Tiga Mimpi Einstein yang Diceritakan Kepada Seorang Perempuan /1/ Di dunia di mana “waktu adalah suatu lingkaran yang mengitari dirinya sendiri. Dunia mengulang-ulang dirinya sendiri,
Category: Puisi
Di Kaki Nurani
Di Kaki Nurani Dalam sanggar pelakon bertukar peran Membidik rumpun kehidupan di bawah kaki tuan Bertutur hendak memberantas ketidakadilan Namun malang, malah sibuk menumpuk uang
Di Batas Waktu
Di Batas Waktu Bayang-bayang semu berteriak dalam benak Memapah netra ‘tuk mengeja hampa kesekian kali Di antara riuh rendah gejolak jiwa Kutemukan duri setajam belati
Sajak Kematian
Sajak Kematian Takdir di jalan dingin Terlilit akar kehidupan Gelak gagak Menepi Berlari Mengejar matahari Berkilah tentang keberadaan Menerobos paksa denting kefanaan Berteriak orang lalu
Untukmu; Bulan dan Kita, Tak Lagi Terikat
Untukmu; Bulan dan Kita, Tak Lagi Terikat Bulan dan Kita, Tak Lagi Terikat Sadarlah, Sayang Bukankah dulu bulan menggantung indah; sinarnya bak intan permata Mungkin
Meniti Harapan
Meniti Harapan Raga nan lemah itu menggigil Meringkuk di sudut kamar berukuran kecil Sesekali merintih, terisak, dan berteriak Memanggil sebuah nama dengan suaranya yang serak
Dan Sebelum
Dan Sebelum Bertengger burung pada ranting patah Menatap manusia merangkak melata Disusui oleh kera sebangsa Beringas pula pola tingkahnya Haruskah bumi menelan habis makhluk pencipta
Kepada Ji yang Selesai
Kepada Ji yang Selesai Ji, langit belum pula rampung bersedu sedan dari detak detik kepulanganmu Sampai pada detak takdir ceritamu berakhir, rintik ruah menjadi hujan
Rindu yang Tersisih
Rindu yang Tersisih percayakah kau pada rindu rindu yang tak berbalas percayakah kau pada ayat-ayat yang tak sempat terbaca pada seutas kekecewaan yang bergelombang pada
Kepingan Jiwa
Kepingan Jiwa Tak peduli berapa banyak hati yang telah aku kunjungi Aku seakan masih ingin menjatuhkan pilihan padamu Pilihan yang aku rangkai dalam sebuah mimpi