Airin

Airin

Airin

Oleh: Ochi R. Sarini

 

Seorang remaja sekolah menengah atas, duduk di pinggir jalan raya, dekat gerbang sekolah. Ia tengah serius menatap lalu-lalang kendaraan sembari menunggu jemputan. 

 

“Eh, ada Anak Mami, nih,” ujar Rara.

 

Airin, gadis yang sedang duduk itu, hanya menoleh pada Rara sebentar, lalu kembali menatap jalanan sibuk. 

 

“Eh, Anak Mami! Kamu tuh gak usah sok pinter, deh kalau di depan guru!” seru Rara. Lagi-lagi, Airin hanya menoleh sebentar lalu tersenyum. 

 

“Gak usah so cool di depan aku, ya!” Rara kembali berseru, ketidaksukaannya pada Airin bertambah sekarang. Lagi, Airin hanya melempar senyuman. 

 

Airin tahu, jika ia menjawab, pasti Rara akan semakin gencar memakinya. Rara kesal karena tak mendapat respon terbaik dari Airin. Ia mendekat, lalu mencengkeram kuat-kuat lengan Airin.

 

Airin seakan tak merasakan cengkeraman Rara. Ia masih saja membuang tatapan ke jalanan. Jejak kuku-kuku Rara tercetak jelas di kulit tangan Airin. 

 

“Airin, ayo pulang,” suara seseorang.

 

Rupanya, jemputan Airin sudah datang. Ia melepaskan cengkeraman Rara dengan lembut.

 

“Aku duluan, ya!” Airin berjalan santai menjauhi Rara.

 

***

 

Keesokan harinya, Rara kembali mengganggu Airin. Namun, ia tak sendiri. Beberapa teman dikumpulkan Rara untuk melabrak Airin. 

 

Mereka membawa Airin ke gudang sekolah. Ruangan itu cukup sepi karena seluruh siswa sudah pulang. 

 

“Kamu rasain sekarang, ini akibat dari sikap kamu yang sok banget!” teriak Rara.

 

Rara dan teman-temannya mengikat Airin di sebuah kursi. Mereka menampar bahkan memotong rambut panjang Airin. 

 

Airin menangis. Beberapa kali meminta maaf dan ampun, tetapi tak dihiraukan Rara.

 

“Biar kamu kapok. Aku udah sering peringatin kamu untuk tidak cari perhatian guru dan jangan dekati Rendy karena dia punya aku.” Rara memegang dagu Airin. Ia menatap mata yang tengah mengiba itu.

 

Suara tawa, nyaring terdengar dari Rara dan teman-temannya setelah puas menjahili Airin. Setelah itu, mereka membiarkan Airin pulang dalam keadaan kacau.

 

***  

 

Hari berikutnya, Airin membawa bekal rendang yang begitu lezat. Ia terlihat santai, meski perlakuan Rara dan teman-temannya sungguh keji beberapa hari lalu. Sudah hampir seminggu ini Rara tak terlihat batang hidungnya.

 

“Eh, kalian pada lihat Rara, gak? Kemarin orang tuanya nyari, katanya dia gak pulang-pulang udah beberapa hari ini.” Bianca bertanya kepada teman-temannya.

 

Airin masih diam. Ia begitu santai menikmati rendang yang dibawanya. Tak peduli pada lima orang yang sedang sibuk membicarakan Rara.

 

“Aku gak tahu, Bi. Terakhir ketemu Rara pas hari itu, waktu kita ngerjain si cupu, Airin.” Salah satu temannya nyeletuk. Ia mengalihkan pandangan sinis pada Airin yang duduk di kursi pojok kanan paling belakang.

 

“Iya, sama,” ujar yang lainnya. 

 

Setelah itu, kelima teman Rara meninggalkan Airin karena riuh suara para penghuni sekolah.

 

“Rara!” pekik seseorang. Ia terdengar begitu terpukul. Disusul suara kelima orang yang baru saja meninggalkan Airin.

 

Airin masih santai dengan bekalnya. 

 

“Rin, gimana rasanya? Enak, gak?” Rendy menghampiri Airin dengan mata berbinar.

 

“Gila, kamu! Parah-parah! Ini enak banget, Ren. Dagingnya lembut, bumbunya pas!” ujar Airin antusias.

 

Rendy duduk di samping Airin. Ia membuka kotak bekalnya. Rendang yang sama.

 

“Iya, Rin. Ini enak banget. Gak sia-sia kita kencan sama Rara malam itu.” Rendy terbahak.

 

Airin ikut menyeringai. “Siapa yang kuat, dia yang menang.” Ia kembali menyuapkan rendang yang terasa kenyal di lidahnya itu. 

 

“Siapa yang cerdas, dialah yang paling kuat.” Rendy melanjutkan perkataan Airin. (*)

 

Sumbagsel, 6 Juli 2021

 

Ochi R. Sarini. Cewek Oktober, pencinta teh tubruk, pecandu kopi dan penikmat fiksi. Bukan penulis, tetapi suka menulis. Pemilik akun newbie yang isi postingannya gaje semua. Mari sapa dia di Facebook: Ochi R. Sarini dan Sita Arin, di Instagram: Ochirosy,  Ochirosita_Bookstory dan Wattpad: Ochi Rosy.

Editor: Imas Hanifah N

 

Grup FB KCLK
Halaman FB kami
Pengurus dan kontributor
Mengirim/me.jadi penulis tetap di Loker Kata

Leave a Reply