Audisi PB Djarum Dihentikan. Anugerah atau Musibah
Oleh : Erlyna
Sebuah hubungan yang telah terjalin bertahun-tahun, haruskah berakhir hanya karena larangan salah satu pihak?
Bagi para pecinta bulu tangkis, pasti tidak asing dengan salah satu sponsor utama yang sudah bertahun-tahun menyaring tunas-tunas muda berbakat di dunia bulu tangkis. Ya, PB Djarum.
By the way, PB Djarum sendiri merupakan salah satu dari kegiatan Corporate Social Responbility (CSR) PT Djarum melalui Djarum Foundation. Mengusung tema Bakti Pada Negeri, PB Djarum dibentuk untuk menyaring tunas-tunas bulu tangkis berbakat antara usia 11-13 tahun.
Lalu, mengapa aktivitas ini ujug-ujug dihentikan? Apa alasannya?
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Yohanna Yambise mengatakan, anak-anak dilarang keras dijadikan alat untuk kepentingan bisnis. Bahkan beliau tetap melarang meski brand Djarum dihapus sekalipun.
“Tetap melanggar peraturan undang-undang yang berlaku, Undang-Undang Perlindungan Anak, termasuk Undang-Undang Kesehatan. Ada dua undang-undang di balik ini dan mereka harus tunduk terhadap undang-undang yang berlaku. Jangan sampai memperalat anak-anak untuk kepentingan bisnis mereka,” kata Yohanna tegas.
“Apa pun jenisnya, sponsor rokok dilarang mengadakan event untuk anak-anak!” tegas Yohanna lagi.
Pernyataan tersebut, mau tidak mau memunculkan satu pertanyaan besar yang mewakili semuanya. Kenapa baru sekarang?
Sedikit tidak masuk akal jika audisi PB Djarum dinyatakan sebagai salah satu alasan bisnis dengan mengorbankan anak-anak. Apakah anak-anak yang direkrut dituntut untuk latihan terus menerus? Tidak mendapatkan kehidupan yang layak? Tentu saja tidak. Anak-anak yang lolos audisi PB Djarum akan dilatih oleh pelatih profesional, dibimbing untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya di bidang bulu tangkis. Selain itu, dari segi materi mereka juga mendapat tempat yang layak dan kebutuhan yang terpenuhi. Apakah hal itu yang disebut sebagai memanfaatkan anak-anak untuk kepentingan bisnis?
Lalu, bagaimana nasib dunia bulu tangkis Indonesia selanjutnya? Akankah bulu tangkis Indonesia yang semula terang seketika akan menjadi suram dan gelap karena kehilangan sponsor terbesarnya?
Melihat begitu loyalnya PT Djarum yang membantu bangkitnya dunia bulu tangkis Indonesia selama bertahun-tahun, pasti akan sangat sulit bagi pemerintah untuk mencari penggantinya. Bukan apa-apa. Saat ini, generasi kedua pemilik PT Djarum yaitu Robert Budi Hartono & Michael Hartono didaulat sebagai orang terkaya di Indonesia. Harta kekayaannya mencapai US$ 32 miliar atau Rp 432.960 trilun. Berdasarkan angka-angka itu, akankah pemerintah Indonesia menyerah begitu saja? Ibarat sepasang kekasih yang telah menjalin hubungan selama bertahun-tahun, akankah hubungan keduanya– PT Djarum dan Pemerintah Indonesia– putus begitu saja lantaran larangan dari pihak lain?
Biarkan waktu yang menjawabnya.
Akan tetapi, tahukah kalian? Salah satu dari dua bersaudara pewaris PT Djarum, yaitu Robert Budi Hartono merupakan seorang penggemar bulu tangkis?
Berdasar pada hal ini, kemungkinan besar PT Djarum tidak akan meninggalkan dunia bulu tangkis Indonesia begitu saja. Bisa saja pihak PT Djarum hanya pamit, menciptakan jeda sejenak untuk menenangkan diri. Pamit bukan berarti benar-benar pergi, bukan?
Lalu, bagaimana hal ini jika dilihat dari kacamata anak-anak? Akankah anak-anak berbakat merasa dirugikan?
Tidak bisa dimungkiri, hilangnya salah satu wadah terbesar, terutama mereka yang menyukai olahraga bulu tangkis, pastilah menjadikan pertumbuhan untuk berkembang lebih maju akan terhambat.
Mereka– para anak-anak– setidaknya akan kehilangan kesempatan yang bisa jadi tidak akan datang lagi.
Semoga permasalahan ini segera menemukan jalan keluar, tanpa harus mengorbankan bakat-bakat yang terpendam pada para penerus bangsa.
Purworejo, 12 September 2019
Erlyna, perempuan sederhana yang menyukai dunia anak-anak. Suka menulis dan menyaksikana anak-anak menciptakan keajaiban.
Grup FB KCLK
Halaman FB Kami
Pengurus dan kontributor
Mengirim/Menjadi penulis tetap di Loker Kata