Peristiwa Tengah Malam
Oleh: Uzwah Anna
Sebagai orang yang lahir, besar dan makan-minum di Nusantara, tentu aku sudah sangat akrab dengan kedua musimnya. Jika hujan cukuplah memakai jaket atau berlindung di bawah selimut demi menghalau dingin. Nah, saat kemarau tiba, rumahku yang tidak memiliki AC tak kelabakan gegara hawa panas. Cukup duduk di beranda rumah, atau di bawah pohon sambil menikmati semilir angin.
Sementara di sini—negara empat musim—beda, Gaes. Saat musim panas aku mandi sehari tiga kali. Tetapi kalau sudah masuk musim dingin mandi tiga hari sekali. Tinggal dibalik saja. Kadang lima hari sekali. Tergantung mood. Lagi pula tak ada keringat. Anggap saja selama winter ini, aku sedang mengikuti program aksi penghematan air, sabun dan sampo. Bukankah manusia mesti berhemat demi kelangsungan hidup generasi selanjutnya?
Udah enggak perlu protes. Baca aja!
***
Malam, sepulang kerja gigi gemeletuk. Seluruh sendi terasa kaku. Kulit mengerut. Dingin di sekujur tubuh. Aku, menggigil. Secepat kilat aku membuka lemari, mencari baju hangat, mengganti pakaian, ambil baskom berisi air hangat lantas merendam kaki. Uh, nyamannya … hangat, euy!
Remote TV tergeletak bertelanjang sexy di sampingku. Tadi pagi selubungnya kucuci, tapi hingga kini belum kering, maklum musim dingin, badai pula. Jadi, jangan harap bisa kering secepat kala summer.
Kunyalakan televisi berlayar besar di depan mata. Ah, bosan. Isinya hanya berita ekonomi, politik dan badai. Tenagaku cukup terkuras oleh kegiatan selama musim dingin ini. Menyaksikan tayangan itu hanya bikin makin stres. Ingin nonton yang segar-segar dan tak banyak berpikir, ah ….
Kurogoh laci di bawah tv. Krusak-krusuk tanganku mencari video yang sekiranya pas buat hiburan di tengah hujan salju begini. Dapat! Sebuah film romantis yang berakhir tragis, Titanic.
Aku selalu baper saat Rose merentangkan tangan lantas Jack memeluknya dari belakang. Oh … melting. Aku yakin 99,9% jomlo di luaran sana pasti langsung menginginkan dirinya berada di posisi kedua sejoli itu dalam adegan ini. Hai, Jomlo … yang sabar, ya. Ini ujian. Mungkin jodohmu masih gentayangan. Entar kalo udah ketangkep, jangan kasih kendor, Gaes! Demi keamanan, ikat saja lehernya di salah satu dahan beringin. Agat tak kabur-kaburan lagi. Leher diikat? Tak bisa napas, dong. Kalau mati bagaimana? Ya … paling-paling bakal diangkat sebagai anak pungut oleh gendruwo.
Sedang asyik-asyiknya nonton tangan Rose yang menempel di kaca delman, tiba-tiba konsentrasiku terganggu oleh suara cekakak-cekikik di luar rumah. Karena penasaran kutekan tombol pause dan langsung mengintip dari dalam jendela.
Ternyata mereka sepasang kekasih yang sedang dirundung asmara. Bergandengan tangan, berpelukan, saling tatap dan … ups! Adegan orang dewasa. Yang belum cukup umur dilarang mengintip, apalagi kaum jomlo. Karena perilaku sepasang kekasih itu cukup menyinggung dan menyakiti hati bangsa manusia dan segenap jin yang belum berpasangan.
Sialan!
Kemesraan mereka adalah peristiwa paling menyedihkan bagi mereka-mereka yang cukup umur, tetapi belum punya pasangan. Yang tabah ya, Jomlo …. (*)
Uzwah Anna. Lahir di pelosok desa di Kabupaten Malang. Pecinta bakso dan soto. Pecandu hujan. Gemar corat-coret dan berkebun buah dan bunga. Mawar merah adalah bunga paling favorit. Cinta beud dah!
Grup FB KCLK
Halaman FB Kami
Pengurus dan kontributor
Mengirim/Menjadi penulis tetap di Loker Kata