Arjun Dan Rosa

Arjun Dan Rosa

Judul : Arjun dan Rosa
Oleh : Rachmawati Ash_
Arjun memakir motornya di Parkiran Sekolah. Langkahnya terburu-buru, sambil bersiul menuju ke kelas 3 IPS 1. Setiap pagi adalah ritual wajib baginya untuk mengucapkan selamat pagi kepada bidadarinya yang jelita. Arjun menyembulkan kepalanya dari luar jendela. Rosa sedang berbincang dengan teman-temannya di kelas.


“Selamat pagi Sayang,”


senyumnya merekah, memperlihatkan gigi gingsulnya yang begitu manis. Rosa tersenyum malu. Teman-temannya yang lain pun ikut tersenyum dan beberapa diantara mereka melemparkan gulungan kertas ke wajah Rosa.


“Noh, pangeran berkudamu sudah datang di jendela” salah satu gadis menunjuk ke arah Arjun yang nyengir tanpa memperlihatkan tubuhnya.


Arjun tak memiliki panggilan lain untuk kekasihnya yang begitu manis dan lembut. Sayang, adalah panggilan yang dipakai Arjun untuk menyapa kekasihnya setelah cintanya resmi diterima oleh Rosa. Arjun tak tahu makna ‘Sayang’ yang selalu digunakannya untuk menyapa Rosa. Arjun hanya tahu bahwa panggilan itu terdengar menyejukkan. Arjun hanya ingin seperti Mama, yang selalu memanggilnya dengan sapaan ‘Sayang’ dan menujukkan cinta kasih.


Ritual paginya telah selesai. Arjun hanya melambaikan tangan kepada Rosa sebelum berlari menyusul sahabat-sahabatnya ke kelas 3 IPA 3. Bagi Arjun, ritual pagi wajib dilakukannya untuk memberikan semangat kepada Rosa sebelum belajar. Arjun berbeda kelas dengan Rosa, tetapi sebisa mungkin akan diusahakan untuk mengucapkan selamat pagi untuk kekasihnya. Hanya itu yang bisa dilakukannya untuk membuat Rosa yakin dengan cintanya. Arjun tidak akan melakukan hal aneh lainnya, seperti yang dilakukan anak laki-laki lain di sekolah kepada kekasihnya.
**
Arjun duduk membolak-balik Ensiklopedia di Perpustakaan Sekolahnya. Tugas meringkas anatomi tubuh manusia dari Pak Abram harus segera dikumpulkan satu jam lagi. Wajahnya Nampak serius. Angga datang tergopoh-gopoh, memanggil nama Arjun berkali-kali. Napasnya ngos-ngosan, telunjuknya menunjuk-nunjuk keluar perpustakaan.


“Ada apa, Angga?” Arjun berdiri, kakinya berjinjit dan kedua matanya memandang mengikuti telunjuk Angga. Arjun mengelus pundak Angga yang sedang berusaha mengatur nafasnya.


“Rosa, Rosa, dia menangis di lapangan sekolah.” Suara Angga diantara napasnya yang masih belum terkontrol dengan benar. Arjun segera memakai sepatunya, berlari ke arah lapangan Sekolah.
**
Kerumunan anak-anak dari bergabai kelas dan jurusan sudah memenuhi lapangan Sekolah. Arjun berusaha menerobos barikade yang begitu tebal. Tubuhnya yang tinggi meliuk-liuk mencari celah untuk segera menemukan kekasihnya.
Arjun mendapati Rosa berbaris dengan anak-anak perempuan lain di Lapangan. Wajahnya yang putih terlihat merah karena beberapa kali diusap dengan tisyu. Hidungnya kembang kempis menahan tangisnya. Arjun menahan langkahnya, dadanya bergemuruh ingin menarik Rosa dari barisan dan membawanya ke kantin atau ke dalam kelasnya. Arjun tidak bisa melihat kekasihnya menangis.


