Ritual Membaca

Ritual Membaca

Ritual Membaca
Oleh: Uzwah Anna

“Akhirnya mereka semua hidup bahagia ….”

Sarah menutup buku dongeng. Lantas atensinya beralih ke arah bocah yang sedang berbaring di ranjangnya, Kania. Dia adalah putri tunggal dari seorang pria bercambang tipis yang banyak digandrungi kaum hawa, Dimas. Kata orang lelaki itu kaku dan jarang senyum. Mukanya tegas. Dan sedikit bicara. Namun, berkharisma. Iya, itu memang benar. Seolah dia ingin menunjukkan bahwa dirinya tak pernah main-main dengan pekerjaan. Fokus!

Namun berbeda jika telah berada di rumah. Sikapnya ramah dan lembut. Manis sekali.

Sempat Sarah menganggap bahwa Dimas memiliki kepribadian ganda. Namun, anggapannya itu patah setelah dia dilamar oleh duda beranak satu tersebut.

“Tante bacain buku dongeng yang lain. Kania belum ngantuk,” celetuk gadis berusia enam tahun itu. Lidahnya masih kaku memanggil Sarah dengan kata ‘Mama’.

“Kania, bukunya kan udah dibaca semua, Sayang.” Sarah mengelus-elus rambut gadis kecil di hadapannya.

“Sekarang kamu bobo gih, besok kita ke toko buku, cari buku dongeng baru.” Perempuan itu mengecup lembut ujung kepala Kania.

Kania meraih tangan kanan Sarah sebelum perempuan itu beranjak dari kasur. “Tante, temenin Kania tidur.” Bocah berambut sebahu itu merengek, manja.

Kala itu juga Dimas membuka pintu kamar gadis kecilnya. “Kania, sekarang giliran Mama bacain buku dongeng buat Papa. Kamu tidur ya, Sayang,” ucap Dimas di ambang pintu.

Lantas dengan gerakan kepala dia memberi kode agar Sarah segera menjauhkan diri dari putrinya. Dari tatapannya seolah dia berucap, Saat ini aku yang lebih membutuhkanmu, Sarah. Bukan Kania. Sudah seharian ini kau bersamanya. Sekarang giliranku.

Dimas mengedipkan sebelah mata.

Sarah paham dengan maksud suaminya. Jadi dia membujuk Kania agar merelakan dirinya “membacakan” buku dongeng untuk papanya.

Tentu saja gadis itu jengkel. Namun, karena Sarah bekerja sebagai guru TK, jadi paham betul  sifat anak kecil. Dia bisa merayu dengan bilang bahwa besok akan membacakan dongeng lebih banyak untuknya.

***

Di dalam kamar sepasang pengantin baru ini sudah siap “membaca”. Aroma kamar harum semerbak. Seprai, selimut dan sarung bantal baru tadi sore diganti dengan warna yang lebih lembut. Alunan musik mendayu-dayu. Suasana mendadak romantis.

Jantung Sarah tak bisa diatur. Degupannya menjadi lebih kencang seiring kedua tangan suaminya mendekap tubuh mungilnya. Wajah mereka berhadapan. Semakin dekat hingga hidung sepasang anak manusia ini menempel. Bibir mereka ….

Brak!

Kania tiba-tiba muncul dari balik pintu. Gadis mungil itu membawa beberapa benda berbentuk persegi panjang yang tebal.

“Tante, buku yang ini belum dibaca …!” teriaknya melengking. “Malam ini Kania tidur di kamar Papa. Tante bacain dongeng buat Kania, ya.” Mata bocah itu mengerling manja penuh harap.

Sementara pasangan pengantin baru itu masih tergagap. Mereka agak berjarak setelah Dimas melepaskan pelukannya karena terkejut. Ada sesal di benak lelaki itu sebab dia lupa mengunci pintu.

Jadilah ritual “membaca” malam ini, gagal! (*)

 

Minggu, 07 April 2019

Uzwah Anna lahir di Malang. Pecinta Bakso, soto dan tape goreng. Hitam, biru dan hijau merupakan warna favorit. Motto: don’t dead before you death!

Grup FB KCLK
Halaman FB Kami
Pengurus dan kontributor
Mengirim/Menjadi penulis tetap di Loker Kata