Coco: Remember Me

Coco: Remember Me

Coco: Remember Me
Oleh: Dyah Diputri

Penulis: Lee Unkrich
Sutradara: Lee Unkrich, Adrian Molena
Produser: Darla K. Anderson
Rilis tahun: 2017

Film animasi anak dari Disney Pixar Animation Studio ini memang patut diacungi jempol karena setting dan musikalisasinya yang Meksiko banget, walau mungkin secara tema jauh berbeda dari film-film Pixar sebelumnya—seperti Cars, Nemo, dan lainnya.

Menceritakan kisah petualangan Miguel Riviera (Anthony Gonzales), 12 tahun ke dunia kematian alias Land of the Death, untuk mencari restu bermusiknya kepada sang leluhur yang menurutnya adalah Ernesto de La Crus (Benjamin Bratt)—yang notabene adalah penyanyi legendaris di zaman dulu. Miguel mengira dia adalah ayah dari buyutnya, Coco (Ana Ofelia Murguia)—yang meninggalkan keluarga saat Coco masih kecil. Namun, perjalanan bocah itu tak berjalan mulus sebab harus melewati berbagai rintangan termasuk para arwah tetua keluarganya yang membenci musik. Padahal, di dunia nyata pun keluarganya yang bermata pencaharian sebagai pembuat sepatu sudah cukup keras melarangnya bermain musik.

Film ini menggunakan setting kehidupan sehari-hari dengan budaya suatu daerah di Meksiko, dengan dialog seksi orang sana. Terdapat juga tradisi daerah setempat yang disebut Dia de Muertos, yakni penaburan bunga sepanjang kuburan hingga ke rumah, sekaligus memajang foto keluarga yang telah meninggal di ruangan khusus berdoa, dengan kepercayaan arwah mereka akan pulang ke rumah hari itu.

Disertai pula musik dan lagu khas Meksiko yang makin membuat film ini menyenangkan untuk dinikmati. Tak tanggung-tanggung, kamu bisa menikmati lagu-lagu beat Meksiko seperti Unpocoloco; The World es mi Familia; Everyone Knows Juanita, sekaligus lagu mellow-nya Remember Me yang dijamin bakal bikin baper dan mewek.

Alur dan penceritaan film ini memang mudah untuk diikuti. Hampir tidak cela, apalagi dengan twist ending yang menegangkan hingga berujung pada drama mengharukan. Kalau boleh memberi, akan kuberi nilai 9/10. Hanya satu kekurangan dalam film ini, yaitu tidak kuatnya karakter keluarga Miguel di dunia nyata. Mereka hanya sekilas tampil di awal dan di akhir. Begitu juga dengan arwah leluhurnya yang ada di alam kematian. Terlalu banyak tokoh, tapi hanya sedikit yang mempunyai karakter khas. Namun, semua itu masih tertutup dengan adegan-adegan seru di tiap part-nya. Untuk pengisi waktu luang dan sebagai momen bonding dengan anak-anak, film ini good to watching buat keluarga, karena akan banyak pesan moral di dalamnya, termasuk semangat mengejar cita dan support orang tua terhadapnya. Bagaimana juga manusia mengolah sebuah kenangan untuk menjalani kehidupan yang baik ke depannya. Semua tersaji dalam film Coco.

 

Dyah Diputri. Pecinta diksi yang tak sempurna. FB: Dyah Maya Diputri. Email: dyahdiputri@gmail.com

Grup FB KCLK
Halaman FB Kami
Pengurus dan kontributor
Mengirim/Menjadi penulis tetap di Loker Kata