Arjun melihat beberapa anak OSIS membagikan lembaran kertas. Anak-anak perempuan yang berdiri di barisan menerima dan menuliskan sesuatu di atas kertas itu. Arjun ingin mendekat dan bertanya, detik yang sama suara Pak Johan bergema di lapangan.


“Tulis nama kalian dan isi surat perjanjian itu dengan sungguh-sungguh. Jika tidak kalian akan dipindahkan dari sekolah ini.” Suara Pak John terdengar serius dan mengancam. Kalimat Pak John terdengar menyakitkan di hati Arjun.


Arjun maju dua langkah, wajahnya terlihat penuh amarah. Rasa ingin tahunya meledak-ledak di dalam dadanya. Apa yang terjadi dengan Rosa sampai dia harus mengisi surat perjanjian dan mendapat ancaman akan dikeluarkan dari Sekolah. Ya, dipindahkan adalah kata lain dari dikeluarkan. Hanya lebih diperhalus saja oleh Waka Kesiswaan di Sekolah mereka.
Angga menahan Arjun, tangan kanannya dipegang dengan kuat oleh Angga.


“Jangan ke sana, Rosa bisa terkena masalah yang lebih banyak lagi, Jun.” Angga menahan tangan kanan Arjun.


“Apa-apaan ini, kenapa Rosa harus mengisi kertas itu, apa isinya?” Arjun menatap wajah Angga dengan murka. Angga tertunduk karena takut sahabatnya terlihat sangat menakutkan. Angga tahu Arjun adalah anak yang suka berkelahi jika tidak bisa mengontrol emosinya itu.
**
Arjun mempercepat langkah, berusaha menyamakan langkahnya dengan langkah Rosa yang berada di depannya.


“Sayang, tunggu, kenapa, sih, kamu menghindari aku terus?” Arjun mengejar langkah Rosa yang semakin cepat. Arjun masih berusaha membuat Rosa berbicara dan menjelaskan kepadanya, kenapa beberapa pagi tidak bisa ditemui di kelas untuk mendapakan ucapan selamat pagi darinya.


Rosa semakin mempercepat langkah. Air matanya menetes membasahi pipinya yang putih merona. Arjun semakin tercabik-cabik hatinya melihat air mata Rosa. Arjun terus memaksa Rosa untuk memberitahukannya tentang kesalahan apa yang sudah dilakukan Rosa di sekolah. Arjun ingin membantunya menyelesaikan masalah.


“Sayang, dengar, kalau kamu sampai dikeluarkan dari sekolah, aku ikut keluar!” Arjun memengang erat tangan kiri Rosa. Tangis Rosa semakin menjadi-jadi, Arjun semakin tidak tega melihatnya.


“Ada apa? Bilang apa yang harus aku lakukan supaya kamu berhenti menangis?” Arjun mengusap air mata Rosa yang mengalir semakin deras.


“Rima memberitahukan kepada pak John kalau kita sering pacaran di kelas, aku diminta pak John untuk mengisi surat perjanjian bahwa aku tidak akan berpacaran selama masih sekolah di sini, jika tidak aku akan dipindahkan ke sekolah lain sebagai siswi buangan.” Rosa menahan isak tangisnya. Dadanya naik turun, membuat Arjun tidak bisa menahan diri untuk memeluknya.


“Rima, anak itu masih belum bisa terima kalau aku menolak cintanya.” Arjun melepaskan pelukannya. Matanya mengawasi sekitar. Memastikan Rima tidak berada disekitar mereka dan merekam kejadian sore itu. Arjun tahu betul Rima adalah gadis yang bisa melakukan apa saja untuk memenuhi keinginannya.


“Kita akan bertemu setiap pulang sekolah, aku akan menunggumu di ujung jalan dan mengucapkan selamat siang untukmu, deal?” Arjun membungkukkan tubuhnya, menatap wajah Rosa yang mulai reda dari tangisnya. Mereka tersenyum dan berpisah di ujung jalan menuju ke rumahnya masing-masing.

 

Rachmawati Ash. Wanita Scorpio yang tidak mau berhenti belajar apapun yang berhubungan dengan Literasi dan Sastra.

Leave a Reply