The Blue Eyes Man (Epiode 6)
Oleh: Reza Agustin
“Permisi, Nona. Apakah kau punya rekomendasi untuk bunga yang melambangkan kebohongan?” tanya Aurora setelah mengetuk meja konter pelan.
Lily agak memiringkan kepala, menatap Aurora sejenak. Perempuan yang mengenakan gaun ketat dan sepatu hak tinggi itu cukup mencolok di antara pelanggan yang lain. Bahkan beberapa pasang mata ikut melirik pada Aurora.
“Bunga dahlia warna merah identik dengan pengkhiatan, Nona. Apakah Anda ingin bunga tersebut?” Lily menunjuk seember bunga dahlia yang penuh di sudut toko. Bisa jadi bunga yang paling tak laku. Siapa pula yang menghadiahkan bunga bermakna buruk pada orang lain?
“Aku akan beli semuanya,” pungkas Aurora lantas melempar segepok uang ke atas meja konter seakan tak ada harganya.
Tatapan Lily mengeras. “Anda tak sopan Nona! Sekaya apa pun Anda tidak bisa membeli rasa hormat.”
Aurora menyeringai. Beberapa pasang mata kembali teralih kepada sang penjual bunga dan pelanggan arogan. “Aku tak butuh rasa hormatmu. Aku hanya membutuhkan bunga-bunga itu masuk ke dalam mobilku. Bungkus saja bunga-bunga itu jadi satu lalu bawa masuk ke mobilku.”
Aurora menunjuk mobil sport berwarna biru tua metalik yang terparkir di halaman depan toko bunga. Jemarinya yang dilapisi kuteks merah mengilat lantas meraih dagu Lily. Mengelus dagunya pelan.
“Aku tunggu di sana. Dan jangan sampai ada bunga yang rusak. Kau mengerti?” Aurora tersenyum arogan, ia lantas meninggalkan toko dengan ketukan sepatunya yang mengusik telinga Lily.
“Dasar sombong! Penyihir! Sok cantik! Menyebalkan!” gerutu Lily kesal. Kendati sambil menggerutu, Lily tak membuang waktu. Tangannya dengan cekatan membungkus seember bunga dahlia ke dalam tas kertas besar.
“Sudahlah, Lily. Jangan anggap orang seperti dia dengan serius,” tegur Bibi Alvin sembari menepuk bahu Lily lembut.
“Kalau saja tak menahan diri, aku pasti sudah menjambak rambutnya! Aku menahan diri demi Bibi dan Paman,” balas Lily masih dengan suasana hati kesal. Bibirnya mengerucut dengan kedua alis nyaris menyatu.
“Lupakan saja apa yang telah ia katakan padamu. Setelah mengantar bunga itu, lekas kembali. Bibi tak ingin melihatmu benar-benar menjambaknya,” tandas Bibi Alvin. Wanita yang lebih tua itu bergegas melayani pelanggan di sudut lain meja konter.
Lily menarik napas dalam, lantas mengembuskannya perlahan. Hanya satu pesanan ini dan semuanya beres. Ia tak akan lagi berurusan dengan perempuan arogan itu. Semoga.
“Kau lama juga untuk ukuran orang yang sering disuruh-suruh.” Begitulah Aurora menyambut kedatangan Lily dan bunga-bunga dahlia tersebut. Komentar kasar dan wajah menyebalkan. Tak lupa dengan kedua tangan yang tersilang di depan dada bak anak raja—memang anak raja.
“Maaf membuat Anda lama menunggu, Yang Mulia,” balas Lily sambil mencebikkan bibir. Bunga dahlia sebanyak satu tas besar itu diletakkan di jok belakang.
Lily sejenak merasa aneh. Mobil milik Aurora memiliki interior yang unik, malah terkesan ganjil. Bagian dalam mobil itu seperti mempunyai nyawa, berdenyut, dan bau seperti isi perut yang termuntahkan. Lily hendak keluar dari mobil, sebelum terjadi sesuatu yang tak diinginkan terjadi. Namun, refleks tubuhnya tak secepat intuisinya. Tubuhnya terdorong ke depan, lebih tepatnya didorong oleh Aurora.
