Saat itu, Ibu tak punya pilihan lain dan harus menuruti perintah Eyang.” Pengakuan dari Ibu sebulan yang lalu sangat mengejutkan Kalyani.

Ketika Kalyana pertama kali menginjakkan kaki di rumah dan berhadapan dengan Kalyani, mereka seperti bercermin. Kembar identik itu sangat mirip, hanya penampilan yang membedakan mereka berdua. Saat itu Kalyana tampak tak terurus.

Kalyana cepat menyesuaikan diri. Semua orang menyukainya. Kalyani sebenarnya merasa sedikit cemburu dengan keberadaan Kalyana, tapi dia berusaha menyembunyikannya. Semua yang selama ini dimilikinya sendiri, kini harus berbagi dengan kembarannya itu.

Kalyani harus berbagi kamar dengan Kalyana. Kata Ibu, biar mereka bisa cepat akrab. Begitu pula dengan pakaian dan barang-barang lainnya. Dan yang paling menyakitkan dari semuanya adalah, berbagi kasih sayang Ayah dan Ibu. Jika selama ini semua limpahan perhatian hanya untuknya seorang, maka mulai sekarang Kalyani harus mengalah dan menahan diri. Ada Kalyana yang juga anak Ayah dan Ibu. Anak yang “dibuang” selama lima belas tahun. Tentu saja, Ayah dan Ibu ingin menebus kesalahan mereka selama ini.

Kalyani selalu berusaha bersikap baik walaupun kadang dalam hatinya ada perasaan sakit. Semuanya terasa begitu tiba-tiba, dan itu tidak mudah baginya. Kadang dia merasa begitu membeci Kalyana, tapi kadang dia juga menyayangi gadis yang pernah berbagi rahim dengannya itu.

Kalyani sudah memutuskan, dia akan menunggu waktu yang tepat untuk meminta kamar yang terpisah dengan Kalyana. Begitu juga dengan barang-barang mereka, sedikit demi sedikit Kalyana sudah punya barang sendiri. Hanya perhatian Ayah dan Ibu yang sepertinya memang harus dibagi. Atau adakah cara lain agar mereka tak perlu berbagi kasih sayang? Kalyani merasa sangat tertekan.

Walaupun terpisah selama belasan tahun, ada satu hal yang sama dari Kalyana dan Kalyani, mereka sama-sama sangat menyukai pelangi. Setiap selesai turun hujan, mereka akan menyempatkan diri menengok keluar, memandang pelangi. Tak jarang, mereka bernyanyi saat menikmati keindahan cahaya warna-warni itu.

Pelangi-pelangi alangkah indahmu
Merah kuning hijau di langit yang biru

Ayah dan Ibu awalnya heran dengan hal itu. Ternyata, walau terpisah masih ada hal yang mengikat kedua anak mereka: pelangi. Mungkin ini yang disebut ikatan batin di antara anak kembar.

Siang ini, Ibu, Kalyani dan Kalyana akan menjemput Ayah di kantornya. Mereka berencana untuk makan siang bersama. Hujan baru saja reda saat mereka tiba. Sayangnya, Ayah masih rapat. Untuk mengusir kebosanan saat menunggu, Kalyani mengajak Kalyana melihat pelangi dari rooftop gedung kantor Ayah.

“Ana, ikut aku. Ayo, melihat pelangi,” ujar Kalyani sambil menarik tangan saudara kembarnya.

Pemandangan dari atas gedung berlantai dua belas sangat menakjubkan bagi Kalyana. Dia tak pernah berada di tempat setinggi itu sebelumnya. Selama ini, Kalyana dibesarkan di kampung yang jauh dari keramaian. Jangankan gedung berlantai dua belas, yang berlantai tiga pun tak pernah ia lihat.

Karena baru selesai hujan, pelangi tampak sangat cantik.

Pelukismu agung siapa gerangan
Pelangi pelangi ciptaan Tuhan

Ketika Kalyana sedang bernyanyi sambil memandang pelangi, Kalyani mendekat. Mereka berdiri di samping pagar rooftop, berhadapan.

Tiba-tiba Kalyana merasa bahunya didorong. Dia tersandar ke pagar setinggi perutnya. Kalyana memutar tubuh menghadap pagar lalu memandang ke bawah, dia merasa pusing.

“Ani …. Apa-apaan kamu?” Kalyana mendadak merasa ngeri dan akan membuka mulut untuk berteriak.

Kalyani dengan cepat membekap mulut Kalyana dari belakang dan berusaha mengangkat tubuh kembarannya itu ke atas pagar. Kalyana memberontak. Mereka berdua jatuh ke lantai rooftop.

Keduanya segera bangkit, dan Kalyani kembali mendorong Kalyana ke arah pagar rooftop. Satu hal yang tak diketahui Kalyani, kehidupan keras yang dialami Kalyana di kampung membuatnya tumbuh menjadi gadis yang tangguh dan kuat. Kalyana menarik tangan Kalyani, lalu mendorong tubuhnya ke pagar. Keadaan berbalik, kini Kalyani-lah yang terdesak.

Sayangnya, pagar rooftop itu ternyata rapuh, dan tak kuat menahan beban tubuh kedua anak kembar yang saling dorong sejak tadi. Saat Kalyana membalas mendorong Kalyani untuk yang kesekian kalinya, pagar itu tiba-tiba roboh.

Kalyani jatuh dari lantai dua belas dengan teriakan memilukan. Tubuhnya mendarat di aspal dengan kepala pecah, tangan dan kakinya patah. Di rooftop Kalyana hanya bisa berteriak histeris. Sungguh, dia tak bermaksud seperti ini. Dia hanya membela diri.

Kalyana berurai air mata. Sekarang apa yang harus dia lakukan? Apakah Ayah dan Ibu akan percaya pada ceritanya? Mereka baru sebulan mengenalnya. Kalyana benar-benar frustrasi.

Dia segera berlari sambil berteriak-teriak menangis menuju ruangan Ayah, tempat Ibu menunggu mereka. Pikirannya berkecamuk.

Kalyana berpapasan dengan Ayah dan Ibu yang baru saja keluar dari ruangan. Mereka berdua keheranan melihat Kalyana.

“Ana? Atau Ani? Mana saudaramu? Kenapa kamu terlihat berantakan begitu, Nak?” Ibu mengernyit. Perempuan cantik itu tak bisa membedakan kedua anaknya. Yah, semua yang mereka kenakan hari ini memang sama persis: pakaian, sepatu bahkan ikat rambut, wajar saja Ibu bingung.

“Ayah … Ibu … maafkan aku. Tapi, pagar itu sangat rapuh. Ana … Kalyana terjatuh ke bawah.”(*)

Kamar Cokelat, 15 April 2021

Cokelat, jatuh cinta pada cokelat dan semua turunannya.

Editor : Uzwah Anna

Grup FB KCLK
Halaman FB Kami
Pengurus dan kontributor
Mengirim/Menjadi penulis tetap di Loker Kata

Leave a Reply