Aku Penasaran, Kamu Kuliah Jurusan Apa?
Oleh : Imas Hanifah N.
(Tulisan ini untuk seseorang bernama Nand. Semoga seterjal apa pun aral yang menghadang, setiap dari kita tetap tegar dalam usaha mewujudkan angan.)
Mungkin, setiap kalimat yang kutuliskan ini akan terbaca sebagai sesuatu yang membuat kamu dan aku tertawa suatu hari nanti. Tertawa sambil minum kopi atau cokelat panas di sebuah kafe. Atau, kalau kita merasa kafe adalah tempat yang mahal, mungkin kita bisa berbincang di warung bakso yang masih promo, haha. Ya, mungkin saja. Mungkin juga tidak.
Aku akan mendengarkan bagaimana tanggapanmu ketika selesai membaca tulisan ini. Aku akan memperhatikan bagaimana ekspresimu. Mungkin, kamu akan merasa malu mengingat namamu ada di tulisan ini. Iya, kan? Atau justru merasa tersanjung. Tersipu, pipimu jadi merah, lalu kamu lari ke hutan kemudian ke pantai. (Ini cuplikan puisi AADC)
Begini, Nand. Aku selalu memikirkan tentang betapa hebatnya dirimu. Tentang betapa gigihnya kamu mengejar apa yang ingin kamu dapatkan. Dan aku merasa selalu malu ketika melihat bagaimana dirimu terlihat keren dan aku masih begini-begini saja.
“Lihatlah, kamu adalah sosok terbaik dari dirimu. Meskipun tidak cantik-cantik amat, kamu cukup punya kemampuan. Kamu bisa menulis beberapa cerita,” kata aku yang lain. Di depan cermin.
Beberapa orang mungkin melakukan hal seperti itu ketika merasa kerdil. Kamu jangan lakukan, ya. Itu agak konyol.
Oh iya, bagaimana kemampuan menyanyimu? Terakhir kali, kamu cukup baik menyanyikan lagu jadul itu. Oke, bagaimana kalau kita sebut saja lagu klasik. Supaya kamu tidak terlihat seperti anak muda yang kurang milenial (ini penghinaan yang halus).
Mungkin, kita bisa duet lagu suatu hari. Kamu dengan keyboard-mu dan aku dengan suara yang pas-pasan ini. Bagaimana dengan lagu Dewa 19? Atau Koes Ploes. Oh, ayolah, bagaimana dengan lagu Blackpink? Do do do! Wkwkw.
Kamu tahu, Nand? Ada beberapa fakta yang lucu. Hal yang disebut kebetulan bagi kebanyakan orang. Hanya saja, aku bukan orang yang percaya pada kebetulan. Kamu tahu? Kamu selalu datang di saat aku punya sebuah masalah atau kesedihan. Ini terjadi beberapa kali. Tidak selalu, sih. Namun cukup sering. Kamu mengirim pesan, apa saja, dan aku tiba-tiba akan menceritakan apa saja. Kadang tidak nyambung dengan pesan sebelumnya. Seaneh itu.
Nand, aku pernah berpikir keras tentang bagaimana cara orang-orang memandang orang lain. Bagaimana mereka semua menilai manusia lain. Dan bagaimana serta apa yang mungkin terpikirkan oleh dirimu tentang diriku. Apa aku aneh? Ya, tepat sekali.
Atau kamu punya pemikiran lain?
Aku punya banyak pertanyaan yang akan sangat berlebihan jika ditanyakan padamu. Ada banyak cerita yang ingin kuceritakan, tapi aku merasa itu juga akan terlau berlebihan jika diceritakan sekarang. Mungkin, bisa jadi, pesan instan yang kukirim akan sangat penuh dan jika dicetak, bisa berlembar-lembar. Dan inti dari semua itu, hanya satu. Aku ingin kamu tahu banyak tentang diriku.
Kamu mungkin nantinya akan mual karena sudah terlalu kenyang dengan banyak cerita dariku. Dan kamu akan merasa enggan membalas semua pesan itu. Jadi, aku akan hanya bertanya, apa kabar? Hanya akan bertanya itu saja.
Kamu selalu berkata, bahwa sebagai teman, kita harus saling mengingatkan. Jadi, mari berteman selamanya. Selama-lama-lama-lamanya. Sampai waktu yang tak bisa ditentukan. Sampai suatu hari kita membicarakan hal-hal yang telah lewat dengan gigi ompong. Hahaha.
Begitulah, Nand. Barangkali aku memang seorang pemimpi yang banyak bicara. Lewat tulisan. Barangkali aku adalah seorang pemimpi yang dengan tidak tahu dirinya, senang mengganggumu dengan gurauan dan ocehan tak jelas. Dan lucunya lagi, kamu selalu mau menerimanya. Terima kasih, ya.
Oh iya, Nand. Seseorang bertanya padaku tentang kira-kira, aku punya seseorang yang dikagumi atau tidak, aku jawab ya, aku punya. Aku punya banyak. Dan beberapa orang adalah orang-orang yang gigih meraih pendidikan yang bagus. Dan seseorang itu bertanya lagi, siapa salah satunya? Aku jawab, namanya Nand. Dia tanya lagi, Nand kuliah jurusan apa? Dan aku bilang padanya, tidak tahu. Aku tidak pernah bertanya padamu sebelumnya. Iya, kan?
Aku penasaran kamu kuliah jurusan apa. Dan itu berarti aku tak tahu apa-apa. Benar, Nand. Aku tidak pernah merasa cukup mengenalmu. Meskipun bertahun-tahun, kita sering kali mengobrol, tapi tetap saja. Aku tidak tahu apa-apa tentangmu.
Selalu merasa tidak tahu apa-apa.
Jadi, suatu saat, kapan saja. Mari bicara lebih panjang. Ceritakan semua hal tentangmu. Jadilah seseorang yang cerewet. Dan aku akan jadi pendengar yang baik. Diam dan hanya menanggapi sesekali. Tertawa jika ceritamu lucu, ikut sedih jika ceritamu menyakitkan, terharu jika kisahmu menyentuh, dan sesekali jadi perempuan sok tahu yang sok perhatian menyuruh ini-itu. Padahal tidak berhak. Tapi, aku mau jadi orang yang seperti itu. Titik.
Tasikmalaya, 2020
Imas Hanifah Nurhasanah. Penyuka kelinci, kucing, dan jus alpukat. Kenal lebih dekat dengannya, di instagram: @hanifah_bidam atau akun facebooknya: Imas Hanifah N.
Grup FB KCLK
Halaman FB Kami
Pengurus dan kontributor
Mengirim/Menjadi penulis tetap di Loker Kata