Alasan Tuhan
Oleh : Andi Nur Vira Dela
Seorang siswi sudah ada di perpustakaan ini sejak sejam yang lalu, berdiam diri bersama setumpuk buku. Daya tarik kursi padanya terlihat sangat kuat, ditambah lagi dengan kecintaannya pada buku-buku yang ada di depannya kini. Semenjak kecelakaan lima tahun lalu yang menimpa keluarganya, gadis yang dulunya riang dan wajahnya sentiasa berseri, kini berubah menjadi sosok penyendiri. Ia lebih senang bercengkerama dengan buku-buku ketimbang dengan orang sekitar.
Terlihat gadis itu tengah melamunkan sesuatu. Karena pandangannya sedari tadi tampak kosong, meski sudah ada sebuah buku terbuka lebar di depannya saat ini. Seketika ingatannya kembali ke kejadian tragis itu, seperti sebuah kaset rusak yang terhenti pada satu bagian saja.
***
“Amel mohon jangan tinggalin aku sendirian, Ma. Tadi kakak baru aja pergi. Masa Mama juga harus pergi, nanti Amel sama siapa di sini?” mohon seorang gadis kecil pada wanita paruh baya yang tertutupi kain putih di depannya itu.
“Kalau Mama pergi. Aku cerita sama siapa kalo ada temen yang jahilin aku di sekolah?” ucapnya kembali dengan linangan air mata.
Namun, seberapa keras ia memohon, hasilnya tetap sama saja. Tak ada jawaban. Di ruangan itu hanya terdengar suara detak jam dinding, selain tangis ratapannya kini. Dirinya bertemankan sepi bersama dengan embusan angin malam.
Kini ia hanya bisa menatap sedih jasad ibunda tercinta di atas ranjang. Tak ada lagi senyum teduh yang terpancar dari wajah keriput itu. Tangan hangat yang senantiasa memeluk di kala sedih, kini sudah terasa sedingin es.
***
Amel memejamkan kedua matanya. Air mata itu turun tanpa ia sadari, mengalir membasahi pipi. Kemudian mendarat pada lebaran buku yang tengah ia baca kini.
Entah sudah berapa lama waktu yang ia habiskan untuk memikirkan kenangan lama itu. Sampai ia tak menyadari kehadiran secarik kertas tergulung di atas mejanya. Karena didorong rasa keingintahuan teramat sangat, diraihnya kertas itu. Setelah dibuka ternyata ada sebuah pesan singkat, kira-kira isi pesannya seperti ini: Kamu jangan kebanyakan nangis, nanti cantiknya hilang, loh. Lengkap dengan emoji orang tersenyum bersanding bersama tulisan indah itu.
Ia tak tahu siapa pengirimnya. Karena selama ini ia merasa tak pernah mempunyai seorang teman dan lebih memilih menghindari mereka. Seperti sekarang, hanya buku dan ruangan berjejalan rak sebagai teman. Kerutan di dahinya semakin keras, ia berusaha memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi. Tapi ia rasa kemungkinan itu kecil.
Tanpa ia sadari, ada sepasang mata mencuri pandang di seberang mejanya. Pemuda itu tersenyum tipis, melihat raut kebingungan di wajah gadis yang akhir-akhir ini menarik perhatiannya. Gadis itu tengah mengedarkan pandangan ke sekeliling, mencari siapa gerangan pengirim pesan misterius itu.
Melihat pergerakan Amel, pemuda tersebut lantas berusaha menormalkan ekspresi. Buku di depannya menjadi alibi kali ini, berpura-pura membaca tapi mata tak fokus pada benda itu. Ketika dirasanya keadaan sudah aman untuk melarikan diri, barulah ia bergegas pergi dari sana, setelah mengembalikan buku tadi ke tempat semula.
Andi Nur Vira Dela dengan nama pena Puuus. Aku lahir di Makassar, 14 April 1999. Sekarang berdomisili di Kota Makassar. Genre yang aku suka itu romance dan teenfic. Penyuka segala hal yang berbau K-Pop. Bagi yang mau berkenalan lebih dekat dengan aku, bisa buka akun Instagram @delayndi, bisa juga membaca karya-karyaku di akun Wattpad @Puuus. Terima kasih dan semangat berliterasi bagi kita semua.
Grup FB KCLK
Halaman FB Kami
Pengurus dan kontributor
Mengirim/Menjadi penulis tetap di Loker Kata