“Aku akan menunjukkan padamu, apa yang disebut pengkhiatan. Kau akan tahu saat nanti membuka mata,” ujar Aurora sebelum menutup pintu mobilnya kuat-kuat.
Begitu pintu telah terkatup sepenuhnya, Lily seakan masuk ke dalam dimensi lain. Interior mobil luntur, digantikan oleh daging-daging yang berurat dan berdenyut. Jok yang sebelumnya menjadi alas Lily tiba-tiba saja memanas. Ia nyaris memekik ketika melihat bunga dahlia yang teronggok tak jauh darinya tiba-tiba saja layu. Seperti tertelan cairan asam.
“Ah, tentu aku tak ingin kau habis sebelum bertemu dengan pangeran kesayanganmu. Aku akan memberikanmu dinding pelindung. Agar kau tak mati di dalam perut naga tungganganku.” Gema suara Aurora tak memperbaiki suasana.
Lily menekuk lutut, menariknya mendekati tubuh. “Paman, Bibi, apa yang harus kulakukan? Tolong aku….”
***
Darah, kolam darah. Gundukan makhluk tak bernyawa. Kehancuran. Kaos. Roe menelan ludahnya susah payah. Semenjak serangan mendadak yang menyerang istana beberapa jam lalu, Roe tak pernah sedetik pun menurunkan kewaspadaan. Matanya memindai ke segala arah, menajamkan pendengaran, dan membuang semua rasa kasihan dalam dirinya. Hingga tak bersisa.
Sebuah tebasan lagi. Roe menatap tubuh ras salah seorang ras peri yang tumbang di atas mayat lain. Punggung tangan Roe mengusap darah yang terciprat ke wajah. Ia tak lagi menghitung, berapa banyak nyawa yang berakhir di tangannya.
“Yodas sialan itu!” umpat Roe lagi. Pedangnya kembali terayun. Melukai salah seorang prajurit, membuat tubuh ringkih itu limbung ke tanah berbau anyir.
“Tolong ampuni aku!” pinta prajurit itu memelas.
Roe menatap pria kecil bertelinga runcing itu kosong. Kalau saja pria ini tak ikut dalam penyerangan mendadak yang dipimpin oleh Raja Yosdas, mungkin nyawanya masih dapat terampuni. Roe mengangkat pedangnya tinggi-tinggi, sebuah tebasan yang merenggut nyawa pria kurus tersebut. Eksekusi Roe masih terus berlanjut.
“Putraku, kelopak yang berwarna putih tinggal tersisa satu. Ibu mohon padamu supaya mengambil bunga lili itu, Nak. Sebelum nyawa ayahmu benar-benar terancam dan kerajaan kita musnah.” Melalui pesan telepati, sang ratu mengirimkan pesan darurat.
Sang ratu tengah menjaga pintu gerbang menuju kamar pembaringan raja. Tak mungkin baginya meninggalkan pintu gerbang. Sementara Roe bergumul dengan logika dan perasaannya, langit tiba-tiba saja berlubang. Sebuah portal di mana seekor naga terbang membelah langit sejenak menghentikan peperangan.
“Aku membawanya padamu, Roe. Bunga lili cantikmu dan seember pengkhiatan yang mungkin akan kau tumpahkan untuk kerajaanmu!” Aurora berdiri di atas kepala naganya.
Sementara itu, tubuh Lily terjulur keluar dari mulut sang naga. Terlilit di lidahnya.
Bersambung ….
Reza Agustin, lahir dan besar di Wonogiri sejak 20 Agustus 1997. Kunjungi Facebook dengan nama yang sama, Instagram: @Reza_minnie, dan Wattpad: @reza_summ08.
Grup FB KCLK
Halaman FB Kami
Pengurus dan kontributor
Mengirim/Menjadi penulis tetap di Loker Kata