Pembentukan Karakter Anak yang Berkesinambungan
Oleh: Arnosa
“Guru juga manusia, punya rasa punya hati. Jangan samakan dengan pisau belati.” Mungkin gubahan cuplikan lagu tersebut menggambarkan nasib guru sekarang. Para orang tua tidak percaya dengan didikan guru di sekolah. Mereka lebih mendikte guru.
Perundungan semakin marak. Baik guru oleh siswa. Siswa dengan guru. Siswa dengan siswa.
Pertanyaannya, apa atau siapa yang salah dari pendidikan di Indonesia? Sulit memang. Perundungan ini bagaikan benang yang rusak dan sulit terurai. Atau bagaikan kutu rambut. Sulit dihilangkan.
Kalau dilihat dari aspek guru, kemungkinan sudah lunturnya kompetensi yang dimiliki guru. Sekarang ini, banyak sekali guru yang hanya ingin meminta hak mereka. Namun, kewajiban mereka lupakan. Sekarang, bermacam-macam tunjangan dihidangkan oleh pemerintah kepada guru di Indonesia. Tujuan pemerintah baik, guru sebagai pembentuk moral dan etika generasi penerus bangsa diberikan hak.
Siapa pun tanpa guru tidak akan menjadi apa-apa. Guru yang dimanjakan oleh bermacam-macam tunjangan menjadi lupa akan kewajibannya. Empat kompetensi yang harus dipenuhi guru seakan menjadi teori belaka.
Kompetensi profesional, guru diharapkan bisa mengerti karakteristik setiap peserta didiknya. Bagaimana cara mengatasi siswa yang super aktif dan super pendiam. Cara memberikan penanganan terhadap siswa yang super aktif juga ada caranya. Mereka akan lebih menjadi siswa yang memberontak apabila penanganan dalam menyelesaikan masalah tidak sesuai.
Nah, mungkin ini salah satu faktor penyebab mengapa generasi penerus bangsa sekarang ini menjadi jiwa pemberontak. Mereka menganggap sekolah yang seharusnya bisa menjadi pelindung, guru menjadi orangtua kedua semua tidak sepenuhnya benar. Hukuman fisik sampai sekarang ini masih sering dilakukan guru. Metode mengajar dengan cara kuno masih sering dilakukan guru. Sebenarnya tujuan mereka baik, untuk mendisiplinkan siswa. Namun, cara mendidik anak zaman dulu dengan zaman sekarang sudah jauh berbeda.
Kompetensi penting yang kedua adalah kompetensi sosial. Seorang guru wajib memiliki kompetensi sosial. Setelah mengetahui karakteristik setiap siswanya, guru harus bisa menjalin komunikasi yang baik dengan siswanya. Tanpa ada komunikasi yang baik hubungan antara guru dan siswa tidak bisa terjalin dengan baik.
Komunikasi tidak hanya dengan siswa, tetapi dengan orangtua siswa. Orangtua perlu diajak berkomunikasi agar bisa menyamakan persepsi tentang cara mendidik siswa. Jangan sampai di sekolah guru sudah memberikan pendidikan karakter, tetapi di rumah anak dibiarkan saja. Pemberian pendidikan karakter harus berkesinambungan. Siswa di sekolah hanya selama delapan jam, selebihnya berada di lingkungan rumah dan masyarakat. Orangtua harus mewaspadai kegiatan anak di luar rumah. Pengaruh dari masyarakat sangat cepat masuk ke jiwa sang anak.
Selain itu, guru harus selalu mengkomunikasikan perkembangan setiap siswa kepada orangtua. Agar orangtua juga punya tanggung jawab dalam mendidik putra-putrinya. Apabila komunikasi sudah terjalin tidak akan ada lagi yang namanya siswa berani dengan murid. Orangtua memenjarakan guru.
Arina Novita Sari. Pada tanggal 9 Nopember 1986 dia dilahirkan dari seorang ibu yang sayang padanya. Karena kasih sayang dan bimbingan dari ibunya, sekarang dia bisa berhasil seperti sekarang. Dia menjadi seorang guru di SDN Mrican 4 Kota Kediri. Profesi menjadi guru sudah mandarah daging di tubuhnya. Ibunya yang seorang guru membuat dia bercita-cita menjadi seorang guru. Menulis sudah menjadi hobinya semenjak SD. Menjadi penulis hebat adalah salah satu tujuan hidupnya.
Grup FB KCLK
Halaman FB Kami
Pengurus dan kontributor
Mengirim/Menjadi penulis tetap di Loker Kata