Anoreksia
Oleh : Niluh Santi
Kau menghabiskan chicken steak original, semangkuk salad, dan sepiring kentang goreng dengan begitu nikmat, sambil sesekali menimpali pembicaraan teman-temanmu tentang artis Korea yang sedang menjadi idola.
Kau pun menjadi idola di antara teman-temanmu; bentuk tubuh yang tidak akan berubah dari M ke XL meski kau makan semua makanan yang tersaji, wajah tirus dengan mata bulat, sungguh suatu kombinasi yang membuat banyak perempuan merasa iri. Tidak hanya para perempuan yang mengidolakanmu, tetapi juga kaum laki-laki.
Tidak jarang teman-teman perempuanmu meminta tip diet dan menanyakan di mana kau biasa berolahraga—mereka berharap bisa memiliki tubuh sepertimu. Kau hanya menjawab, “Aku enggak pernah diet ataupun olahraga. Tubuhku seperti ini sejak dulu.” Ada sedikit nada sombong pada suaramu, sehingga beberapa teman mulai menjauhimu.
Hanya segelintir teman yang masih berada di sampingmu. Mereka adalah teman yang merasakan ada hal aneh dalam perilakumu. Beberapa kali mereka melihat kau sering memuntahkan makanan. Pernah mereka menanyakan hal itu, tapi kau hanya menjawab jika ada beberapa makanan yang tidak cocok dengan perutmu. Mereka tidak langsung percaya begitu saja dengan pengakuanmu, karena hal itu berbanding terbalik dengan kondisi tubuhmu yang semakin hari semakin lemas dan pucat.
Hingga suatu hari, kau terjatuh di kamar mandi setelah selesai memuntahkan semua makanan yang baru saja masuk ke perutmu. Beberapa teman membawamu ke rumah sakit. Menurut keterangan yang didapat, kau lemas karena jumlah kalori yang kau makan sangat sedikit, tidak sesuai dengan kebutuhan tubuhmu.
Bahkan dokter bisa memastikan kau terkena anoreksi vervosa setelah mendengar beberapa keterangan dari sahabat-sahabatmu yang mengatakan jika kau sering memuntahkan makanan, dan kau terlihat jarang sekali makan dan selalu berkaca untuk mengamati bentuk tubuhmu. Tak lupa kau mengukur lingkar badan dan menimbang berkali-kali. Bahkan, di rumah kau memiliki lebih dari dua alat timbangan.
Anoreksi vervosa adalah gangguan makan yang ditandai dengan rasa takut berlebihan bila berat badan bertambah atau terobsesi memiliki tubuh indah.
Ya, kau sering secara diam-diam di dalam kamarmu yang gelap selalu melihat sebuah foto masa SMP-mu. Di sana terlihat seorang gadis bertubuh sintal dan memiliki banyak jerawat. Tepat di atas foto itu tertulis dengan huruf besar, “Stop panggil aku Babi, Gendut, Raksasa, dan si Burik!”
Kau pernah menjadi korban perundungan oleh teman-temanmu saat SMP, tidak hanya dalam bentuk kata, tapi juga perilaku mereka, sehingga kau terpaksa pindah sekolah dan memulai kebiasaan memuntahkan semua makanan dengan cara memasukkan telunjukmu ke tenggorokan. Beberapa kali kau terlihat menahan rasa sakit pada perutmu, tapi ada binar bahagia yang terlukis di wajahmu setelah melakukan hal itu.
Bagimu, perempuan cantik adalah mereka yang memiliki tubuh langsing dan wajah tirus. Trauma yang kau alami akibat perundungan masih membekas. Setiap malam kau selalu mengucapkan sebuah kata yang terdengar seperti merapal mantra, “Perempuan cantik harus kurus.”
Teman-teman mulai mendekati untuk menolongmu dari trauma sampai kau kembali pulih. (*)
Salatiga, 22 Mei 2021
Niluh Santi, perempuan yang menyukai secangkir kopi pahit dan pencinta dunia anak-anak.
Editor : Rinanda Tesniana
Grup FB KCLK
Halaman FB Kami
Pengurus dan kontributor
Mengirim/Menjadi penulis tetap di Loker Kata