Seorang Penggemar

Seorang Penggemar

Seorang Penggemar
Oleh: Reza Agustin

Alunan musik dangdut yang rancak memasuki gendang telinga. Tabuhan gendang dan seruling seketika membuat rasa kantuk menguap. Laporan bulanan yang hendak dikerjakan sejenak terlupa. Intro lagu yang panjang membuatku tak sabar, menantikan suara lembut pria yang biasanya menyanyikan lagu-lagu sendu putus cinta. Iringan musik koplo sebenarnya mengaburkan isi lagu yang harusnya menceritakan duka. Namun, suara pria itu selalu membawa kesedihan yang sama dengan lagu aslinya. Belum terkontaminasi dangdut koplo yang merusak inti lagu.

Kali ini pria itu menyanyikan tembang berbahasa Jawa yang sering kuputar di Youtube untuk mengusir suntuk saat bekerja. Berjudul Aku Sing Duwe Ati, pria yang wajahnya tak pernah kutahu itu berhasil membuat santai kedua pundak yang semenjak tadi tegang. Ah, suaranya sangat lembut. Seperti embusan angin segar di pertengahan terik kemarau panjang. Pria itu tidak pernah lip sync. Kalau dia ikut ajang pencarian bakat menyanyi dangdut yang terkenal di salah satu televisi swasta, aku pasti akan mengirim banyak dukungan untuknya.

Kendati aku sendiri enggan menonton acara tersebut. Terlalu banyak pembawa acara, inti ajang pencarian bakat yang melenceng jadi acara komedi, dan hal yang paling kubenci: pembawa acara itu sering menyela ucapan orang, menjahili rekan pembawa acaranya, dan tentu saja menyebalkan. Aku tak mau banyak komentar lagi, bahkan bersumpah tak akan menonton acara itu. Kecuali jika pria yang sering menyanyi itu akan tampil di sana. Aku sudah jadi fan beratnya sejak pertama kali mendengar suaranya yang indah tersebut.

“Yak, satu lagu lagi yang telah di-request oleh teman saya yang baru saja diputus pacarnya.” Begitulah bagaimana pria itu mengakhiri sesi menyanyinya, lalu dilanjutkan dengan sesi selanjutnya yang agak menyebalkan. Sesi promosi.

“Nah, suaranya empuk dan halus. Enggak berdengung dan pastinya kualitas suaranya enggak main-main. Sound yang saya pakai ini dari merek Cosmis. Garansinya terjamin, ada bonus juga kalau beli sekarang, karena lagi diskon besar-besaran. Ayo buruan dibeli, jangan sampai ketinggalan! Beli aja di Toko Elektronik Giri Cahaya!”

Cih, butuh waktu agak lama sampai pria itu menyanyi lagi. Ayo cepatlah menyanyi!

***

Sudah satu bulan ini suara pria itu tak lagi terdengar. Aku bertanya-tanya ke mana perginya. Apakah dia pindah toko atau malah berhenti dari pekerjaannya? Oh, tidak! Seharusnya aku cari tahu soal dirinya sejak dulu. Kalau sudah begini bagaimana aku bisa mendengar suaranya lagi? Siapa yang akan menyanyikan Sayang lagunya NDX atau Memori Berkasih yang sering ia nyayikan duet dengan rekan satu tokohnya. Sumpah, suara wanita itu jelek sekali. Aku tak mau mendengar suara wanita itu lagi. Ah, aku rindu dia menyanyikan lagu-lagu dangdut koplo yang menemani siang hariku.

“Mbak, bantuin kirim SMS, dong, buat peserta nyanyi dangdut yang ini.” Rekan kerjaku menunjukkan sebuah foto pria berambut cepak. Ia tak terlalu tampan, aku tak yakin suaranya bagus.

“Ih, ogah. Aku aja enggak pernah nonton acaranya. Males banget. Mending tidur,” sahutku apatis.

“Lho, tapi Mbak. Dia kan yang sering nyanyi di toko elektronik sebelah itu. Dia kan resign biar bisa ikut ajang pencarian bakat ini,” balas rekan kerjaku.

Akhirnya pulsa lima puluh ribuku ludes tak sampai sehari. (*)

 

Reza Agustin, lahir dan besar di Wonogiri sejak 20 Agustus 1997. Kunjungi Facebook dengan nama yang sama, Instagram: @Reza_minnie, dan Wattpad: @reza_summ08.

Grup FB KCLK
Halaman FB Kami
Pengurus dan kontributor
Mengirim/Menjadi penulis tetap di Loker Kata